Selasa, 20 Mei 2014

Penebusan yang Mahal


(I Petrus 1:13-25)

Pada zaman Perjanjian Lama, Allah memerintahkan umat-Nya untuk menghaturkan korban untuk Tuhan. Biasanya yang dipersembahkan adalah wujud syukur, persembahan, dan sebagai kurban penebusan dosa. Namun tujuan paling utama sebuah kurban persembahan ialah untuk penebusan dosa. Sebagaimana kawan-kawan Ayub didorong untuk membawa persembahan karena telah berbuat kesalahan terhadap Allah. Dituliskan demikian: “Oleh sebab itu, ambilah tujuh ekor lembu jantan dan tujuh ekor domba jantan dan pergilah kepada hamba-Ku Ayub... persembahkanlah... dan baiklah hamba-Ku Ayub meminta doa untuk kamu” (Ayub 42:7-8). Korban-korban tersebut menjadi alat untuk meredakan murka Allah, menjadi pendamaian antara Allah dengan manusia. Dengan demikian, darah yang tak bercacat cela diperlukan untuk pendamaian antara Allah dengan umat-Nya.
Oleh karena zaman Perjanjian Baru merupakan aktualisasi dari Perjanjian Lama, maka korban penebusan yang sesungguhnya dilaksanakan melalui Tuhan Yesus. Tuhan Yesus bertindak sebagai domba kurban tanpa cacat cela. Kayu salib menjadi saksi bisu bahwa darah yang mahal telah tercurah untuk menebus dan membebaskan orang-orang percaya dari murka Allah. Bahkan Markus menulis bahwa para tentara menyesal setelah melihat dengan mata, dan mengaku Tuhan Yesus tidak berdosa sebagai manusia. Nabi-nabi Perjanjian Lama pun telah menubuatkan, bahwa darah Anak Domba tanpa cela harus tertumpah (Yesaya Yes. 53:3-5). Sebab tanpa penumpahan darah, tidak ada penebusan (Ibrani 9:22). Dengan demikian jelas bahwa Kristus menebus dengan darah yang kudus dan begitu mahal.
Sebenarnya yang harus disalib dan menerima murka Allah adalah kita. Murka Allah seharusnya tetap ditanggung oleh kita. Seharusnya kitalah yang menerima kematian kekal. Namun Allah mengasihi kita sehingga Allah sendiri yang menanggung hukuman. Hukuman yang seharusnya kita terima, telah ditimpakan kepada Tuhan Yesus. Karena Allah itu kasih dan adil secara bersamaan. Maka Tuhan Yesus mati untuk menggantikan kita di kayu salib. Kita mengetahui bersama bahwa darah yang mahal telah dicurahkan untuk kita yang berdosa. Oleh karena itu jangan sia-siakan darah yang telah tertumpah untuk kita. Baiklah bersama kita menjadi pembawa damai, pengampun, dan pembawa kebaikan bagi sesama. Sebab kita ini adalah umat tebusan, yang telah ditebus dengan darah yang mahal; darah-Nya Tuhan Yesus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...