Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19
(Efesus 3:14-21)
(Efesus 3:14-21)
Sampai hari ini, marilah kita mengucap
syukur kepada Tuhan Yesus. Oleh karena kebaikan-Nya, kita dapat beribadah
bersama-sama dalam keluarga. Mungkin ada yang sudah merindukan untuk ibadah
bersama dalam jemaat. Ada yang merindukan pertemuan secara fisik dalam
kebaktian bersama. Namun demikian, situasi dan keadaan di Indonesia secara umum, belum
memungkinkan bagi kita untuk melakukannya. Dalam keadaan yang demikian, baiklah
kita tetap memiliki semangat dalam menjalani kehidupan.
Apabila kita cermati surat yang ditulis
oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Akan kita dapati, bahwa rasul Paulus
begitu semangat untuk tetap mengasihi jemaat Efesus. Semangat tersebut
tercermin dalam surat yang ditulisnya, secara khusus pada pasal 1:15-23 dan
3:14-21. Biasanya, doa itu ditulis pada awal surat sebagai salam pembuka, atau
dibagian akhir surat sebagai salam penutup. Uniknya, rasul Paulus menuliskan
pokok doanya pada dua bagian isi surat. Setelah memberikan penjelasan tetang
berbagai-bagai anugerah bagi orang percaya (1:3-14), rasul Paulus langsung
menutup dengan doa. Demikian selanjutnya, setelah menjabarkan kuasa kasih
Kristus bagi orang-orang bukan Yahudi (pasal 2 dan pasal 3:1-13), rasul Paulus
melanjutkan dengan sebuah doa: “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa...”.
Keberadaan yang demikian, menunjukkan bahwa
rasul Paulus memiliki semangat kuat untuk membangun iman kepada Tuhan Yesus.
Meskipun ia berada di penjara. Namun semangatnya untuk membangun iman tetap
menyala-nyala. Ia membangun imannya dan orang-orang yang berada dalam jangkauannya.
Melalui teks firman Tuhan dalam Efesus
3:14-21, kita diajarkan bagaimana supaya tetap semangat untuk membangun iman
kita secara pribadi dan orang-orang terdekat kita.
Pertama, berdoalah secara pribadi
Mari
kita perhatikan ayat 14-15. Dalam teks tersebut dijelaskan, oleh karena
keprihatinan terhadap iman jemaat di Efesus, maka ia sujud kepada Allah Bapa –
untuk berdoa. Ayat tersebut memberikan penerangan kepada kita, bahwa Allah Bapa
menghendaki supaya kita juga memiliki waktu berdoa secara pribadi (Lihat Matius
6:6). Dalam pertemuan yang pribadi
dengan Allah inilah, jiwa kita disegarkan. Kita mengerti, bahwa
persekutuan dalam jemaat itu menyegarkan jiwa. Namun, jangan pula dilupakan,
bahwa tanpa berdoa secara pribadi kita tidak akan pernah mampu melakukan
apa-apa bagi Tuhan. Nehemia dan Rasul Paulus, dapat menjadi teladan iman bagi
kita dalam hal doa pribadi. Dalam doa pribadi, jiwa kita disegarkan dan
mendapatkan firman Tuhan. Bagaimana kita hendak menyegarkan iman orang lain,
bila dalam kenyataannya jiwa kita belum disegarkan dengan keyakinan terhadap
satu firman Tuhan? Maka, sujudlah dihadapan Allah Bapa dalam doa agar jiwa kita
disegarkan dan iman kita dikuatkan.
Kedua, doakanlah pribadi-pribadi dalam
jangkauan
Dalam
ayat 14-21, merupakan gambaran dimana kita harus mendoakan orang-orang dalam
jangkauan kita. Rasul Paulus hanya mampu menyampaikan pokok doanya kepada
jemaat di Efesus, karena ia masih berada dalam penjara. Mengingat keadaan
jemaat Efesus yang harus menghadapi tantangan penyesatan, maka rasul Paulus hanya
menyampaikan pokok doa kepada Jemaat Efesus melalui surat. Jemaat didoakan supaya
tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus dan mengalami kasih Kristus. Namun berbeda
halnya, dengan apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus setelah bangkit dari
kematian. Ia menampakkan diri kepada para murid, lalu memberikan pencerahan,
bahkan mendoakan mereka. Kita ingat peristiwa ini, bahwa ketika Tuhan Yesus
bangkit, Ia tidak langsung naik ke sorga. Tuhan tidak langsung meninggalkan
para murid yang berada dalam ketakutan. Tuhan Yesus berkenan menampakkan diri
kepada para murid, menyampaikan janji firman-Nya dan setelah itu barulah Ia
terangkat ke sorga.
Mari kita doakan orang-orang yang berada
dalam jangkauan kita. Kita harus tahu, mungkin orang-orang disekitar kita
mengalami ketakutan, stress atau tekanan, atau pergumulan berat. Mari kita
menjadi pribadi yang mendoakan mereka secara langsung, supaya damai sejahtera
Kristus dialami juga oleh orang dalam jangkauan kita (secara khusus keluarga
serumah).
Ketiga,
sampaikan perkataan
yang membangkitkan pengharapan kepada Kristus
Dalam
ayat 14-21, kita melihat bahwa pokok doa
yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat Efesus menimbulkan
pengharapan kepada Kristus. Tidak ada intimidasi maupun kecaman dalam surat
tersebut. Demikian pula kita ingat, setelah Tuhan Yesus bangkit dan menampakkan
diri kepada para murid, Ia tidak mengecam para murid yang tidak percaya. Tetapi
justru Tuhan Yesus memulihkan ketidakpercayaan mereka dan memberikan janji,
agar mereka tetap berharap kepada-Nya.
Mari kita sampaikan perkataan yang
membangkitkan pengharapan kepada Tuhan Yesus. Istri bisa berkata kepada suami
kita: “Papa tetap semangat, Tuhan Yesus tidak tinggalkan kita”. Suami bisa
menyemangati istri: “Mama, jangan kuatir, Tuhan Yesus mencukupkan kebutuhan
kita”. Orang tua dapat berkata kepada anak-anaknya: “Tetap berdoa ya nak, Tuhan
Yesus mengasihi kita”. Anak-anak bisa berkata kepada orang tuanya: “Mama, Papa,
Tuhan Yesus baik”.
Penutup
Ditengah wabah Covid-19, kondisi dan keadaan tidak
memungkinkan bagi kita untuk membangun iman melalui pertemuan dalam jemaat.
Namun, marilah kita tetap semangat untuk membangun iman kita pribadi dan
orang-orang dalam jangkauan kita (dalam hal ini keluarga kita serumah). Mari
kita teladani Tuhan Yesus. Setelah kebangkitan-Nya, Ia berkenan menampakkan
diri kepada para murid. Bahkan membangkitkan semangat dan iman para murid.
Maka, marilah bersama kita miliki waktu untuk doa pribadi, doakan orang-orang
dalam jangkauan dan sampaikan perkataan yang membangkitkan iman kepada Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar