Kamis, 30 Mei 2013

3 Syarat Pemimpin Mencapai Target

Dalam situasi tertentu, ketidakbenaran informasi bisa saja memporak-porandakan rencana yang sebenarnya mantap dan menghasilkan. Ketika rencana sudah tersusun dengan baik dan dijalankan, kadang ada informasi yang muncul di tengah perjalanan. Informasi tersebut kadang membuat seseorang kalang kabut dan membuat berpikir ulang tentang rencana awal yang dibuat. Akan tetapi, disinilah yang menjadi penentu seseorang itu menjadi berhasil atau tidak. Penentunya ialah "ketahanan" dalam menghadapi masalah dan "kecerdasan" menyusun rencana untuk menyelesaikan tugasnya. Kendati dua kemampuan ini menjadi penentu, ada syarat-syarat yang harus dipenuhi demi mencapai keberhasilan rencana.

Syarat yang pertama, mengantisipasi dan menyelidiki kebenaran informasi berkenaan dengan sesuatu yang menghalangi jalannya perencanaan. Mengantisipasi berarti mengetahui apa yang menjadi kelemahan ketika sebuah rencana dijalankan namun bersiap untuk mengatasinya. Tak dapat dipungkiri bahwa ketika rencana berjalan, sistem pengawasan akan senantiasa dijalankan. Oleh karenanya diperlukan kemampuan untuk menyelidiki kebenaran informasi dalam sistem pengawasan. Kelemahan dalam sebuah sisten pengawasan akan berakibat pada kurangnya efektifitas kerja. Bahkan berdampak pada kemacetan dalam pelaksanaan rencana. Dengan demikian, mengantisipasi dan menyelidiki kebenaran informasi dalam sebuah pengawasan terhadap pelaksanaan program kerja sangatlah penting demi terwujunya keberhasilan. Akan tetapi dalam tahap ini, seorang pemimpin belum cukup memadai untuk dapat meraih sebuah keberhasilan, maka perlu ditambahkan syarat kedua.

Syarat kedua, memiliki dan melatih ketahanan diri dalam menghadapi penghalang dalam pelaksanaan perencanaan. Ketahanan diri seorang pemimpin mutlak diperlukan dalam melaksanakan rencana yang telah diibuat atau disepakati. Dengan ketahanan diri seseorang akan mampu bertahan untuk setia menjalankan tujuan yang dicapai. Ketahanan itu perlu dilatih, dengan cara merelakan diri untuk memikul tanggung jawab. Semakin besar tanggung jawab dalam sebuah pekerjaan, semakin besar pula ketahanan diri itu diperlukan. Perlu diketahui bersama bahwa ketahanan diri dapat diperoleh dari hubungan pribadi dengan Tuhan. Sang Pemberi Hidup adalah pemberi juga ketahanan. Semakin dekat diri kepada Tuhan, semakin besar ketahanannya dalam mengahadapi persoalan. Semakin besar tanggungjawab seseorang, semakin besar pula kebahagiaannya. Seorang pemimpin akan tetap merasakan damai sejahtera meskipun berada di bawah tekanan, karena memiliki kedekatan dengan Tuhan. Dengan demikian, kedekatan dengan Tuhan akan melahirkan ketahanan diri. Apabila dipelajari lebih lanjut, ketahanan diri seseorang akan berpengaruh pada cara seseorang mengatasi masalah. Dalam hal ini penulis menyebutnya sebagai kecerdasan dalam memodifikasi rencana.

Syarat ketiga, cerdas dalam memodifikasi rencana (strategi). Kecerdasan dalam memodifikasi rencana atau strategi dapat dilakukan ketika permasalahan besar muncul dalam pelaksanaan. Adapun rencana yang dimodifikasi harus mengarah kepada target. Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil tidak membuat jalannya perencanaan melenceng dari tujuan semula. Kecerdasan ini bukan berarti muncul dengan sendirinya dari pribadi. Akan tetapi membutuhkan inspirasi baru untuk melangkah. Sebagai contoh, ketika seseorang hendak pergi menjual es cream ke sebuah kota, mendadak perjalanan macet karena banyak pohon besar tumbang menghalangi jalan. Dalam situasi seperti ini seseorang bisa memutuskan untuk berdiam diri tidur dalam mobil, turut serta membantu orang-orang untuk menyingkirkan pohon yang tumbang, atau menjual es cream-nya kepada orang-orang yang kehausan. Melalui masalah yang ada, kadang muncul sebuah ide yang membuat orang dikatakan cerdas. Namun sebenarnya orang yang cerdas bukanlah orang yang tidur ketika ada persoalan datang, melainkan mereka yang bekerja.

Dengan ketiga syarat ini dapat diketahui bersama bahwa, keberhasilan datang kepada mereka yang memiliki kemampuan menganalisa kebenaran sebuah informasi disertai kedekatan dengan Tuhan. Melalui kedekatan dengan Tuhan, seorang pemimpin memiliki ketahanan diri. Melalui ketahanan diri seseorang akan melahirkan kecerdasan dalam memodifikasi rencana untuk mencapai keberhasilan.

Salam kebahagiaan.
Setyawan Adi Nugroho

Kamis, 16 Mei 2013

Dasar Pendidikan Anak dalam Keluarga

"Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." Amsal 1:7
 
       Dasar dari pendidikan anak dalam keluarga adalah takut akan Tuhan.  Mengenai  “Takut akan Tuhan” Dalam Alkitab terjemahan bahasa Jawa diterjemahkan demikian: “Pangabekti marang Jehuwah”.[1] Menurut Alkitab terjemahan  baru: “Takut akan Tuhan”.  Menurut Notohamidjojo, takut akan Tuhan diartikan sebagai:
Menyegani Tuhan; artinya bahwa kita harus percaya dan mengakui, bahwa Allah adalah Al-khalik, yang menjadikan langit dan bumi. Oleh karena Allah itu Al-khalik, Ia juga satu-satunya yang berdaulat di atas segala sesuatu. Menyegani Tuhan berarti, mengakui ‘the sovereignty (kedaulatan) of God’ di atas segala makhluk. Berarti pula mengakui Tuhan sebagai: Wetgever, Pemberi hukum dan norma-norma yang telah diwahyukan dalam Alkitab. [2]

Lebih lanjut dalam tafsiran Alkitab Jerusalem  memaparkan bahwa: takut akan TUHAN (YHWH) atau takut akan Allah, (bdg. Keluaran 20:20; Ulangan 6:2) memiliki arti yang sama dengan agama sejati, kesalehan yang tulen, dan takwa yang benar… searti juga dengan kasih akan Tuhan atau takluk dan percaya”.[3] Dengan demikian, orang tua yang takut akan atau mengasihi Tuhan, dapat mendidik menurut firman Tuhan. Sebab orang tua sebagai pendidik yang mengasihi Tuhan, mengakui bahwa Tuhan adalah pemberi hukum dan norma. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pangkal atau dasar pendidikan anak dalam keluarga adalah takut akan Tuhan. Dalam takut akan Tuhan, orang tua akan mendidik dan menghasilkan generasi yang takut akan Tuhan.


         [1] ______, Kitab Sutji, (Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia, 1972), 870
         [2] http//: notohamidjojo.scientarum.com. Menyegani Tuhan Itulah Pangkal Segala Pengetahuan, O. Notohamidjojo, accesed 2 agustus 2011
          [3] http//: alkitab.sabda.org/Tafsiran Amsal 1:7

Sabtu, 11 Mei 2013

Nikmatnya Pembaharuan Hidup



Yohanes 3:3 “Yesus menjawab, kata-Nya, ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.' " 


