Kamis, 27 Agustus 2020

Say No to Divorce !


If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General of the Religious Courts, the Supreme Court, in 2016, there were 7 provinces that handled the highest divorce cases in Indonesia. From the highest to the lowest ranks are: East Java, West Java, Central Java, South Sulawesi, DKI Jakarta, North Sumatra and Banten. The top three reasons for divorce include: family financial management, domestic violence, and infidelity. This data is interesting to study and ponder. Does the data have a Christian family in it? I don't know, but I think there is.

In the Bible, we know that a Christian family cannot divorce. Why can not? Let us consider the following reasons:

1. Because divorce is a sin.

Read Matthew 19: 3-8, in the text it is explained that: a. The LORD Allah created man and woman to be united in marriage. b. man and woman after marriage become one flesh. c. The Lord Jesus emphasized that those who have been joined by God, cannot be divorced by humans. d. If there is a divorce, it is because of obstinacy (actually: obstinacy / ignorance). So, married couples divorce is a sin before the Lord Jesus.

2. Because divorce destroys the already united soul

Christian couples are one unit. Remember, in marriage there are always promises made before God, God's servants, and the Jama'at. Marriage vows, are not like employment contract promises. The employment contract promise states: 'it's my share - it's yours'. But Christian marriage covenants are not. Christian marriage covenants, based on the covenant (God's covenant with humans): "I am yours and you are mine". So, it's worth paying attention. That Christian marriage unites the human body, spirit, and soul in one sacred bond. If a divorce occurs, the divorced personal soul must be badly damaged.

3. Because divorce is not a solution

Most couples think that divorce is the best solution to ending conflicts in the household. If we already know that divorce is sinful and damages the soul, then it is clear that divorce is not a solution. Then what is the best solution? The best solution is repentance and forgiveness. The wrong spouse must repent, while the righteous must forgive. If the wrong partner does not know to repent, the right partner must pray. If both feel right, then both should forgive each other. So divorce is not the solution - repentance and forgiveness are the solution.

4. Because divorce is a sign of not being born again

Some argue that divorce is lawful. The Bible makes it clear that divorce is a sin. Therefore, a couple who is not born again in Christ, must solve family problems by divorce. Remember, a person who is born again must solve family problems with hugs, warm conversations, and accepting each other's opinions without having to be degrading. See Ezekiel 11: 19-20, “I will give them another heart and a new spirit within them; I will also take hard hearts from their bodies and give them hearts that are obedient, 20 so that they may live faithfully according to all My statutes and K-regulations; then they will be my people and I will be their God ”. So it is clear, if a couple is born again, then the problem solving must be subject to God's word.

May we love our family as God loves us. Amen.

Selasa, 25 Agustus 2020

Kerangka Khotbah Ibadah Raya || Tetapi Menurutmu, Siapakah Aku? Matius 16:13-20

      Sampai pada pasal 16 kitab Matius, dapat kita ketahui bersama, bahwa sebenarnya pengajaran Tuhan Yesus kepada para murid-Nya belum selesai. Namun, tidak lama lagi Tuhan Yesus harus menyerahkan diri-Nya untuk mengalami penderitaan salib. Oleh karena Tuhan Yesus harus mempersiapkan pribadi-pribadi untuk melanjutkan pekerjaan-Nya. Maka, para murid harus tahu dengan pasti siapakah Tuhan Yesus itu.

       Demikian pula kita, sebagai pengikut Kristus. Perjalanan hidup sebagai orang percaya bukan melulu berbicara tentang hidup yang diberkati. Namun, ada kalanya kita harus menghadapi penderitaan Kristus. Oleh karena itu, kita harus memiliki kepastian keyakinan terhadap Tuhan Yesus.

       Kali ini, dalam keadaan jauh dari kerumunan orang, dan dalam keadaan tenang, Tuhan Yesus memberikan pertanyaan:

   1. Kata orang, siapakah Anak Manusia itu?

Sebelum kita bahas lebih lanjut, perlu saya tegaskan di sini, bahwa sebutan “Anak Manusia” merupakan gelar favorit Tuhan Yesus untuk diri-Nya sendiri (Mat. 8:20). Jadi, Tuhan Yesus saat itu hendak bertanya: ‘kata orang, siapakah Aku?’ Para murid memberikan jawaban yang menarik. Sebab para murid memberikan jawaban: ‘Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia dan ada pula yang mengatakan: Yeremia atau salah seorang dari para nabi.’ Pada waktu itu, kekaisaran Romawi sedang menguasai wilayah Yerusalem. Sehingga ada anggapan, bahwa Tuhan Yesus adalah nabi yang dihadirkan untuk membebaskan Israel dari kekuasaan Romawi.

Sampai detik ini, mungkin kita masih mendengar atau melihat orang-orang yang masih menganggap Tuhan Yesus sebatas nabi, penyelamat yang hanya sebatas menyelamatkan isi dompet kita dari kekeringan. Atau hanya sebatas Tuhan yang memberikan kemakmuran.

Tentu saja, Tuhan Yesus tidak menginginkan jawaban dari ‘kata orang’. Tuhan Yesus hendak mendengarkan jawaban pribadi kita. Tuhan Yesus, menghendaki supaya kita mengenal-Nya secara pribadi. Bukan karena kata orang. Baik, mungkin kita menerima pengajaran firman, mendengarkan khotbah dan juga kesaksian orang lain. Tetapi, tantangannya bagi kita adalah: “Apakah kita sudah mengalami pertolongan atau bahkan pimpinan Tuhan Yesus secara pribadi?”.

Oleh karena itu, Tuhan Yesus memberikan pertanyaan perenungan bagi para murid pada waktu itu, sekaligus kepada kita saat ini, demikian:

2. Tetapi menurutmu, siapakah Aku?

Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan ujian. Ini adalah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari perenungan diri pribadi. Bukan kata orang, Tuhan Yesus menghendaki sebuah jawaban dari pertanyaan yang bersifat pribadi. Pertanyaan Tuhan Yesus ini hanya dapat dijawab oleh pribadi yang memiliki hubungan karib dengan Allah.

       Mewakili para murid yang lain, Petrus memberikan jawaban: “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup!”.

       Tentu ini adalah jawaban dari pribadi yang memiliki hubungan karib dengan Tuhan Yesus. Mazmur 25:14,  firman Tuhan berkata: “TUHAN bergaul karib dengan orang yang takut akan Dia, dan perjanjian-Nya diberitahukan-Nya kepada mereka.” Demikian pula kepada Musa, TUHAN Allah berfirman: Kepada orang yang karib kepada-Ku, Kunyatakan kekudusan-Ku, dan di muka seluruh bangsa itu akan Kuperlihatkan kemuliaan-Ku." Imamat 10:3.

Dalam hal ini kita mengerti, bahwa TUHAN memberitahukan kebenaran firman-Nya, kepada orang-orang yang bergaul karib. Karib, dalam hal ini adalah pribadi yang mengasihi TUHAN. Pribadi yang setia kepada Tuhan. Pribadi yang tidak akan bermain-main dengan dosa. Pribadi yang mempercayakan keselamatan dirinya kepada Tuhan. Pribadi yang tidak mungkin melalaikan persekutuan pribadi dengan Tuhan.

Tanpa bergaul karib dengan Tuhan, kita hanya akan menjadi pribadi setengah Kristen. Pengakuan iman kita, hanya akan menjadi pemanis bibir. Bahkan kita akan menjadi pribadi yang tidak memiliki kuasa untuk menolak dosa.

Tentu, kita tidak ingin menjadi pribadi yang setengah Kristen. Kita harus menjadi pribadi yang benar-benar Kristen. Pribadi yang benar-benar bergaul karib dengan Tuhan Yesus.

Oleh karena itu, dapat dipastikan, bahwa Petrus adalah pribadi yang bergaul karib dengan TUHAN. Sehingga Tuhan Yesus berkata kepada Petrus: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga”. Dari sini, kita melihat, bahwa orang yang bergaul karib dengan Tuhan mendapatkan berkat-berkat yang luar biasa. Pertama, mengalami kebahagiaan. Kedua, menerima tuntunan Allah. Ketiga, menerima janji Allah.

Perenungan kita:

Marilah bersama-sama kita selidiki hati kita, selama kita mendapatkan identitas sebagai pribadi Kristen, apakah kita sudah bergaul karib dengan Tuhan? Dan kalau Tuhan Yesus bertanya: “Menurutmu, siapakah Aku?” Apakah jawaban kita menunjukkan bahwa kita telah bergaul karib dengan Tuhan?

Senin, 24 Agustus 2020

Masker Tidak Bermanfaat Mengantisipasi Covid-19?

 Ada banyak anggapan di masyarakat, bahwa menggunakan masker saat bepergian merupakan hal yang kurang nyaman. Akan tetapi, hal tersebut tidak dapat dipakai sebagai dasar bagi kita untuk tidak menggunakan masker. Dunia telah membuktikan, bahwa pemakaian masker dapat menurunkan angka penularan covid-19 secara signifikan.

Berikut cara yang benar ketika menggunakan masker:

1. Pakailah masker yang nyaman, dan menutup area hidung dan dagu.

2. Pakailah masker saat ke luar rumah

3. Perhatikan, jangan sampai masker menjadi lembab - bila sudah terasa lembab ganti.

4. Pakailah masker sekali pakai, atau masker yang dapat dicuci (dengan syarat tidak dipakai berulang kali tanpa dicuci)

Ingat, dengan masker kita mencegah droplet masuk dan keluar dari alat pernafasan kita. Jadi, pakailah masker untuk mengantisipasi penyebaran covid-19.

Perhatikan Amsal 15:2, di sana ditulis bahwa: "Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan.". Hari ini, mari kita menjadi pribadi yang bijaksana. Jangan sampai kita meremehkan orang yang patuh menggunakan masker. Sebab, masker adalah pilihan bagi orang bijaksana untuk mengantisipasi covid-19.

Kunci Sukses Indonesia Menangani Covid-19 tahun 2020

 Jumlah pasien sembuh covid-19 di Indonesia telah mencapai 107.500 (dilansir dari covid19.co.id/ 23 Agustus 2020). Tentu berita tersebut cukup menggembirakan. Pasalnya, 6 hari setelah Indonesia merayakan hari kemerdekaan, SATGAS Penggulangan Covid-19 RI menjelaskan bahwa penderita yang terkofirmasi covid-19 mencapai 153.535 jiwa. 


Pemerintah Indonesia juga secara aktif berupaya mengatasi covid-19 melalui pembuatan vaksin. Nama vaksin tersebut adalah 'Vaksin Merah Putih'. Dari sisi uji klinis vaksin merah putih buatan Indonesia diperkirakan selesai pada akhir tahun 2021 dan akan diproduksi secara massal pada awal 2020 (CNBC Indonesia, 24 Agustus 2020).

Pemerintah juga menghimbau masyarakat untuk menggunakan masker ketika harus bepergian keluar rumah. Serta melarang semua aktivitas masyarakat yang mengundang kerumunan massa. 

Tokoh agama dan seluruh elemen masyarakat juga bergerak secara sinergis untuk menciptakan suasana wilayah yang aman dari covid-19. Tidak sembarang orang dapat masuk ke desa. Bahkan untuk pergi ke luar wilayah pulau harus memiliki surat keterangan sehat.

Sampai detik ini, kita percaya bahwa Tuhan Yesus menyertai bangsa Indonesia, asalkan ada kerukunan di masyarakat. Tanpa ada kerukunan, mustahil ada kesatuan. Tanpa kesatuan seluruh elemen masyarakat Indonesia, mustahil Indonesia selamat dalam melewati badai covid-19.

Mazmur 133:1-3 tertulis demikian: "Nyanyian ziarah Daud. Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun!  2 Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya.  3 Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya."

Jadi, mari kita dukung pemerintah RI untuk mengatasi covid-19. Patuhi protokol kesehatan yang telah ditetapkan. Doakan pemerintah RI dalam menangani wabah covid-19. Ingat, yang lebih penting dari itu semua adalah, mari kita jaga kerukunan antar warga masyarakat, sehingga kita dimampukan untuk BERSATU MELAWAN COVID-19.

Rabu, 19 Agustus 2020

4 Kali Gempa Bumi dalam Satu Hari: Tanda Kiamat?

 Di wilayah Indonesia, dalam beberapa tahun terakhir telah dilanda gempa bumi yang dahsyat. Kita telah melihat beberapa tayangan di media massa, menunjukkan bahwa wilayah Lombok, Papua, Ambon, dan terakhir di wilayah Bengkulu.

Akan tetapi, bagi saya hari ini cukup mendebarkan hati. Karena dalam satu hari, wilayah Bengkulu dilanda gempa kembar, sedangkan wilayah Ambon dilanda gempa berkekuatan kecil

Menurut data dari bmkg.go.id, pada hari Rabu, 19 Agustus 2020, telah terjadi empat kali gempa di wilayah Indonesia.

Pada pukul 05.23.56 WIB, gempa bumi telah menggoncang wilayah laut, sekitar 169 km arah Barat Daya dari Bengkulu. Meskipun tidak berpotensi stunami, akan tetapi gempa tersebut tergolong kuat, yakni 6.9 skala richter.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, pukul 05.29.35 WIB, di laut 78 Km Barat Daya Bengkulu Utara mengalami pula gempa dengan kekuatan 6.8 skala richter. Getaran dapat dirasakan sampai di wilayah Kepahiang, Padang, Liwa, Painan,dan Mentawai, dengan kedalaman gempa sekitar 11 Km.

Demikian pula wilayah Ambon - Kairatu sekitar siang pukul 06.39 WIB digoncang oleh gempa berskala kecil yakni 2.8 skala richter. Memasuki pukul 11.49, Elpaputih-Masohi merasakan gempa berkekuatan 3.3 skala richter. 

Berita tersebut, tentu membawa perenungan bagi kita. Apakah gempa ini menjadi tanda kiamat? 

Dalam Injil Matius 24:4-8 , Tuhan Yesus menjelaskan bahwa gempa bumi diberbagai tempat merupakan tanda zaman baru. Pada waktu yang demikian, banyak terjadi penyesatan iman. Terjadi deru perang di mana-mana. Ada kelaparan terjadi di seluruh negeri. Akan tetapi, Tuhan Yesus mengingatkan, supaya  kita tetap teguh. Jangan sampai kita menjadi gelisah dan ketakutan, sebab Ia menyertai kita sampai akhir zaman. Tuhan Yesus menyertai kita melalui Roh-Nya, sehingga kita selamat sampai di sorga. