Dalam situasi tertentu, ketidakbenaran informasi bisa saja memporak-porandakan rencana yang sebenarnya mantap dan menghasilkan. Ketika rencana sudah tersusun dengan baik dan dijalankan, kadang ada informasi yang muncul di tengah perjalanan. Informasi tersebut kadang membuat seseorang kalang kabut dan membuat berpikir ulang tentang rencana awal yang dibuat. Akan tetapi, disinilah yang menjadi penentu seseorang itu menjadi berhasil atau tidak. Penentunya ialah "ketahanan" dalam menghadapi masalah dan "kecerdasan" menyusun rencana untuk menyelesaikan tugasnya. Kendati dua kemampuan ini menjadi penentu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi demi mencapai keberhasilan rencana.
Syarat yang pertama, mengantisipasi dan menyelidiki kebenaran informasi berkenaan dengan sesuatu yang menghalangi jalannya perencanaan. Mengantisipasi berarti mengetahui apa yang menjadi kelemahan ketika sebuah rencana dijalankan namun bersiap untuk mengatasinya. Tak dapat dipungkiri bahwa ketika rencana berjalan, sistem pengawasan akan senantiasa dijalankan. Oleh karenanya diperlukan kemampuan untuk menyelidiki kebenaran informasi dalam sistem pengawasan. Kelemahan dalam sebuah sisten pengawasan akan berakibat pada kurangnya efektifitas kerja. Bahkan berdampak pada kemacetan dalam pelaksanaan rencana. Dengan demikian, mengantisipasi dan menyelidiki kebenaran informasi dalam sebuah pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja sangatlah penting demi terwujunya keberhasilan. Akan tetapi dalam tahap ini, seorang pemimpin belum cukup memadai untuk dapat meraih sebuah keberhasilan, maka perlu ditambahkan syarat kedua.
Syarat kedua, memiliki dan melatih ketahanan diri dalam menghadapi penghalang dalam pelaksanaan perencanaan. Ketahanan diri seorang pemimpin mutlak diperlukan dalam melaksanakan rencana yang telah diibuat atau disepakati. Dengan ketahanan diri seseorang akan mampu bertahan untuk setia menjalankan tujuan yang dicapai. Ketahanan itu perlu dilatih, dengan cara merelakan diri untuk memikul tanggung jawab. Semakin besar tanggung jawab dalam sebuah pekerjaan, semakin besar pula ketahanan diri itu diperlukan. Perlu diketahui bersama bahwa ketahanan diri dapat diperoleh dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Sang Pemberi Hidup adalah pemberi juga ketahanan. Semakin dekat diri kepada Tuhan, semakin besar ketahanannya dalam mengahadapi persoalan. Semakin besar tanggungjawab seseorang, semakin besar pula kebahagiaannya. Seorang pemimpin akan tetap merasakan damai sejahtera meskipun berada di bawah tekanan, karena memiliki kedekatan dengan Tuhan. Dengan demikian, kedekatan dengan Tuhan akan melahirkan ketahanan diri. Apabila dipelajari lebih lanjut, ketahanan diri seseorang akan berpengaruh pada cara seseorang mengatasi masalah. Dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai kecerdasan dalam memodifikasi rencana.
Syarat ketiga, cerdas dalam memodifikasi rencana (strategi). Kecerdasan dalam memodifikasi rencana atau strategi dapat dilakukan ketika permasalahan besar muncul dalam pelaksanaan. Adapun rencana yang dimodifikasi harus mengarah kepada target. Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil tidak membuat jalannya perencanaan melenceng dari tujuan semula. Kecerdasan ini bukan berarti muncul dengan sendirinya dari pribadi. Akan tetapi membutuhkan inspirasi baru untuk melangkah. Sebagai contoh, ketika seseorang hendak pergi menjual es cream ke sebuah kota, mendadak perjalanan macet karena banyak pohon besar tumbang menghalangi jalan. Dalam situasi seperti ini seseorang bisa memutuskan untuk berdiam diri tidur dalam mobil, turut serta membantu orang-orang untuk menyingkirkan pohon yang tumbang, atau menjual es cream-nya kepada orang-orang yang kehausan. Melalui masalah yang ada, kadang muncul sebuah ide yang membuat orang dikatakan cerdas. Namun sebenarnya orang yang cerdas bukanlah orang yang tidur ketika ada persoalan datang, melainkan mereka yang bekerja.
Dengan ketiga syarat ini dapat diketahui bersama bahwa, keberhasilan datang kepada mereka yang memiliki kemampuan menganalisa kebenaran sebuah informasi disertai kedekatan dengan Tuhan. Melalui kedekatan dengan Tuhan, seorang pemimpin memiliki ketahanan diri. Melalui ketahanan diri seseorang akan melahirkan kecerdasan dalam memodifikasi rencana untuk mencapai keberhasilan.
Salam kebahagiaan.
Setyawan Adi Nugroho
Syarat yang pertama, mengantisipasi dan menyelidiki kebenaran informasi berkenaan dengan sesuatu yang menghalangi jalannya perencanaan. Mengantisipasi berarti mengetahui apa yang menjadi kelemahan ketika sebuah rencana dijalankan namun bersiap untuk mengatasinya. Tak dapat dipungkiri bahwa ketika rencana berjalan, sistem pengawasan akan senantiasa dijalankan. Oleh karenanya diperlukan kemampuan untuk menyelidiki kebenaran informasi dalam sistem pengawasan. Kelemahan dalam sebuah sisten pengawasan akan berakibat pada kurangnya efektifitas kerja. Bahkan berdampak pada kemacetan dalam pelaksanaan rencana. Dengan demikian, mengantisipasi dan menyelidiki kebenaran informasi dalam sebuah pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja sangatlah penting demi terwujunya keberhasilan. Akan tetapi dalam tahap ini, seorang pemimpin belum cukup memadai untuk dapat meraih sebuah keberhasilan, maka perlu ditambahkan syarat kedua.
Syarat kedua, memiliki dan melatih ketahanan diri dalam menghadapi penghalang dalam pelaksanaan perencanaan. Ketahanan diri seorang pemimpin mutlak diperlukan dalam melaksanakan rencana yang telah diibuat atau disepakati. Dengan ketahanan diri seseorang akan mampu bertahan untuk setia menjalankan tujuan yang dicapai. Ketahanan itu perlu dilatih, dengan cara merelakan diri untuk memikul tanggung jawab. Semakin besar tanggung jawab dalam sebuah pekerjaan, semakin besar pula ketahanan diri itu diperlukan. Perlu diketahui bersama bahwa ketahanan diri dapat diperoleh dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Sang Pemberi Hidup adalah pemberi juga ketahanan. Semakin dekat diri kepada Tuhan, semakin besar ketahanannya dalam mengahadapi persoalan. Semakin besar tanggungjawab seseorang, semakin besar pula kebahagiaannya. Seorang pemimpin akan tetap merasakan damai sejahtera meskipun berada di bawah tekanan, karena memiliki kedekatan dengan Tuhan. Dengan demikian, kedekatan dengan Tuhan akan melahirkan ketahanan diri. Apabila dipelajari lebih lanjut, ketahanan diri seseorang akan berpengaruh pada cara seseorang mengatasi masalah. Dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai kecerdasan dalam memodifikasi rencana.
Syarat ketiga, cerdas dalam memodifikasi rencana (strategi). Kecerdasan dalam memodifikasi rencana atau strategi dapat dilakukan ketika permasalahan besar muncul dalam pelaksanaan. Adapun rencana yang dimodifikasi harus mengarah kepada target. Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil tidak membuat jalannya perencanaan melenceng dari tujuan semula. Kecerdasan ini bukan berarti muncul dengan sendirinya dari pribadi. Akan tetapi membutuhkan inspirasi baru untuk melangkah. Sebagai contoh, ketika seseorang hendak pergi menjual es cream ke sebuah kota, mendadak perjalanan macet karena banyak pohon besar tumbang menghalangi jalan. Dalam situasi seperti ini seseorang bisa memutuskan untuk berdiam diri tidur dalam mobil, turut serta membantu orang-orang untuk menyingkirkan pohon yang tumbang, atau menjual es cream-nya kepada orang-orang yang kehausan. Melalui masalah yang ada, kadang muncul sebuah ide yang membuat orang dikatakan cerdas. Namun sebenarnya orang yang cerdas bukanlah orang yang tidur ketika ada persoalan datang, melainkan mereka yang bekerja.
Dengan ketiga syarat ini dapat diketahui bersama bahwa, keberhasilan datang kepada mereka yang memiliki kemampuan menganalisa kebenaran sebuah informasi disertai kedekatan dengan Tuhan. Melalui kedekatan dengan Tuhan, seorang pemimpin memiliki ketahanan diri. Melalui ketahanan diri seseorang akan melahirkan kecerdasan dalam memodifikasi rencana untuk mencapai keberhasilan.
Salam kebahagiaan.
Setyawan Adi Nugroho