Sabtu, 18 April 2020

Kerangka Khotbah Ibadah Raya: Hati yang Menyambut Sang Raja (Matius 21:1-11)


Dalam kalender gerejawi, minggu ini disebut ‘minggu palem’. Dalam tradisi peringatan minggu palem, Tuhan Yesus digambarkan sebagai Raja Agung yang berkuasa atas bumi maupun sorga. Tradisi minggu palem ini mengangkat sebuah peristiwa ketika Tuhan Yesus naik keledai untuk memasuki kota Yerusalem. Dimana banyak orang mengarak dengan sorak-sorai dan sukacita tarian. Bahkan dalam iring-iringan besar tersebut ada orang-orang bersedia melepaskan jubah, serta menaruhnya dijalan yang dilewati Tuhan. Tujuannya ialah sebagai ganti permadani penyambutan raja. Menariknya lagi, dalam peristiwa iring-iringan tersebut ada juga daun-daun palem bertebaran sepanjang jalan (Yoh. 12:12-13). Apa maksud pemakaian daun-daun palem dalam peristiwa penyambutan Tuhan Yesus tersebut? Dalam tradisi Yahudi, daun palem adalah simbol kemenangan. Apabila dipahami dari sudut pandang kitab Wahyu, maka jelaslah bahwa penggunaan daun palem melambangkan kemenangan atas dosa dan kematian kekal (Wahyu 6:9-11; 7:9-17).
Beberapa gereja ada yang mengadopsi perayaan minggu palem dan menempatkannya dalam liturgi gerejawi. Hal tersebut dilakukan sebagai pembuka pekan suci dari peristiwa kematian, kebangkitan dan terangkatnya Tuhan Yesus ke Sorga. Lebih dalam lagi, bukan berarti kita mengesampingkan peran perayaan minggu palem di sini, namun yang terpenting adalah sikap hati kita dalam menyambut Tuhan Yesus.
Melalui pembelajaran tentang peristiwa penyambutan Tuhan Yesus dalam gegap gempita, dari Betfage menuju kota Yerusalem yang ditulis oleh Matius. Akan kita dapatkan paling tidak tiga kriteria hati yang menyambut Tuhan Yesus sebagai Raja, yakni:

1.    Hati yang menghamba kepada Tuhan
Mari kita perhatikan ayat 1 sampai 4. Setibanya Tuhan Yesus bersama para murid di Betfage, Ia memerintahkan dua orang murid-Nya untuk mengambil keledai di sebuah kampung. Dua murid ini tahu, bahwa keledai yang akan diambil bukanlah milik mereka. Oleh karena dua murid ini memiliki hati yang menghamba kepada Tuhan Yesus, maka mereka berdua melakukan saja sesuai perintah Tuhan. Bahkan tanpa banyak bertanya balik kepada Tuhan Yesus. Para murid hanya tahu, bahwa mereka adalah pribadi yang menghamba kepada Tuhan Yesus. Maka, mereka melakukan apa yang Tuhan Yesus perintahkan.
Sekarang, mari kita perhatikan keadaan kita. Hari-hari ini, seluruh Indonesia, terutama kota Semarang, sedang berjuang untuk mencegah penyebaran virus Covid-19. Kita tahu, bahwa berbagai upaya pemerintah telah dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah ini. Termasuk di dalamnya kita diminta untuk melaksanakan social distancing, menjaga kesehatan badan maupun lingkungan rumah, bahkan beribadah di rumah. Namun demikian, janganlah kita patah semangat ataupun terlena dengan keadaan ini. Iman-percaya kita harus tetap teguh kepada Tuhan Yesus. Kualitas menghambanya kita kepada Tuhan harus seperti emas. Semakin dibakar dalam api pergumulan, maka menjadi semakin murni dan tinggi kualitasnya. Meskipun wabah covid-19 memaksa kita untuk beribadah dirumah, namun ketaatan kita harus tetap tangguh. Meskipun harus di rumah, tetaplah beribadah-berdoa bersekutu bersama keluarga. Jangan sampai masalah keluarga, masalah ekonomi, masalah kesehatan, atau masalah apapun, malah membuat kita berhenti beribadah bersama keluarga. Marilah kita menjadi tangguh, taatlah kepada Roh Kudus yang mengingatkan hati nurani kita untuk tetap beribadah bersama keluarga. Kita adalah pribadi yang telah dipilih dan diperlengkapi oleh Tuhan Yesus, kita pasti bisa melewati masa wabah ini dengan iman-percaya yang teguh pula.
          Dalam keadaan tertekan seperti ini, bisa jadi ini adalah masa permulaan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua. Namun demikian, kita tidak perlu takut. Justru hati yang menghamba kepada Tuhan harus tetap kita miliki, meskipun kita tidak tahu rancangan-Nya secara detil. Mari bersama-sama kita menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan dalam berbagai kondisi. Sebab Tuhan Yesus menyatakan: “Berbahagialah hamba, yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang.” (Lukas 12:43).

Selanjutnya, hati yang bersedia menyambut Tuhan Yesus adalah...
2.    Hati yang rindu mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan
Mari kita perhatikan ayat 6 sampai dengan 8. Pada ayat tersebut, dijelaskan bahwa kedua murid melakukan apa yang menjadi perintah Tuhan Yesus. Sesuatu yang menarik terjadi, ketika para murid melihat tidak ada pelana di punggung keledai itu. Dengan segala kerelaan mereka memberi yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Bukan hanya mengantarkan keledai sampai di hadapan Tuhan Yesus. Akan tetapi kedua murid itu melepas jubahnya, dan menaruh di atas punggung keledai supaya Tuhan Yesus bisa menaikinya dengan nyaman.
Apa yang dikerjakan oleh para murid, menunjukkan bahwa mereka benar-benar bersedia menyambut Tuhan Yesus. Mereka rindu mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, bahkan yang terbaik dari apa yang mereka miliki.
Ada sebuah kesaksian nyata. Ada seorang Ibu – singgel parent, yang kesehariannya berjualan kue di pinggir jalan sebuah kota kecil. Ia hidup bersama anaknya perempuan satu-satunya, yang sekarang duduk di kelas empat SD. Melihat apa yang di jual, tentu pas-pasan untuk hidup dan menyekolahkan anaknya di sekolah yang cukup mahal (dalam pendapat saya). Namun, setiap sebulan sekali ia memberikan kue kepada guru agama Kristen yang mengajar anaknya, bahkan kadang disertakan persembahan berupa uang. Beberapa kali Pak Guru Agama ini memberitahu ibu tersebut, supaya mengurungkan niatnya untuk memberi. Mengingat perekonomian ibu tersebut pas-pasan. Namun Ibu tersebut berkata: Bapak Guru.. saya tidak sedang memberi untuk Bapak.. saya sedang mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhan Yesus. Silakan diterima.” Mendengar kesaksian ini, saya hanya bisa tertegun dan bertanya, ‘Mengapa Ibu ini bisa bertindak seperti itu?’ Karena ia mengasihi Tuhan Yesus.
Hati yang rindu mempersembahkan sesuatu yang terbaik bagi Tuhan harus kita miliki dalam menyambut kedatangan-Nya.
Hari ini, dalam menghadapi wabah covid-19, hindarilah sikap untuk menghakimi orang lain. Sebab Tuhan tidak menghendaki sikap hati yang demikian dalam menyambut kedatangan-Nya. Mungkin kita melihat ada orang-orang yang tetap keluar rumah untuk berjualan atau bekerja untuk mendapatkan uang demi sesuap nasi. Sebagian kita mungkin melihat juga ada yang sudah cukup biaya hidupnya, dan bisa bertahan dengan bekerja dari rumah. Semua kita tentu berjuang bersama, dalam mendukung pemerintah untuk melawan penyebaran virus covid-19. Namun, hal terpenting saat ini adalah.. mari kita berbagi berkat, mari kita nyatakan hati yang rindu mempersembahkan hal terbaik bagi Tuhan, dalam keberadaan kita. Meskipun tidak ada kamera yang menyorot, lakukanlah apabila kita diberkati Tuhan. Sebab, sorga sedang merekam perbuatan baik kita dan yang Empunya Kerajaan Sorga akan membalas perbuatan baik kita.

Terakhir, kriteria hati yang bersedia menyambut Tuhan Yesus adalah...
3.    Hati yang berharap kepada Tuhan
Mari kita kembali perhatikan mulai dari ayat 9 sampai dengan 11. Para murid, disertai oleh orang banyak – baik yang berjalan mendahului Tuhan Yesus maupun yang di bagian belakang arak-arakan, sepakat menyerukan pujian: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi”. Ini adalah pujian pengharapan kepada TUHAN Allah. Hosana, yang artinya: “Oh TUHAN selamatkanlah kami, berikanlah kemenangan bagi kami!”. Pujian tersebut begitu indah dan mengena di hati pada pengarak Tuhan Yesus. Namun sayang sekali, tidak semua pengiring Tuhan Yesus pada waktu itu mengenal-Nya. Ada yang menyatakan bahwa Tuhan Yesus adalah nabi dari Nazaret, di Galilea. Sehingga tidak sedikit orang-orang tersebut juga ikut menyerukan: Salibkan Dia! Ketika Tuhan Yesus dijatuhi hukuman mati di kayu salib.
          Sekarang, bagaimana dengan hati kita? Adakah hati kita tetap berharap kepada Tuhan Yesus? Di tengah wabah virus covid-19 ini, adakah kita tetap menaruh pengharapan kita kepada-Nya? Saya yakin, kita semua tidak mengandalkan diri sendiri. Kita tidak mengandalkan kemampuan kita, karena kita percaya bahwa Tuhan Yesus adalah TUHAN Allah. Dengan demikian kita tetap mengandalkan TUHAN Allah. Kita tetap berseru kepada Tuhan Yesus, dalam doa kita. Kita akan berseru, Hosanna, oh Tuhan Yesus, selamatkanlah kami dan berikanlah kepada kami kemenangan atas wabah ini. Kita akan mengikuti anjuran pemerintah dan diatas semua itu kita tetap berharap dalam doa kepada TUHAN Allah. Saya yakin, seruan doa kita di dengar oleh Tuhan. Tidak ada yang membuat kita panik, karena kita berharap kepada TUHAN Allah.

Perenungan
Mari kita bersama merenungkan firman Tuhan yang telah kita terima bersama-sama. Selama menghadapi wabah covid-19 ini, baiklah kita bersama-sama tetap teguh menyediakan hati kita untuk menyambut kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali. Kita tidak tahu kapan akan tiba. Namun sudah sebaiknya kita berjaga-jaga. Setiap kita yang berjaga-jaga pasti memilih untuk memiliki hati yang menghamba kepada Tuhan. Menyatakan hati yang rindu mempersembahkan yang terbaik kepada Tuhan. Serta meneguhkan hati yang tetap berharap kepada Tuhan. Kiranya Tuhan Yesus sertai kita dalam menyambut kedatangan-Nya untuk yang kedua kali. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...