"Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan." Amsal 1:7
Dasar dari pendidikan anak dalam
keluarga adalah takut akan Tuhan.
Mengenai “Takut akan Tuhan” Dalam
Alkitab terjemahan bahasa Jawa diterjemahkan demikian: “Pangabekti marang
Jehuwah”.[1]
Menurut Alkitab terjemahan baru: “Takut
akan Tuhan”. Menurut Notohamidjojo,
takut akan Tuhan diartikan sebagai:
Menyegani
Tuhan; artinya bahwa kita harus percaya dan mengakui, bahwa Allah adalah
Al-khalik, yang menjadikan langit dan bumi. Oleh karena Allah itu Al-khalik, Ia
juga satu-satunya yang berdaulat di atas segala sesuatu. Menyegani Tuhan
berarti, mengakui ‘the sovereignty (kedaulatan) of God’ di atas segala makhluk.
Berarti pula mengakui Tuhan sebagai: Wetgever,
Pemberi hukum dan norma-norma yang telah diwahyukan dalam Alkitab. [2]”
Lebih lanjut dalam tafsiran Alkitab
Jerusalem memaparkan bahwa: takut akan
TUHAN (YHWH) atau takut akan Allah, (bdg. Keluaran 20:20; Ulangan 6:2) memiliki
arti yang sama dengan agama sejati, kesalehan yang tulen, dan takwa yang benar…
searti juga dengan kasih akan Tuhan atau takluk dan percaya”.[3]
Dengan demikian, orang tua yang takut akan atau mengasihi Tuhan, dapat mendidik
menurut firman Tuhan. Sebab orang tua sebagai pendidik yang mengasihi Tuhan,
mengakui bahwa Tuhan adalah pemberi hukum dan norma. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pangkal atau dasar pendidikan anak dalam keluarga adalah takut
akan Tuhan. Dalam takut akan Tuhan, orang tua akan mendidik dan menghasilkan
generasi yang takut akan Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar