Teringat ketika
masih kanak-kanak ada budaya saling memberi ‘berkat’ kepada tetangga atau
keluarga ketika menjelang natal dan tahun baru. Berkat itu bisa berupa makanan ataupun kudapan yang dikemas dalam
sebuah besek (Jawa). Besek tersebut tentunya unik, sebab
terbuat dari anyaman bambu. Terkadang tradisi demikian masih dapat dijumpai di
daerah pedesaan. Tradisi tersebut memiliki tujuan sederhana, yakni untuk
mempertahankan rasa kekeluargaan dalam masyarakat. Memang bila kita cermati,
keberadaan teknologi sekarang ini membantu kita untuk menyampaikan ucapan
secara cepat tanpa harus bertemu. Kendati demikian sebagai orang-orang percaya,
baiklah kita menunjukkan kasih persaudaraan kepada siapapun tanpa memandang
strata ataupun suku. Namun bila memungkinkan, baiklah kita juga menyatakan
kasih persaudaraan dalam salam, peluk dan suguhan
Sebagaimana
diperbuat oleh sebuah keluarga di kota Roma. Kepala keluarganya bernama Onesiforus.
Bersama keluarganya, Onesiforus mengunjungi rasul Paulus dalam penjara kerajaan
Roma. Pada waktu itu, keadaan rasul Paulus begitu menyedihkan, tangan dan kakinya
terikat oleh rantai besi (chain/handcuffs).
Oleh karena kasih persaudaraan yang nyata, maka Onesiforus sekeluarga
berkunjung ke penjara tanpa rasa malu. Sehingga rasul Paulus merasakan
kegembiraan dalam hatinya (ay. 16). Bahkan lebih dari pada itu, Onesiforus
sekeluarga dengan gigih berusaha untuk dapat menemui rasul Paulus. Diketahui
bersama bahwa, untuk menemui seorang tawanan yang dibelenggu dengan rantai
bukanlah perkara yang mudah untuk dilakukan. Namun Onesiforus bersedia
menyelesaikan semua penghalang, dan akhirnya dapat memberikan penyegaran hati
kepada rasul Paulus (ay.17). Bahkan
Paulus sendiri menceritakan bahwa Onesiforus termasuk salah seorang yang turut
giat dalam pelayanan sosial (ay.18). demikianlah keberadaan keluarga
Onesiforus. Meski rasul Paulus tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga
Onesiforus. Namun, Onesiforus tetap menyatakan kasih persaudaraannya kepada
rasul Paulus dan rekan-rekan sepelayanan yang lain.
Dalam tulisan
yang awalnya ditujukan kepada Timotius ini, ada pengajaran berharga yang dapat
diterapkan dalam kehidupan kita. Bahwa ketika terdengar ada seseorang yang mengalami
kelemahan, baiklah kita datang berkunjung sebagai saudara untuk menyatakan
kasih kita. Mungkin kita dapat memberikan buah tangan, atau salam kehangatan,
atau bahkan hanya doa. Tentunya untuk menunjukkan kasih persaudaraan bukanlah
semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin ada salah seorang yang bersalah
kepada kita, atau bahkan ada yang tersakiti oleh kita. Namun, mari kita
selesaikan semua penghalang itu. Mari kita kalahkan kejahatan dengan kebaikan
(Rom. 12:21). Marilah kita seperti Onesiforus, yang menunjukkan kasih
persaudaraan kepada orang yang bukan termasuk keluarga, dengan sebuah
pernyataan bahwa ‘Dia’ termasuk keluarga saya.