Kis.
2:44-45; I Kor. 15:58
Jemaat yang terkasih di dalam Tuhan Yesus, apabila kita
cermati bersama, keberadaan jemaat mula-mula mengalami begitu banyak kesulitan.
Baik dari dalam maupun luar. Dari luar mereka mendapatkan tekanan dari
pemerintah dan orang-orang Yahudi yang membeci mereka. Sedangkan dari dalam
mereka harus bergumul untuk bagaimana dapat bertahan hidup, bagaimana supaya
tetap menjaga kesatuan, mereka berusaha untuk melakukan firman Tuhan yang
diajarkan oleh para rasul. Tetapi mereka menghadapi semua pergumulan itu dengan
sukacita (ay. 46). Perhatikan, meskipun tekanan datang dari dalam dan dari luar
jemaat, mereka tetap bersatu hati untuk tetap bersedia melayani (ay. 44). Dari
antara mereka tetap berada dalam persekutuan dan bersedia ikut ambil bagian
dalam pelayanan. Kita melihat (ay.45), ada dari mereka yang menjual harta
miliknya untuk dibagi-bagikan kepada saudara-saudara yang membutuhkan. Yang
patut kita tiru adalah semangat mereka yang saling memberikan perhatian. Dalam
1Timotius 5:16 tertulis demikian Jika seorang laki-laki atau perempuan yang percaya
mempunyai anggota keluarga yang janda, hendaklah ia membantu mereka sehingga
mereka jangan menjadi beban bagi jemaat. Dengan demikian jemaat dapat membantu
mereka yang benar-benar janda. Jadi jemaat
yang benar-benar membutuhkanlah yang diberi perhatian. Perhatikan, mengapa
jemaat mula-mula bertumbuh imannya dan bertambah jumlah jemaatnya? Dalam hal
pelayanan, inilah yang jemaat mula-mula laksanakan:
1.
Mereka tetap
bersatu, tidak menghindar ketika melihat ada pekerjaan Tuhan yang harus
dilaksanakan.Mereka tidak menghindari pelayanan. Malah dengan kemauan sendiri
mereka ikut ambil bagian dalam pelayanan.
2. Mereka bersemangat
dan bersukacita ketika ikut ambil bagian dalam pelayanan.
Jemaat
yang terkasih...
Ilustrasi
Pada suatu hari ada seorang
Bapak yang sudah berumur 38 tahun, sebutlah namanya Pak Min. Pekerjaannya
adalah sebagai buruh tani, demikian pula sebagian besar tetangga-tetangganya. Ia
dan keluarganya harus ikut program transmigrasi karena desanya akan
ditenggelamkan, untuk pembuatan waduk yang dapat dipakai sebagai sarana irigasi
dan pembangkit listrik. Pak Min hanya ikut saja, karena ia mau menjadi warga
negara yang baik. Kemudian ia menerima sebuah rumah serta tanah seluas 2
hektar. Singkatnya, bapak yang memiliki seorang istri dan dua anak ini telah
berada di lingkungan yang baru, suasana, tempat, dan tanah yang baru. Kebutuhan
hidup untuk empat bulan ke depan masih ditanggung oleh pemerintah, namun ia
sadar bahwa ia harus bekerja keras demi masa depan keluarganya.
Ketika malam tiba, seperti
biasa Pak Min sekeluarga berdoa sebelum tidur. Setelah berdoa bersama,
anak-anak dan istrinya diminta untuk istirahat terlebih dahulu. Bapak ini
senang sekali, karena ia melihat anak-anak dan istrinya bahagia. Sebagai
seorang buruh tani, ia pun senang karena baru kali ini mendapatkan rumah serta tanah
seluas 2 hektar. Setelah agak larut, Ia pun ikut tertidur bersama anak serta
istrinya. Ia terlelap dan memimpikan tanah disekitar rumahnya itu subur. Apapun
yang ia tanam, selalu tumbuh baik dan hasilnya bisa dijual sehingga kebutuhan
keluarganya dicukupkan. Ia bermimpi anaknya bisa kuliah dan hidupnya makmur
sejahtera. Pak Min menjadi tenang dan nyenyak dalam tidurnya karena mimpinya
yang begitu indah..
Ketika ayam berkokok, jam di
dinding menunjukkan pukul 4.30. Pak Min pun bangun bersama anak-anaknya dan
mulai berdoa bersama. Mereka bersukacita sekali. Setelah berdoa, ibu dan
anak-anak mempersiapkan sarapan pagi, sedangkan Pak Min mempersiapkan peralatan
pertanian untuk memulai menggarap tanahnya. Setelah sarapan siap mereka bersama
sarapan pagi, dan setelah itu bersiap untuk melaksanakan aktivitas
masing-masing. Akhirnya, bapak ini berangkat untuk melihat tanahnya yang
memiliki luas 2 hektar. Untuk pertama kalinya ia mengitari tanah miliknya. Ia
melihat-lihat dan semakin jauh ia melangkah, semakin ia berputus asa dan sedih.
Karena sepanjang kakinya melangkah, didapati bahwa tanah yang diinjaknya begitu
tandus dan gersang. Hanya rumput setinggi tumitlah yang tumbuh. Untuk hari
pertama itu, ia hanya duduk terdiam sedih di tanah yang luasnya 2 hektar. Ia
sedih karena apa yang dia lihat tak sesuai mimpinya tadi malam. Tak sanggup
rasanya menceritakan keadaan tanah 2 hektar itu kepada anak-anak dan istrinya. Hari
telah sore, ia pulang dan dalam perjalanan pulang ia berpikir dan berniat untuk
menjual tanah 2 hektar itu. Tetapi, ia masih bergumul tentang itu.