Dalam ayat 3, Tuhan Yesus mengatakan dengan tegas bahwa seseorang tidak dapat melihat Kerajaan Allah (Sorga), bila ia tidak dilahirkan kembali. Kata “dilahirkan kembali” bukan berarti harus kembali masuk ke rahim ibu, namun “lahir kembali” oleh baptisan dan pembaharuan melalui pimpinan Roh Kudus. Sehingga, dimungkinkan untuk menjadi manusia baru di dalam Kristus, yang telah meninggalkan kubangan dosa dan masuk dalam proses pembaharuan hidup menjadi serupa dengan Kristus. Betapa pentingnya dan vitalnya pembaharuan hidup di dalam Kristus. Dalam percakapan Tuhan Yesus bersama Nikodemus, Tuhan Yesus menegaskan tentang “Kelahiran kembali” atau pembaharuan hidup. Bila seseorang tidak mengalami pembaharuan hidup di dalam Kristus, ia tidak akan melihat Kerajaan Sorga atau dengan kata lain “ia akan melihat kerajaan maut”. Betapa mengerikan orang yang hanya dapat melihat kerajaan maut, dan betapa bersukacitanya orang yang dapat melihat Kerajaan Sorga kelak dan mencicipinya sekarang ini. 

Dengan demikian, sebuah syarat mutlak yang tak dapat ditawar lagi, sebuah jalan satu-satunya yang harus ditempuh untuk menuju Kerajaan Sorga adalah pembaharuan hidup di dalam Kristus. Pembaharuan hidup di dalam Kristus memiliki beberapa indikasi yang meliputi: 

1. Iman Kepada Yesus Kristus
Kehidupan lama seseorang, menyangkut sebuah pertanyaan “Kepada siapakah ia beriman? ”. kata “iman” disini lebih menunjuk kepada iman yang aktif bukan pasif. Sebanyak 98 kali, Yohanes memakai kata pissteuo untuk menunjukkan bahwa iman itu suatu aktivitas, sesuatu yang dikerjakan, sesuatu yang memerlukan penyerahan diri sepenuhnya kepada yang dipercayai. Sehingga, pertanyaan yang harus diajukan ketika seseorang mau melihat Kerajaan Sorga adalah “kepada siapa aku beriman?” Kepada siapakah aku menyerahkan hidupku? Kepada siapakah aku berdoa mohon pertolongan? Masihkah aku pergi ke dukun? Masihkah aku mengandalkan uangku untuk hidup? Masihkah aku mengandalkan orang? Ataukah aku mengandalkan diriku sendiri?
Secara singkatnya demikian; ada seorang petani membiarkan sawahnya tanpa diolah, sehingga ia hanya melihat semak belukar beserta ilalang tumbuh liar disawahnya. Namun suatu saat ia sadar dan sangat rindu untuk menghasilkan padi melalui sawahnya. Oleh karena itu, ia harus menanami sawahnya dengan padi dan berusaha merawatnya sampai masa panen tiba. Sawah yang dibiarkan tanpa diolah, akan tumbuh rumput dan ilalang secara liar. Demikian juga dalam kehidupan seseorang; dahulu kehidupannya berkubang dalam lumpur dosa, dan oleh jamahan Roh Kudus, ia rindu melihat dan menikmati Kerajaan Sorga. Maka, ia beriman kepada Tuhan Yesus Kristus dan menjaga imannya melalui penyerahan diri untuk dibentuk melalui firman-Nya sampai Tuhan memanggilnya. Sebagaimana rasul Paulus dalam kehidupannya. 

2. Memiliki Pemikiran Kristus
Pemikiran seorang Kristen haruslah tunduk kepada Kristus. Dahulu sebelum menggenal Tuhan Yesus, Rasul Paulus membunuh orang-orang percaya dan berusaha untuk melegalkan rencana jahatnya. Pada mulanya rasul Paulus tidak mengerti bahwa rencananya adalah jahat di hadapan Tuhan. Namun setelah bertemu dengan Tuhan Yesus di jalan menuju Damsyik, ia tersadar bahwa rencananya adalah jahat nan keji dihadapan Tuhan. Sejak saat itu, pemikirannya berubah; bukan lagi untuk membunuh sesama namun menghancurkan kuasa maut oleh firman Tuhan. Buah pemikirannya berdasarkan firman Tuhan, sehingga gereja Tuhan dikuatkan dan ditumbuhkan oleh Allah.
Demikian juga dengan kehidupan kita; pemikiran kita bukanlah bagaimana caranya untuk menghancurkan orang lain, namun bagaimana dapat menjadi saluran berkat dan mengasihi sesama. Dalam rencana Agung Allah, Tuhan Yesus memikirkan untuk menggenapi rencana penyelamatan dunia. Dan sekarang, pemikiran kita bukan lagi bagaimana menyelamatkan diri sendiri, namun memikirkan bagaimana menggenapi Amanat Agung Tuhan Yesus, selama masih ada di dunia. Kita dapat memulainya dengan hal yang kecil setiap harinya, ketika kita ada masalah dengan orang lain, janganlah menginginkan supaya mereka celaka tetapi doakanlah mereka. 

3. Mengikuti Teladan Kristus
Sebagai warga negara Indonesia, kita memiliki hak dan kewajiban berdasarkan Pancasila. Demikian juga dengan kehidupan kita sebagai warga negara Kerajaan Allah, kita memiliki hak dan kewajiban yang menunjukkan identitas kita sebagai warga Kerajaan Sorga. Tuhan Yesus selama ada di dunia memberikan teladan bagaimana seharusnya umat-Nya hidup. Tuhan Yesus menghormati pemerintah, bergaul dengan sesama dalam kesopanan serta kasih, dan mengutamakan taat kepada Allah Bapa.
Dambaan setiap orang adalah melihat Kerajaan Allah bukan kerajaan maut. Oleh karenanya, diperlukan pembaharuan hidup secara terus – menerus melalui firman Tuhan yang sudah tertulis dalam Alkitab. Di mana seseorang haruslah beriman kepada kristus, memiliki pemikiran kristus, dan mengikuti teladan Kristus. 

Mari…bagi kita yang ingin melihat Kerajaan Sorga dan mencicipinya selama masih ada di dunia… dalam pimpinan Roh Kudus biarlah kita mengalami pembaharuan hidup disertai tiga hal sebagai indikasinya. Amin.

Selasa, 07 Mei 2013

Allah yang Menguatkan Umat-Nya




Ketika aku berpikir: "Kakiku goyang," maka kasih setia-Mu, ya TUHAN, menyokong aku.
Pada sebuah kesempatan dan tanpa diminta, persoalan hidup kadang datang dengan sendirinya untuk mewarnai jalannya kehidupan. Perjalanan hidup yang demikian, kadang sanggup membuat orang untuk berhenti menabur kebaikan dan sebaliknya berbuat kejahatan. Keadaan di mana seseorang seolah tak mampu berbuat baik inilah, yang disebut pemazmur sebagai “kaki yang telah dan sedang gemetar”.

Terkadang umat yang percaya mengalami sebuah peristiwa pahit, sehingga membuat tawar hati dan sulit untuk taat kepada firman Allah. Akan tetapi, dalam keadaan yang demikian TUHAN Allah tidak tinggal diam membiarkan anak-anak-Nya jatuh tak berdaya. Kasih setia Tuhan, senantiasa diberikan kepada mereka yang tetap percaya kepada Allah dimasa-masa sulit. Pengampunan telah disediakan bagi umat yang bertobat. Penghiburan selalu ada melalui karya Roh Kudus dalam hati orang percaya. Selain itu, janji-janji-Nya selalu digenapi untuk menunjukkan kasih setia-Nya pada umat-Nya.

Dengan demikian, berbahagialah bagi setiap umat percaya yang tetap setia kepada Tuhan meskipun peristiwa pahit harus dihadapi. Berbahagialah bagi setiap umat Tuhan, yang merasa lemah namun tetap setia kepada Tuhan. Sebab dengan setia kepada Tuhan, umat percaya akan tetap merasakan kebaikan TUHAN Allah yang menguatkan.
"TUHAN Allah tidak akan tinggal diam membiarkan anak-anak-Nya jatuh tak berdaya"

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...