Kamis, 27 Agustus 2020

Say No to Divorce !


If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General of the Religious Courts, the Supreme Court, in 2016, there were 7 provinces that handled the highest divorce cases in Indonesia. From the highest to the lowest ranks are: East Java, West Java, Central Java, South Sulawesi, DKI Jakarta, North Sumatra and Banten. The top three reasons for divorce include: family financial management, domestic violence, and infidelity. This data is interesting to study and ponder. Does the data have a Christian family in it? I don't know, but I think there is.

In the Bible, we know that a Christian family cannot divorce. Why can not? Let us consider the following reasons:

1. Because divorce is a sin.

Read Matthew 19: 3-8, in the text it is explained that: a. The LORD Allah created man and woman to be united in marriage. b. man and woman after marriage become one flesh. c. The Lord Jesus emphasized that those who have been joined by God, cannot be divorced by humans. d. If there is a divorce, it is because of obstinacy (actually: obstinacy / ignorance). So, married couples divorce is a sin before the Lord Jesus.

2. Because divorce destroys the already united soul

Christian couples are one unit. Remember, in marriage there are always promises made before God, God's servants, and the Jama'at. Marriage vows, are not like employment contract promises. The employment contract promise states: 'it's my share - it's yours'. But Christian marriage covenants are not. Christian marriage covenants, based on the covenant (God's covenant with humans): "I am yours and you are mine". So, it's worth paying attention. That Christian marriage unites the human body, spirit, and soul in one sacred bond. If a divorce occurs, the divorced personal soul must be badly damaged.

3. Because divorce is not a solution

Most couples think that divorce is the best solution to ending conflicts in the household. If we already know that divorce is sinful and damages the soul, then it is clear that divorce is not a solution. Then what is the best solution? The best solution is repentance and forgiveness. The wrong spouse must repent, while the righteous must forgive. If the wrong partner does not know to repent, the right partner must pray. If both feel right, then both should forgive each other. So divorce is not the solution - repentance and forgiveness are the solution.

4. Because divorce is a sign of not being born again

Some argue that divorce is lawful. The Bible makes it clear that divorce is a sin. Therefore, a couple who is not born again in Christ, must solve family problems by divorce. Remember, a person who is born again must solve family problems with hugs, warm conversations, and accepting each other's opinions without having to be degrading. See Ezekiel 11: 19-20, “I will give them another heart and a new spirit within them; I will also take hard hearts from their bodies and give them hearts that are obedient, 20 so that they may live faithfully according to all My statutes and K-regulations; then they will be my people and I will be their God ”. So it is clear, if a couple is born again, then the problem solving must be subject to God's word.

May we love our family as God loves us. Amen.

Selasa, 25 Agustus 2020

Kerangka Khotbah Ibadah Raya || Tetapi Menurutmu, Siapakah Aku? Matius 16:13-20

      Sampai pada pasal 16 kitab Matius, dapat kita ketahui bersama, bahwa sebenarnya pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid-Nya belum selesai. Namun, tidak lama lagi Tuhan Yesus harus menyerahkan diri-Nya untuk mengalami penderitaan salib. Oleh karena Tuhan Yesus harus mempersiapkan pribadi-pribadi untuk melanjutkan pekerjaan-Nya. Maka, para murid harus tahu dengan pasti siapakah Tuhan Yesus itu.

       Demikian pula kita, sebagai pengikut Kristus. Perjalanan hidup sebagai orang percaya bukan melulu berbicara tentang hidup yang diberkati. Namun, ada kalanya kita harus menghadapi penderitaan Kristus. Oleh karena itu, kita harus memiliki kepastian keyakinan terhadap Tuhan Yesus.

       Kali ini, dalam keadaan jauh dari kerumunan orang, dan dalam keadaan tenang, Tuhan Yesus memberikan pertanyaan:

   1. Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?

Sebelum kita bahas lebih lanjut, perlu saya tegaskan di sini, bahwa sebutan “Anak Manusia” merupakan gelar favorit Tuhan Yesus untuk diri-Nya sendiri (Mat. 8:20). Jadi, Tuhan Yesus saat itu hendak bertanya: ‘kata orang, siapakah Aku?’ Para murid memberikan jawaban yang menarik. Sebab para murid memberikan jawaban: ‘Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.’ Pada waktu itu, kekaisaran Romawi sedang menguasai wilayah Yerusalem. Sehingga ada anggapan, bahwa Tuhan Yesus adalah nabi yang dihadirkan untuk membebaskan Israel dari kekuasaan Romawi.

Sampai detik ini, mungkin kita masih mendengar atau melihat orang-orang yang masih menganggap Tuhan Yesus sebatas nabi, penyelamat yang hanya sebatas menyelamatkan isi dompet kita dari kekeringan. Atau hanya sebatas Tuhan yang memberikan kemakmuran.

Tentu saja, Tuhan Yesus tidak menginginkan jawaban dari ‘kata orang’. Tuhan Yesus hendak mendengarkan jawaban pribadi kita. Tuhan Yesus, menghendaki supaya kita mengenal-Nya secara pribadi. Bukan karena kata orang. Baik, mungkin kita menerima pengajaran firman, mendengarkan khotbah dan juga kesaksian orang lain. Tetapi, tantangannya bagi kita adalah: “Apakah kita sudah mengalami pertolongan atau bahkan pimpinan Tuhan Yesus secara pribadi?”.

Oleh karena itu, Tuhan Yesus memberikan pertanyaan perenungan bagi para murid pada waktu itu, sekaligus kepada kita saat ini, demikian:

2. Tetapi menurutmu, siapakah Aku?

Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan ujian. Ini adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari perenungan diri pribadi. Bukan kata orang, Tuhan Yesus menghendaki sebuah jawaban dari pertanyaan yang bersifat pribadi. Pertanyaan Tuhan Yesus ini hanya dapat dijawab oleh pribadi yang memiliki hubungan karib dengan Allah.

       Mewakili para murid yang lain, Petrus memberikan jawaban: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”.

       Tentu ini adalah jawaban dari pribadi yang memiliki hubungan karib dengan Tuhan Yesus. Mazmur 25:14,  firman Tuhan berkata: “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” Demikian pula kepada Musa, TUHAN Allah berfirman: Kepada orang yang karib kepada-Ku, Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku." Imamat 10:3.

Dalam hal ini kita mengerti, bahwa TUHAN memberitahukan kebenaran firman-Nya, kepada orang-orang yang bergaul karib. Karib, dalam hal ini adalah pribadi yang mengasihi TUHAN. Pribadi yang setia kepada Tuhan. Pribadi yang tidak akan bermain-main dengan dosa. Pribadi yang mempercayakan keselamatan dirinya kepada Tuhan. Pribadi yang tidak mungkin melalaikan persekutuan pribadi dengan Tuhan.

Tanpa bergaul karib dengan Tuhan, kita hanya akan menjadi pribadi setengah Kristen. Pengakuan iman kita, hanya akan menjadi pemanis bibir. Bahkan kita akan menjadi pribadi yang tidak memiliki kuasa untuk menolak dosa.

Tentu, kita tidak ingin menjadi pribadi yang setengah Kristen. Kita harus menjadi pribadi yang benar-benar Kristen. Pribadi yang benar-benar bergaul karib dengan Tuhan Yesus.

Oleh karena itu, dapat dipastikan, bahwa Petrus adalah pribadi yang bergaul karib dengan TUHAN. Sehingga Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga”. Dari sini, kita melihat, bahwa orang yang bergaul karib dengan Tuhan mendapatkan berkat-berkat yang luar biasa. Pertama, mengalami kebahagiaan. Kedua, menerima tuntunan Allah. Ketiga, menerima janji Allah.

Perenungan kita:

Marilah bersama-sama kita selidiki hati kita, selama kita mendapatkan identitas sebagai pribadi Kristen, apakah kita sudah bergaul karib dengan Tuhan? Dan kalau Tuhan Yesus bertanya: “Menurutmu, siapakah Aku?” Apakah jawaban kita menunjukkan bahwa kita telah bergaul karib dengan Tuhan?

Senin, 24 Agustus 2020

Masker Tidak Bermanfaat Mengantisipasi Covid-19?

 Ada banyak anggapan di masyarakat, bahwa menggunakan masker saat bepergian merupakan hal yang kurang nyaman. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat dipakai sebagai dasar bagi kita untuk tidak menggunakan masker. Dunia telah membuktikan, bahwa pemakaian masker dapat menurunkan angka penularan covid-19 secara signifikan.

Berikut cara yang benar ketika menggunakan masker:

1. Pakailah masker yang nyaman, dan menutup area hidung dan dagu.

2. Pakailah masker saat ke luar rumah

3. Perhatikan, jangan sampai masker menjadi lembab - bila sudah terasa lembab ganti.

4. Pakailah masker sekali pakai, atau masker yang dapat dicuci (dengan syarat tidak dipakai berulang kali tanpa dicuci)

Ingat, dengan masker kita mencegah droplet masuk dan keluar dari alat pernafasan kita. Jadi, pakailah masker untuk mengantisipasi penyebaran covid-19.

Perhatikan Amsal 15:2, di sana ditulis bahwa: "Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan.". Hari ini, mari kita menjadi pribadi yang bijaksana. Jangan sampai kita meremehkan orang yang patuh menggunakan masker. Sebab, masker adalah pilihan bagi orang bijaksana untuk mengantisipasi covid-19.

Kunci Sukses Indonesia Menangani Covid-19 tahun 2020

 Jumlah pasien sembuh covid-19 di Indonesia telah mencapai 107.500 (dilansir dari covid19.co.id/ 23 Agustus 2020). Tentu berita tersebut cukup menggembirakan. Pasalnya, 6 hari setelah Indonesia merayakan hari kemerdekaan, SATGAS Penggulangan Covid-19 RI menjelaskan bahwa penderita yang terkofirmasi covid-19 mencapai 153.535 jiwa. 


Pemerintah Indonesia juga secara aktif berupaya mengatasi covid-19 melalui pembuatan vaksin. Nama vaksin tersebut adalah 'Vaksin Merah Putih'. Dari sisi uji klinis vaksin merah putih buatan Indonesia diperkirakan selesai pada akhir tahun 2021 dan akan diproduksi secara massal pada awal 2020 (CNBC Indonesia, 24 Agustus 2020).

Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menggunakan masker ketika harus bepergian keluar rumah. Serta melarang semua aktivitas masyarakat yang mengundang kerumunan massa. 

Tokoh agama dan seluruh elemen masyarakat juga bergerak secara sinergis untuk menciptakan suasana wilayah yang aman dari covid-19. Tidak sembarang orang dapat masuk ke desa. Bahkan untuk pergi ke luar wilayah pulau harus memiliki surat keterangan sehat.

Sampai detik ini, kita percaya bahwa Tuhan Yesus menyertai bangsa Indonesia, asalkan ada kerukunan di masyarakat. Tanpa ada kerukunan, mustahil ada kesatuan. Tanpa kesatuan seluruh elemen masyarakat Indonesia, mustahil Indonesia selamat dalam melewati badai covid-19.

Mazmur 133:1-3 tertulis demikian: "Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!  2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.  3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."

Jadi, mari kita dukung pemerintah RI untuk mengatasi covid-19. Patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Doakan pemerintah RI dalam menangani wabah covid-19. Ingat, yang lebih penting dari itu semua adalah, mari kita jaga kerukunan antar warga masyarakat, sehingga kita dimampukan untuk BERSATU MELAWAN COVID-19.

Rabu, 19 Agustus 2020

4 Kali Gempa Bumi dalam Satu Hari: Tanda Kiamat?

 Di wilayah Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir telah dilanda gempa bumi yang dahsyat. Kita telah melihat beberapa tayangan di media massa, menunjukkan bahwa wilayah Lombok, Papua, Ambon, dan terakhir di wilayah Bengkulu.

Akan tetapi, bagi saya hari ini cukup mendebarkan hati. Karena dalam satu hari, wilayah Bengkulu dilanda gempa kembar, sedangkan wilayah Ambon dilanda gempa berkekuatan kecil

Menurut data dari bmkg.go.id, pada hari Rabu, 19 Agustus 2020, telah terjadi empat kali gempa di wilayah Indonesia.

Pada pukul 05.23.56 WIB, gempa bumi telah menggoncang wilayah laut, sekitar 169 km arah Barat Daya dari Bengkulu. Meskipun tidak berpotensi stunami, akan tetapi gempa tersebut tergolong kuat, yakni 6.9 skala richter.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, pukul 05.29.35 WIB, di laut 78 Km Barat Daya Bengkulu Utara mengalami pula gempa dengan kekuatan 6.8 skala richter. Getaran dapat dirasakan sampai di wilayah Kepahiang, Padang, Liwa, Painan,dan Mentawai, dengan kedalaman gempa sekitar 11 Km.

Demikian pula wilayah Ambon - Kairatu sekitar siang pukul 06.39 WIB digoncang oleh gempa berskala kecil yakni 2.8 skala richter. Memasuki pukul 11.49, Elpaputih-Masohi merasakan gempa berkekuatan 3.3 skala richter. 

Berita tersebut, tentu membawa perenungan bagi kita. Apakah gempa ini menjadi tanda kiamat? 

Dalam Injil Matius 24:4-8 , Tuhan Yesus menjelaskan bahwa gempa bumi diberbagai tempat merupakan tanda zaman baru. Pada waktu yang demikian, banyak terjadi penyesatan iman. Terjadi deru perang di mana-mana. Ada kelaparan terjadi di seluruh negeri. Akan tetapi, Tuhan Yesus mengingatkan, supaya  kita tetap teguh. Jangan sampai kita menjadi gelisah dan ketakutan, sebab Ia menyertai kita sampai akhir zaman. Tuhan Yesus menyertai kita melalui Roh-Nya, sehingga kita selamat sampai di sorga. Amin.

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...