Sabtu, 18 April 2020

Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19 (Efesus 3:14-21)

Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19 
(Efesus 3:14-21)

Sampai hari ini, marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus. Oleh karena kebaikan-Nya, kita dapat beribadah bersama-sama dalam keluarga. Mungkin ada yang sudah merindukan untuk ibadah bersama dalam jemaat. Ada yang merindukan pertemuan secara fisik dalam kebaktian bersama. Namun demikian, situasi dan keadaan di Indonesia secara umum, belum memungkinkan bagi kita untuk melakukannya. Dalam keadaan yang demikian, baiklah kita tetap memiliki semangat dalam menjalani kehidupan.
Apabila kita cermati surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Akan kita dapati, bahwa rasul Paulus begitu semangat untuk tetap mengasihi jemaat Efesus. Semangat tersebut tercermin dalam surat yang ditulisnya, secara khusus pada pasal 1:15-23 dan 3:14-21. Biasanya, doa itu ditulis pada awal surat sebagai salam pembuka, atau dibagian akhir surat sebagai salam penutup. Uniknya, rasul Paulus menuliskan pokok doanya pada dua bagian isi surat. Setelah memberikan penjelasan tetang berbagai-bagai anugerah bagi orang percaya (1:3-14), rasul Paulus langsung menutup dengan doa. Demikian selanjutnya, setelah menjabarkan kuasa kasih Kristus bagi orang-orang bukan Yahudi (pasal 2 dan pasal 3:1-13), rasul Paulus melanjutkan dengan sebuah doa: “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa...”.
Keberadaan yang demikian, menunjukkan bahwa rasul Paulus memiliki semangat kuat untuk membangun iman kepada Tuhan Yesus. Meskipun ia berada di penjara. Namun semangatnya untuk membangun iman tetap menyala-nyala. Ia membangun imannya dan orang-orang yang berada dalam jangkauannya.
Melalui teks firman Tuhan dalam Efesus 3:14-21, kita diajarkan bagaimana supaya tetap semangat untuk membangun iman kita secara pribadi dan orang-orang terdekat kita.

Pertama, berdoalah secara pribadi
Mari kita perhatikan ayat 14-15. Dalam teks tersebut dijelaskan, oleh karena keprihatinan terhadap iman jemaat di Efesus, maka ia sujud kepada Allah Bapa – untuk berdoa. Ayat tersebut memberikan penerangan kepada kita, bahwa Allah Bapa menghendaki supaya kita juga memiliki waktu berdoa secara pribadi (Lihat Matius 6:6). Dalam pertemuan yang pribadi  dengan Allah inilah, jiwa kita disegarkan. Kita mengerti, bahwa persekutuan dalam jemaat itu menyegarkan jiwa. Namun, jangan pula dilupakan, bahwa tanpa berdoa secara pribadi kita tidak akan pernah mampu melakukan apa-apa bagi Tuhan. Nehemia dan Rasul Paulus, dapat menjadi teladan iman bagi kita dalam hal doa pribadi. Dalam doa pribadi, jiwa kita disegarkan dan mendapatkan firman Tuhan. Bagaimana kita hendak menyegarkan iman orang lain, bila dalam kenyataannya jiwa kita belum disegarkan dengan keyakinan terhadap satu firman Tuhan? Maka, sujudlah dihadapan Allah Bapa dalam doa agar jiwa kita disegarkan dan iman kita dikuatkan.

Kedua, doakanlah pribadi-pribadi dalam jangkauan
Dalam ayat 14-21, merupakan gambaran dimana kita harus mendoakan orang-orang dalam jangkauan kita. Rasul Paulus hanya mampu menyampaikan pokok doanya kepada jemaat di Efesus, karena ia masih berada dalam penjara. Mengingat keadaan jemaat Efesus yang harus menghadapi tantangan penyesatan, maka rasul Paulus hanya menyampaikan pokok doa kepada Jemaat Efesus melalui surat. Jemaat didoakan supaya tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus dan mengalami kasih Kristus. Namun berbeda halnya, dengan apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus setelah bangkit dari kematian. Ia menampakkan diri kepada para murid, lalu memberikan pencerahan, bahkan mendoakan mereka. Kita ingat peristiwa ini, bahwa ketika Tuhan Yesus bangkit, Ia tidak langsung naik ke sorga. Tuhan tidak langsung meninggalkan para murid yang berada dalam ketakutan. Tuhan Yesus berkenan menampakkan diri kepada para murid, menyampaikan janji firman-Nya dan setelah itu barulah Ia terangkat ke sorga.
       Mari kita doakan orang-orang yang berada dalam jangkauan kita. Kita harus tahu, mungkin orang-orang disekitar kita mengalami ketakutan, stress atau tekanan, atau pergumulan berat. Mari kita menjadi pribadi yang mendoakan mereka secara langsung, supaya damai sejahtera Kristus dialami juga oleh orang dalam jangkauan kita (secara khusus keluarga serumah).
      
Ketiga, sampaikan perkataan yang membangkitkan pengharapan kepada Kristus
Dalam ayat 14-21, kita melihat bahwa pokok doa  yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat Efesus menimbulkan pengharapan kepada Kristus. Tidak ada intimidasi maupun kecaman dalam surat tersebut. Demikian pula kita ingat, setelah Tuhan Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada para murid, Ia tidak mengecam para murid yang tidak percaya. Tetapi justru Tuhan Yesus memulihkan ketidakpercayaan mereka dan memberikan janji, agar mereka tetap berharap kepada-Nya.
       Mari kita sampaikan perkataan yang membangkitkan pengharapan kepada Tuhan Yesus. Istri bisa berkata kepada suami kita: “Papa tetap semangat, Tuhan Yesus tidak tinggalkan kita”. Suami bisa menyemangati istri: “Mama, jangan kuatir, Tuhan Yesus mencukupkan kebutuhan kita”. Orang tua dapat berkata kepada anak-anaknya: “Tetap berdoa ya nak, Tuhan Yesus mengasihi kita”. Anak-anak bisa berkata kepada orang tuanya: “Mama, Papa, Tuhan Yesus baik”.

Penutup
Ditengah wabah Covid-19, kondisi dan keadaan tidak memungkinkan bagi kita untuk membangun iman melalui pertemuan dalam jemaat. Namun, marilah kita tetap semangat untuk membangun iman kita pribadi dan orang-orang dalam jangkauan kita (dalam hal ini keluarga kita serumah). Mari kita teladani Tuhan Yesus. Setelah kebangkitan-Nya, Ia berkenan menampakkan diri kepada para murid. Bahkan membangkitkan semangat dan iman para murid. Maka, marilah bersama kita miliki waktu untuk doa pribadi, doakan orang-orang dalam jangkauan dan sampaikan perkataan yang membangkitkan iman kepada Kristus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...