Senin, 20 April 2020

Jangan Takut dengan Covid-19 (I Korintus 10:13)

Jangan Takut dengan Covid-19 
(I Korintus 10:13)

Manusiawilah bila seseorang mengalami ketakutan. Ada yang memiliki ketakutan terhadap hewan tertentu - atau merasa jijik. Ada pula yang merasa takut masa depan keluarganya tidak secerah harapan. Mungkin pula ada yang merasa takut gagal dalam kehidupan. Namun demikian, sebagian besar orang takut mengalami proses kematian - yang menurut mereka 'mengerikan'. Orang bisa saja takut mati karena kecelakaan atau karena terkena wabah covid-19. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa ada begitu banyak ketakutan yang dapat dialami oleh seseorang.
   Saat ini, Indonesia termasuk sebagai negara yang turut serta menghadapi wabah covid-19. Pemerintah dengan sungguh-sungguh menangani wabah ini. Bahkan Presiden Joko Widodo, dalam rapat terbatas secara telekonferensi tanggal 20 April 2020 menyampaikan:"Seluruh daerah agar menangani Covid-19 ini dengan melakukan pengujian sampel yang masif, pelacakan yang agresif, dan isolasi yang ketat". Meskipun pemerintah Indonesia telah memberikan bukti kerja keras dan tata kelola penanganan Covid-19 dengan baik, masih ada pula sebagian masyarakat yang ketakutan. Sebagai akibatnya, mereka mengalami semacam penyakit psikosomatis. Ada yang merasa sesak nafas, demam, batuk, atau pilek, sehingga kuatir terkena covid-19. Padahal sebenarnya, penyakit yang dialami tidak ada kaitannya dengan Covid-19. Oleh karena itu, kenyataan yang demikian harus diatasi.
      Sebagai pribadi yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus, baiklah kita memahami dan meyakini akan firman Tuhan dalam I Korintus 10:13. Ini adalah firman Tuhan yang memberikan kepada kita penghiburan sekaligus keyakinan, agar kita tidak larut takut dengan wabah Covid-19. 
Demikianlah firman Tuhan: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."
     Firman Tuhan dalam I Korintus 10:13, memberitahukan kepada kita bahwa: 1. Selama di dunia, kita akan menghadapi pencobaan. 2. Selama mengalami pencobaan, TUHAN Allah tidak tinggal diam. 3. TUHAN Allah akan memberikan jalan keluar atas pencobaan yang kita alami. Dengan demikian, jelaslah, bahwa kita tidak perlu takut dengan hawa mencekam dari kabar wabah Covid-19.
       Mungkin ada yang menyampaikan pertanyaan: "Bila kami tidak takut, bolehkah kami tidak pakai masker bila keluar rumah?" atau "Bolehkah kami yang di kota melaksanakan mudik atau pulang kampung?". Tentu itu bukanlah hal yang sesuai dengan keberadaan kita sebagai umat Kristen. Mari kita bantu pemerintah, bersabar dan tenanglah dalam menghadapi persoalan ini. Kepanikan atau stress berlebihan harus kita hindari. Saat ini, imunitas tubuh harus tetap kita jaga. Baik melalui makanan sehat, maupun hati yang tenang.
        Saat ini, dalam menghadapi wabah Covid-19 bersama pemerintah, yang perlu kita lakukan adalah jangan sampai kita menjadi ketakutan. Mengalami kepanikan yang luar biasa bukanlah ciri-ciri pribadi yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu, terimalah kenyataan bahwa di dunia kita pasti mengalami pencobaan. Maka, milikilah keyakinan bahwa TUHAN Allah akan bertindak menyelamatkan kita, dan Ia akan memberikan jalan keluar atas persoalan kita. Tuhan Yesus memberkati.

Sabtu, 18 April 2020

Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19 (Efesus 3:14-21)

Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19 
(Efesus 3:14-21)

Sampai hari ini, marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus. Oleh karena kebaikan-Nya, kita dapat beribadah bersama-sama dalam keluarga. Mungkin ada yang sudah merindukan untuk ibadah bersama dalam jemaat. Ada yang merindukan pertemuan secara fisik dalam kebaktian bersama. Namun demikian, situasi dan keadaan di Indonesia secara umum, belum memungkinkan bagi kita untuk melakukannya. Dalam keadaan yang demikian, baiklah kita tetap memiliki semangat dalam menjalani kehidupan.
Apabila kita cermati surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Akan kita dapati, bahwa rasul Paulus begitu semangat untuk tetap mengasihi jemaat Efesus. Semangat tersebut tercermin dalam surat yang ditulisnya, secara khusus pada pasal 1:15-23 dan 3:14-21. Biasanya, doa itu ditulis pada awal surat sebagai salam pembuka, atau dibagian akhir surat sebagai salam penutup. Uniknya, rasul Paulus menuliskan pokok doanya pada dua bagian isi surat. Setelah memberikan penjelasan tetang berbagai-bagai anugerah bagi orang percaya (1:3-14), rasul Paulus langsung menutup dengan doa. Demikian selanjutnya, setelah menjabarkan kuasa kasih Kristus bagi orang-orang bukan Yahudi (pasal 2 dan pasal 3:1-13), rasul Paulus melanjutkan dengan sebuah doa: “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa...”.
Keberadaan yang demikian, menunjukkan bahwa rasul Paulus memiliki semangat kuat untuk membangun iman kepada Tuhan Yesus. Meskipun ia berada di penjara. Namun semangatnya untuk membangun iman tetap menyala-nyala. Ia membangun imannya dan orang-orang yang berada dalam jangkauannya.
Melalui teks firman Tuhan dalam Efesus 3:14-21, kita diajarkan bagaimana supaya tetap semangat untuk membangun iman kita secara pribadi dan orang-orang terdekat kita.

Pertama, berdoalah secara pribadi
Mari kita perhatikan ayat 14-15. Dalam teks tersebut dijelaskan, oleh karena keprihatinan terhadap iman jemaat di Efesus, maka ia sujud kepada Allah Bapa – untuk berdoa. Ayat tersebut memberikan penerangan kepada kita, bahwa Allah Bapa menghendaki supaya kita juga memiliki waktu berdoa secara pribadi (Lihat Matius 6:6). Dalam pertemuan yang pribadi  dengan Allah inilah, jiwa kita disegarkan. Kita mengerti, bahwa persekutuan dalam jemaat itu menyegarkan jiwa. Namun, jangan pula dilupakan, bahwa tanpa berdoa secara pribadi kita tidak akan pernah mampu melakukan apa-apa bagi Tuhan. Nehemia dan Rasul Paulus, dapat menjadi teladan iman bagi kita dalam hal doa pribadi. Dalam doa pribadi, jiwa kita disegarkan dan mendapatkan firman Tuhan. Bagaimana kita hendak menyegarkan iman orang lain, bila dalam kenyataannya jiwa kita belum disegarkan dengan keyakinan terhadap satu firman Tuhan? Maka, sujudlah dihadapan Allah Bapa dalam doa agar jiwa kita disegarkan dan iman kita dikuatkan.

Kedua, doakanlah pribadi-pribadi dalam jangkauan
Dalam ayat 14-21, merupakan gambaran dimana kita harus mendoakan orang-orang dalam jangkauan kita. Rasul Paulus hanya mampu menyampaikan pokok doanya kepada jemaat di Efesus, karena ia masih berada dalam penjara. Mengingat keadaan jemaat Efesus yang harus menghadapi tantangan penyesatan, maka rasul Paulus hanya menyampaikan pokok doa kepada Jemaat Efesus melalui surat. Jemaat didoakan supaya tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus dan mengalami kasih Kristus. Namun berbeda halnya, dengan apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus setelah bangkit dari kematian. Ia menampakkan diri kepada para murid, lalu memberikan pencerahan, bahkan mendoakan mereka. Kita ingat peristiwa ini, bahwa ketika Tuhan Yesus bangkit, Ia tidak langsung naik ke sorga. Tuhan tidak langsung meninggalkan para murid yang berada dalam ketakutan. Tuhan Yesus berkenan menampakkan diri kepada para murid, menyampaikan janji firman-Nya dan setelah itu barulah Ia terangkat ke sorga.
       Mari kita doakan orang-orang yang berada dalam jangkauan kita. Kita harus tahu, mungkin orang-orang disekitar kita mengalami ketakutan, stress atau tekanan, atau pergumulan berat. Mari kita menjadi pribadi yang mendoakan mereka secara langsung, supaya damai sejahtera Kristus dialami juga oleh orang dalam jangkauan kita (secara khusus keluarga serumah).
      
Ketiga, sampaikan perkataan yang membangkitkan pengharapan kepada Kristus
Dalam ayat 14-21, kita melihat bahwa pokok doa  yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat Efesus menimbulkan pengharapan kepada Kristus. Tidak ada intimidasi maupun kecaman dalam surat tersebut. Demikian pula kita ingat, setelah Tuhan Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada para murid, Ia tidak mengecam para murid yang tidak percaya. Tetapi justru Tuhan Yesus memulihkan ketidakpercayaan mereka dan memberikan janji, agar mereka tetap berharap kepada-Nya.
       Mari kita sampaikan perkataan yang membangkitkan pengharapan kepada Tuhan Yesus. Istri bisa berkata kepada suami kita: “Papa tetap semangat, Tuhan Yesus tidak tinggalkan kita”. Suami bisa menyemangati istri: “Mama, jangan kuatir, Tuhan Yesus mencukupkan kebutuhan kita”. Orang tua dapat berkata kepada anak-anaknya: “Tetap berdoa ya nak, Tuhan Yesus mengasihi kita”. Anak-anak bisa berkata kepada orang tuanya: “Mama, Papa, Tuhan Yesus baik”.

Penutup
Ditengah wabah Covid-19, kondisi dan keadaan tidak memungkinkan bagi kita untuk membangun iman melalui pertemuan dalam jemaat. Namun, marilah kita tetap semangat untuk membangun iman kita pribadi dan orang-orang dalam jangkauan kita (dalam hal ini keluarga kita serumah). Mari kita teladani Tuhan Yesus. Setelah kebangkitan-Nya, Ia berkenan menampakkan diri kepada para murid. Bahkan membangkitkan semangat dan iman para murid. Maka, marilah bersama kita miliki waktu untuk doa pribadi, doakan orang-orang dalam jangkauan dan sampaikan perkataan yang membangkitkan iman kepada Kristus.

Kerangka Khotbah Ibadah Raya: Hati yang Menyambut Sang Raja (Matius 21:1-11)


Dalam kalender gerejawi, minggu ini disebut ‘minggu palem’. Dalam tradisi peringatan minggu palem, Tuhan Yesus digambarkan sebagai Raja Agung yang berkuasa atas bumi maupun sorga. Tradisi minggu palem ini mengangkat sebuah peristiwa ketika Tuhan Yesus naik keledai untuk memasuki kota Yerusalem. Dimana banyak orang mengarak dengan sorak-sorai dan sukacita tarian. Bahkan dalam iring-iringan besar tersebut ada orang-orang bersedia melepaskan jubah, serta menaruhnya dijalan yang dilewati Tuhan. Tujuannya ialah sebagai ganti permadani penyambutan raja. Menariknya lagi, dalam peristiwa iring-iringan tersebut ada juga daun-daun palem bertebaran sepanjang jalan (Yoh. 12:12-13). Apa maksud pemakaian daun-daun palem dalam peristiwa penyambutan Tuhan Yesus tersebut? Dalam tradisi Yahudi, daun palem adalah simbol kemenangan. Apabila dipahami dari sudut pandang kitab Wahyu, maka jelaslah bahwa penggunaan daun palem melambangkan kemenangan atas dosa dan kematian kekal (Wahyu 6:9-11; 7:9-17).
Beberapa gereja ada yang mengadopsi perayaan minggu palem dan menempatkannya dalam liturgi gerejawi. Hal tersebut dilakukan sebagai pembuka pekan suci dari peristiwa kematian, kebangkitan dan terangkatnya Tuhan Yesus ke Sorga. Lebih dalam lagi, bukan berarti kita mengesampingkan peran perayaan minggu palem di sini, namun yang terpenting adalah sikap hati kita dalam menyambut Tuhan Yesus.
Melalui pembelajaran tentang peristiwa penyambutan Tuhan Yesus dalam gegap gempita, dari Betfage menuju kota Yerusalem yang ditulis oleh Matius. Akan kita dapatkan paling tidak tiga kriteria hati yang menyambut Tuhan Yesus sebagai Raja, yakni:

1.    Hati yang menghamba kepada Tuhan
Mari kita perhatikan ayat 1 sampai 4. Setibanya Tuhan Yesus bersama para murid di Betfage, Ia memerintahkan dua orang murid-Nya untuk mengambil keledai di sebuah kampung. Dua murid ini tahu, bahwa keledai yang akan diambil bukanlah milik mereka. Oleh karena dua murid ini memiliki hati yang menghamba kepada Tuhan Yesus, maka mereka berdua melakukan saja sesuai perintah Tuhan. Bahkan tanpa banyak bertanya balik kepada Tuhan Yesus. Para murid hanya tahu, bahwa mereka adalah pribadi yang menghamba kepada Tuhan Yesus. Maka, mereka melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan.
Sekarang, mari kita perhatikan keadaan kita. Hari-hari ini, seluruh Indonesia, terutama kota Semarang, sedang berjuang untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Kita tahu, bahwa berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah ini. Termasuk di dalamnya kita diminta untuk melaksanakan social distancing, menjaga kesehatan badan maupun lingkungan rumah, bahkan beribadah di rumah. Namun demikian, janganlah kita patah semangat ataupun terlena dengan keadaan ini. Iman-percaya kita harus tetap teguh kepada Tuhan Yesus. Kualitas menghambanya kita kepada Tuhan harus seperti emas. Semakin dibakar dalam api pergumulan, maka menjadi semakin murni dan tinggi kualitasnya. Meskipun wabah covid-19 memaksa kita untuk beribadah dirumah, namun ketaatan kita harus tetap tangguh. Meskipun harus di rumah, tetaplah beribadah-berdoa bersekutu bersama keluarga. Jangan sampai masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah kesehatan, atau masalah apapun, malah membuat kita berhenti beribadah bersama keluarga. Marilah kita menjadi tangguh, taatlah kepada Roh Kudus yang mengingatkan hati nurani kita untuk tetap beribadah bersama keluarga. Kita adalah pribadi yang telah dipilih dan diperlengkapi oleh Tuhan Yesus, kita pasti bisa melewati masa wabah ini dengan iman-percaya yang teguh pula.
          Dalam keadaan tertekan seperti ini, bisa jadi ini adalah masa permulaan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Namun demikian, kita tidak perlu takut. Justru hati yang menghamba kepada Tuhan harus tetap kita miliki, meskipun kita tidak tahu rancangan-Nya secara detil. Mari bersama-sama kita menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan dalam berbagai kondisi. Sebab Tuhan Yesus menyatakan: “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” (Lukas 12:43).

Selanjutnya, hati yang bersedia menyambut Tuhan Yesus adalah...
2.    Hati yang rindu mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan
Mari kita perhatikan ayat 6 sampai dengan 8. Pada ayat tersebut, dijelaskan bahwa kedua murid melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan Yesus. Sesuatu yang menarik terjadi, ketika para murid melihat tidak ada pelana di punggung keledai itu. Dengan segala kerelaan mereka memberi yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Bukan hanya mengantarkan keledai sampai di hadapan Tuhan Yesus. Akan tetapi kedua murid itu melepas jubahnya, dan menaruh di atas punggung keledai supaya Tuhan Yesus bisa menaikinya dengan nyaman.
Apa yang dikerjakan oleh para murid, menunjukkan bahwa mereka benar-benar bersedia menyambut Tuhan Yesus. Mereka rindu mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, bahkan yang terbaik dari apa yang mereka miliki.
Ada sebuah kesaksian nyata. Ada seorang Ibu – singgel parent, yang kesehariannya berjualan kue di pinggir jalan sebuah kota kecil. Ia hidup bersama anaknya perempuan satu-satunya, yang sekarang duduk di kelas empat SD. Melihat apa yang di jual, tentu pas-pasan untuk hidup dan menyekolahkan anaknya di sekolah yang cukup mahal (dalam pendapat saya). Namun, setiap sebulan sekali ia memberikan kue kepada guru agama Kristen yang mengajar anaknya, bahkan kadang disertakan persembahan berupa uang. Beberapa kali Pak Guru Agama ini memberitahu ibu tersebut, supaya mengurungkan niatnya untuk memberi. Mengingat perekonomian ibu tersebut pas-pasan. Namun Ibu tersebut berkata: Bapak Guru.. saya tidak sedang memberi untuk Bapak.. saya sedang mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Silakan diterima.” Mendengar kesaksian ini, saya hanya bisa tertegun dan bertanya, ‘Mengapa Ibu ini bisa bertindak seperti itu?’ Karena ia mengasihi Tuhan Yesus.
Hati yang rindu mempersembahkan sesuatu yang terbaik bagi Tuhan harus kita miliki dalam menyambut kedatangan-Nya.
Hari ini, dalam menghadapi wabah covid-19, hindarilah sikap untuk menghakimi orang lain. Sebab Tuhan tidak menghendaki sikap hati yang demikian dalam menyambut kedatangan-Nya. Mungkin kita melihat ada orang-orang yang tetap keluar rumah untuk berjualan atau bekerja untuk mendapatkan uang demi sesuap nasi. Sebagian kita mungkin melihat juga ada yang sudah cukup biaya hidupnya, dan bisa bertahan dengan bekerja dari rumah. Semua kita tentu berjuang bersama, dalam mendukung pemerintah untuk melawan penyebaran virus covid-19. Namun, hal terpenting saat ini adalah.. mari kita berbagi berkat, mari kita nyatakan hati yang rindu mempersembahkan hal terbaik bagi Tuhan, dalam keberadaan kita. Meskipun tidak ada kamera yang menyorot, lakukanlah apabila kita diberkati Tuhan. Sebab, sorga sedang merekam perbuatan baik kita dan yang Empunya Kerajaan Sorga akan membalas perbuatan baik kita.

Terakhir, kriteria hati yang bersedia menyambut Tuhan Yesus adalah...
3.    Hati yang berharap kepada Tuhan
Mari kita kembali perhatikan mulai dari ayat 9 sampai dengan 11. Para murid, disertai oleh orang banyak – baik yang berjalan mendahului Tuhan Yesus maupun yang di bagian belakang arak-arakan, sepakat menyerukan pujian: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi”. Ini adalah pujian pengharapan kepada TUHAN Allah. Hosana, yang artinya: “Oh TUHAN selamatkanlah kami, berikanlah kemenangan bagi kami!”. Pujian tersebut begitu indah dan mengena di hati pada pengarak Tuhan Yesus. Namun sayang sekali, tidak semua pengiring Tuhan Yesus pada waktu itu mengenal-Nya. Ada yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah nabi dari Nazaret, di Galilea. Sehingga tidak sedikit orang-orang tersebut juga ikut menyerukan: Salibkan Dia! Ketika Tuhan Yesus dijatuhi hukuman mati di kayu salib.
          Sekarang, bagaimana dengan hati kita? Adakah hati kita tetap berharap kepada Tuhan Yesus? Di tengah wabah virus covid-19 ini, adakah kita tetap menaruh pengharapan kita kepada-Nya? Saya yakin, kita semua tidak mengandalkan diri sendiri. Kita tidak mengandalkan kemampuan kita, karena kita percaya bahwa Tuhan Yesus adalah TUHAN Allah. Dengan demikian kita tetap mengandalkan TUHAN Allah. Kita tetap berseru kepada Tuhan Yesus, dalam doa kita. Kita akan berseru, Hosanna, oh Tuhan Yesus, selamatkanlah kami dan berikanlah kepada kami kemenangan atas wabah ini. Kita akan mengikuti anjuran pemerintah dan diatas semua itu kita tetap berharap dalam doa kepada TUHAN Allah. Saya yakin, seruan doa kita di dengar oleh Tuhan. Tidak ada yang membuat kita panik, karena kita berharap kepada TUHAN Allah.