Di tengah perjalanan, ia
bertemu dengan rekan-rekan sesama transmigran dan menemukan masalah yang sama. Kemudian
mereka berembug bersama. Dalam rembug bersama itu ada yang mengusulkan untuk
demo, ada juga yang mengusulkan untuk melapor ke kepolisian, tetapi masih ada
yang mengusulkan untuk tetap mengelola tanah mereka. Ditengah-tengah
perbincangan yang semakin memanas, ada
seorang bapak yang sudah dianggap sesepuh di desa itu berkata:
“Saudara-saudaraku, mengapa kita semua menjadi takut?
Bukankan ketika kita berada disini karena Tuhan menyertai kita? Bukankah Tuhan
akan membuka jalan bagi setiap orang yang berdoa dan bekerja? Bukankah kita
akan dikenang oleh anak cucu kita, bila kita bersedia berjuang untuk kemajuan
tempat kita berada ini? Dan bukankah orang-orang di luar desa kita akan
mengatakan bahwa kita ini pengecut bila kita lari dari desa ini, menjual tanah
yang diberikan pemerintah, dan kembali menjadi buruh? ... ditengah keheningan,
Pak tua itu melanjutkan perkataannya.... “Saudara-saudara, saya merasakan apa
yang saudara-saudara semua rasakan, tetapi mari kita bangun desa ini, tolong
jangan keluar dari desa ini. Di lereng gunung dekat tanah saya ada sumber mata
air yang cukup banyak. Kita bisa alirkan air itu untuk menyuburkan tanah kita
bersama... mari kita bekerja untuk kemajuan desa ini”
Akhirnya mereka setuju untuk
tetap tinggal dan bekerja bersama-sama, demi kemajuan desa tempat mereka
berada. Karena saking senangnya, mendapat informasi bahwa ada sumber air, maka
sore itu juga mereka bersama-sama pergi ke sumber air itu untuk memastikan
keberadaan sumber mata air. Setelah melihat keberadaan sumber mata air itu,
mereka merencanakan untuk membuat saluran air dengan bambu. Akhirnya mereka
pulang dengan tenang, dan kesokan harinya mereka bergotong-royong membuat
saluran air melalui bambu. Oleh karena ada air yang disalurkan untuk mengairi
begitu banyak, tanah mereka menjadi tidak tandus lagi. Hasil ladang penduduk
melimpah. Bahkan mereka bisa membuat peternakan kambing yang menyokong
pengasilan para petani. Setiap tiga bulan sekali, para petani bergotong –royong
memperbaiki saluran air itu. Sampai akhirnya, seiring berjalannya waktu saluran
bambu itu diganti dengan pralon besar, dan mereka menggunakan teknologi
pertanian yang maju. Sehingga desa mereka dikenal maju. Mereka hidup
bersama-sama saling menopang satu dengan yang lain, menjaga kerukunan, dan
bersama-sama giat bekerja untuk kemajuan desa mereka. Sedangkan Pak Min sendiri
hidupnya bahagia, dan anak-anaknya bisa kuliah karena pertaniannya yang berhasil.
Aplikasi:
Jemaat yang dikasihi oleh
Tuhan, mari kita perhatikan ketakutan, keragu-raguan, dan kemarahan penduduk
desa yang berada di tanah gersang itu. Dan mari kita bandingkan dengan
keyakinan dan kerja keras dari sesepuh yang memberikan motivasi itu. Kadang
kala dalam kehidupan bergereja, ketika mendapatkan tugas untuk pelayanan ada
yang ketakutan, ada juga yang ragu-ragu atas kemampuannya, dan mungkin ada yang
marah karena merasa tidak cocok dengan
tugas pelayanan yang ada. Tetapi masih ada juga yang yakin dan bersedia
untuk bekerja keras.
Ibu, bapak, saudara yang
terkasih, Gereja yang bertumbuh, berisi
orang-orang yang bersedia ikut melayani
sesuai dengan kemampuan yang Tuhan berikan.
Dan apabila kita perhatikan, desa
tadi bisa menjadi desa yang makmur dan berkembang bukan karena Sesepuh desa
itu, tetapi karena semua penduduknya bersatu bergotong-royong dan bekerja
keras. Demikian juga dalam gereja, gereja dapat bertumbuh bukan karena hasil
pekerjaan satu orang saja, tetapi semua jemaat yang tergabung dalam gereja itu.
Lalu
pertanyaannya,
Bila kita
sudah turut ambil bagian dalam pelayanan, apakah ada keuntungannya bagi kita? Firman Tuhan melalui rasul Paulus dalam I Korints 15:58
tertulis demikian:
“Karena itu, saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh,
jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa
dalam persekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia.”
Dan mari kita
lihat, bagaimanakah nasib orang yang giat selalu dalam pekerjaan Tuhan?
Wahyu 14:13 menuliskan demikian:
“Dan aku mendengar suara dari sorga berkata: Tuliskan:
"Berbahagialah orang-orang mati yang mati dalam Tuhan, sejak sekarang
ini." "Sungguh," kata Roh, "supaya mereka boleh
beristirahat dari jerih lelah mereka, karena segala perbuatan mereka menyertai
mereka."
Saya yakin kita semua berharap gereja ini terus
bertumbuh. Dan saya yakin Tuhan memenuhi gereja ini dengan jemaat yang giat dalam pelayanan. Bersama-sama
marilah kita giat dan bersemangat dalam pekerjaan Tuhan.