Sabtu, 04 Februari 2017

Kasih TUHAN itu Kekal Abadi (Ratapan 3:22-23)

Seiring dengan kesukaran ataupun masalah yang menghimpit kehidupan, sudah sewajarnya bila seseorang meratap atau menangis. Namun ada seorang nabi, yang ketika meratap justru menuliskan ratapannya itu melalui sebuah syair puitis. Nabi tersebut bernama Yeremia. Ia menuliskan ratapannya karena bangsa Israel jatuh ke tangan bangsa Babel pada tahun 586 SM. Nabi yang meratap tersebut mengalami pula ketidak-adilan, meskipun tidak bersalah terhadap siapapun Yeremia ikut mengalami penderitaan. Tangannya bergelang rantai besar yang mengikat. Kakinya tidak bebas berjalan, karena beban besi diikatkan pada kaki. Yeremia bukan hanya menjadi saksi tumbangnya Israel, tetapi ia juga turut mengalami kebengisan tentara Babel. Apabila direnungkan barang sejenak, ketika membaca kitab Ratapan maka didapati sebuah pelajaran berharga. Sebagaimana dapat diketahui bahwa yang ditulis oleh Yeremia bukan hanya sebuah ratapan tetapi lebih dari pada itu. Ia meuliskan sebuah ratapan yang disertai oleh keyakinan akan janji Tuhan. Oleh karena itu, setiap pembaca kitab Ratapan pada waktu itu mendapatkan penghiburan dan kekuatan secara luar biasa. Demikian pula kita yang hidup pada masa post-modern sekarang ini, akan menerima ‘berkat’ rohani bila merenungkan kitab Ratapan.
Salah satu ayat dalam kitab Ratapan 3:22-23, menyatakan secara jelas keyakinan Yeremia terhadap janji TUHAN.  Bahwa pada dasarnya kasih TUHAN bersifat kekal abadi. Ada satu kata yang menerangkan akan kasih Allah yakni, khesed yang berarti kebaikan yang dilakukan untuk mendatangkan kebahagiaan dan keuntungan. Adapun  jangka waktu khesed TUHAN adalah kekal abadi. Oleh karena itu, rancangan TUHAN adalah rancangan yang mendatangkan kebaikan dan damai sejahtera bagi setiap orang yang mengasihi-Nya (Roma 8:28). Pada ayat 23, arti dari kesetiaan TUHAN juga dibarengi dengan ungkapan “besar kesetiaan-Mu”. Maksud dari besar kesetiaan-Mu bukanlah tentang ukuran, tetapi tentang sifatnyat. Bahwa kesetiaan (emuwnah) TUHAN itu bersifat tegas, teguh, dan langgeng. Dengan demikian dapat diketahui bersama, bahwa kasih setia TUHAN ialah karya TUHAN yang mendatangkan kebaikan ataupun keuntungan bagi setiap pribadi yang mengasihi-Nya. Serta yang lebih penting dari pada itu semua adalah kenyataan bahwa TUHAN menyatakan kesetiaan-Nya dengan tegas, teguh dan langgeng. Oleh karena TUHAN penuh dengan kasih setia, bukan berarti kita berhak untuk sebebas-bebasnya berkubang dalam dosa. Justru sebaliknya, kehidupan kita hendaknya menyatakan kasih kepada TUHAN. Kasih itu dapat kita wujudkan dengan menjaga kekudusan hidup, dan menunjukkan kasih terhadap sesama.

Seperti tahun-tahun yang lalu, setiap bulan Februari dianggap sebagai bulan perayaan penyataan cinta oleh sebagian masyarakat. Perayaan tersebut lebih dikenal dengan sebutan hari ‘Valentine’. Tentu dalam hal merayakan dan menyatakan cinta, semua orang berhak melakukannya. Namun demikian, perayaan dan penyataan cinta tersebut hendaknya tetap mencerminkan kekudusan dan kasih TUHAN. Sehingga setiap orang tidak hidup dengan sembarangan. Satu hal yang menarik adalah bahwa bulan Februari menjadi momen yang tepat untuk setiap orang menyatakan kasih dalam keluarganya. Tentu saja dalam mengungkapkan kasih itu dapat dilakukan dengan cara melakukan sesuatu yang mendatangkan kebahagiaan dan keuntungan dalam kekudusan. Usia bukanlah halangan bagi setiap pribadi untuk mengungkapkan kasih. “Isi dompet” juga bukan halangan bagi seseorang untuk menyatakan kasih bagi keluarganya. Oleh karena itu, marilah bersama-sama kita menyatakan kasih kepada keluarga kita dengan kasih abadi. Sebagaimana kasih TUHAN itu kekal abadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...