Perenungan
Mari kita bersama merenungkan firman Tuhan yang telah kita terima bersama-sama. Selama menghadapi wabah covid-19 ini, baiklah kita bersama-sama tetap teguh menyediakan hati kita untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Kita tidak tahu kapan akan tiba. Namun sudah sebaiknya kita berjaga-jaga. Setiap kita yang berjaga-jaga pasti memilih untuk memiliki hati yang menghamba kepada Tuhan. Menyatakan hati yang rindu mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Serta meneguhkan hati yang tetap berharap kepada Tuhan. Kiranya Tuhan Yesus sertai kita dalam menyambut kedatangan-Nya untuk yang kedua kali. Amin.

Khotbah Bahasa Jawa: Ngadhepi Godhaning Iblis | Matius 4:1-11




Ibu, bapak, para sadherek ingkang kinasih,dados pribadi Kristen punika satunggaling anugrah ingkang endah. Awit Gusti Yesus Kristus, lumantar ing Roh Suci tansah nganthi pagesangan kita. Ananging wonten ing pagesangan, Iblis tansah sumedya angon mangsa dhumateng para pitados. Kados dene ingkang sampun kaserat wonten ing I Petrus 5:8, “Padha diwaras ing budi sarta diprayitna, jalaran mungsuhmu Ilbis iku klinteran kaya singa nggero-nggero ngupaya manungsa kang kena dimangsa”.

Punapa kemawon profesi kita, menawi kita taksih pitados dhumateng Gusti Yesus kanthi saestu, Iblis mboten badhe kendel.

Gusti Yesus sampun paring tuladha, wonten ing babagan “kalis saking panggodhaning Iblis”.

Mateus, sampun nyerat prastawa punika, sumangga kita nyinau sesarengan  kados pundi Gusti saged kalis saking panggodha rencana Iblis.

Ingkang sepisan, kita kedah mirsa jinising panggodha saking Iblis. Wonten ing Mateus 4:1-11, kita saged manggihi tiga bentuk pencobaan saking Iblis.
Setunggal, inggih punika godhaan kangge nyalahginakaken kuwaos.
Kalih, inggih punika godhaan kangge ngemehaken kasaenanipun Allah.
Tiga, inggih punika godhaan kangge nyembah marang Iblis.

Sumangga sesarengan kita kupas setunggal-setunggal,

Iblis nggodha supados kita saged dawah wonten ing dosa nyalahginakaken kekuasaan.
Tamtunipun Iblis ngerti bilih Gusti Yesus punika kerapan. Lan ugi ngerti, bilih Gusti Yesus punika ‘Allah kang manjalma dados manungsa’ ingkang kagungan kuwaos wonten ing bumi lan ing swargo. Saged ngubah watu – sela, dados roti. Ananging Gusti Yesus mboten kersa nuruti prentahipun Iblis.

Awit, sampun jelas, Gusti Yesus punika katuntun dening Roh Suci, pramila Gusti Yesus teguh taat namung dhumateng Allah sang Rama.

Sumangga kita sesarengan waspada. Kita sedaya dipun paringi kuwaos dening Allah. Wonten ingkang dados pimpinan perusahaan, wonten ingkang dipun paringi kuwaos dados karyawan. Wonten ingkang dipunparingi kuwaos saged mbangun bisnis utawi perdagangan. Langkung-langkung, wonten ingkang dipun paringi kuwaos mimpin keluarga. Ananging, Iblis mboten seneng menawi perusahaan kita maju, iblis mboten seneng menawi perdagangan utawi bisnis kita mlampah kanthi ketaatan dhumateng Gusti Yesus. Iblis mboten seneng, menawi kita sak kulawarga taat dhumateng sabdanipun Gusti.

Pramila, sumangga kita tetep waspada, ampun ngantos kemampuan utawi kuwaos ingkang sampun dipunparingaken dhumateng kita, andadosaken kita gampang ndamel dosa.

Saklajengipun,
Iblis nggodha supados kita ndamel dolanan sadaya kasaenan ingkang saking Allah,

Tamtunipun kita saged mirsa sesarengan, wonten ing Mazmur 91:9-12, kaserat mekaten:
Amargo Pangeran Yehuwah iku dadi pangayomanmu, Kang Mahaluhur iku wus kokdadekake pangaubanmu, kowe ora bakal katempuh ing bilai, sarta ora ana wewelak kang nyedhaki tarubmu; awit Pangeran bakal ndhawuhi para malaekate ing ngatase kowe, supaya rumeksa marang kowe ana ing sakehing dalanmu. Kowe bakal ditadhahi ing tangane, supaya kowe aja nganti kesandhung ing watu.
Khanthi sabdanipun Allah punika, kanthi janji kasaenan ingkan saking Allah punika, Iblis nggodha Gusti Yesus supados dolanan sabdanipun Gusti.
Iblis ngomong,..
Ora papa.. anjlog saka payone padaleman suci, kan mengko ditatang para malaekat..
Ora papa.. dina iki nggawe dosa, sesuk kan isa njaluk ngapura...
Ora papa.. dina iki maling, sing penting sesuk isa dadi sugih.. kan Gusti Yesus tansah nganthi...
Ananging Gusti Yesus saged kalis saking panggodhaning Iblis punika.
Sumangga tansah diwaspada, ampun ngantos kita dados pribadi ingkang ngremehaken sabdanipun Gusti, lan ndamel dados dolanan sakehing kasaenanipun Gusti Allah. Wonten sabdanipun Gusti ing Galatia 6:7, ‘Aja padha kesasar! Gusti Allah ora kena digawe geguyon. Awit apa kang disebar ing wong, iya iku kang bakal dieneni’.

Ingkang pungkasan,
Iblis nggodha, supados kita saged dhawah nyembah dhumateng Iblis
Saged sesarengan kita mangertosi wonten ing ayat 9-10, Iblis ngaturi pirsa Gusti Yesus sakehe krajan ing donya dalasan kamulyane, lajeng badhe ngaturaken sadaya punika kanthi syarat, Gusti Yesus kersa nyembah sujud dhumateng Iblis. Ananging Gusti Yesus saged kalis saking panggodha punika.
Iblis, nggodha kita supados kita sumuyud kanthi panembahan ingkang lebet.
Tansah waspada, ampun ngantos kita nyembah dhumateng Iblis. Wonten tiyang ingkang nggadhahi pepinginan supados cepet sugih, utawi supados nggadhahi kawibawan-kadigdayan, piyambakipun manembah dhumateng iblis. Supados anakipun sukses, piyambakipun nyuwun tulung kalihan tiyang pinter.. lan sanesipun.

Tansah diwaspada, ampun ngantos kita dhawah nyembah Iblis.

Saklajengipun, punapa ingkang kedah kita lampahi supados saged kalis saking panggodhaning Iblis?
Setunggal, tansah waspada lan ugi ndedonga wonten ing padintenan (Matius 26:41)
Kalih, tansah nggadhahi pangajeng-ajeng dhumateng Gusti Yesus (I Korintus 10:13)
Tiga, tansah gegondhelan dhumateng janjinipun Gusti Allah (Yakobus 1:12).

Amin.

Pdt. Setyawan Adi Nugroho, MTh.

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...