Sabtu, 05 Mei 2018

Menghayati Hidup yang Berpadanan dengan Panggilan (Efesus 4:1)


Membaca Efesus pasal 4, mungkin akan membuat kita tertegun sejenak. Seorang rasul, yang telah mengalami hambatan bahkan penderitaan hasil kekejaman tentara dalam penjara, masih peduli untuk menggembalakan jemaat di Efesus melalui suratnya. Bagaimana pun, setiap orang akan mengalami kesulitan dalam menulis surat yang bernilai kekal dari dalam penjara yang kejam. Namun, oleh pertolongan Roh Kudus rasul Paulus dimampukan untuk menuliskan sesuatu yang membangun bagi jemaat di Efesus.
            Bukannya merasa malu, tetapi justru tersirat kebanggaan dan kedamaian hati ketika rasul Paulus menulis bahwa: ‘...Aku sebagai seorang tahanan, karena melayani TUHAN...’. Pernyataan tersebut, juga memberikan motivasi kepada jemaat Efesus supaya tidak perlu patah semangat jika mengalami penderitaan oleh karena kesediaan melayani TUHAN. Tantangan itu muncul bisa dari kita pribadi, bisa juga dari luar diri kita. Namun pertanyaannya, bisakah kita menjadi pribadi yang bangga dan damai ketika mengalami tantangan karena kesediaan melayani TUHAN? Tentu saja kita bisa, jika percaya akan firman Tuhan yang menyatakan bahwa: “Ingat, Aku sudah memerintahkan kepadamu supaya engkau sungguh-sungguh yakin dan berani! Janganlah engkau takut atau kurang bersemangat, sebab Aku TUHAN Allahmu mendampingi engkau ke mana saja engkau pergi." (Yosua 1:9). Dengan demikian keyakinan kepada firman Tuhan, merupakan kunci kebanggaan dan kedamaian hati ketika melayani Tuhan.
            Selanjutnya, rasul Paulus menyatakan dengan sungguh-sungguh serta menasihatkan kepada jemaat Efesus supaya hidup berpadanan dengan panggilan Tuhan. Maksudnya ialah supaya jemaat Efesus menjalani kehidupan sesuai dengan kedudukan yang telah dianugerahkan oleh Allah. Secara jelas, Alkitab memberitahukan kepada kita bahwa kita yang percaya kepada TUHAN Yesus dengan sungguh-sungguh adalah anak-anak Allah (Yohanes 1:12). Kedudukan yang demikian, merupakan kedudukan yang terhormat.  Sehingga dalam pasal empat, rasul Paulus memberikan penekanan supaya menggenapi etika sebagai pribadi Kristen (4:2-32). Sebab, bukanlah sesuatu yang pantas bila seorang Kristen tidak hidup dalam etika Kristen. Jadi secara sederhananya, sebagai orang Kristen –pribadi yang berkedudukan sebagai anak-anak Allah – kita hendaknya hidup dalam etika Kristen.
            Mungkin ada yang berpendapat bahwa terlalu banyak tantangan dan kesulitan untuk menjalani kehidupan sesuai kedudukan sebagai anak-anak Allah. Ya, bagi seorang yang lahir bukan dari Allah pasti akan merasa kesulitan dan menyerah sehingga  tidak hidup seturut etika Kristen yang rasul Paulus telah kemukakan. Namun demikian, bagi pribadi-pribadi yang lahir dari Allah bukan berarti tidak ada kesulitan. Bagi orang-orang yang lahir dari Allah, ia akan terus bertumbuh ke arah Kristus (4:16). Ia mungkin pernah salah dan berbuat dosa, tetapi ia akan bangkit kembali serta memperbaiki hidupnya (4:20-24), sehingga ia terus berjuang mempertahankan predikat atau kedudukannya sebagai anak-anak Allah. Tidak menyerah, dan tidak akan pernah lelah (Yesaya 40:29). Melalui renungan ini, mari kita ingat kedudukan kita sebagai anak-anak Allah dan hiduplah sesuai dengan kedudukan kita.

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...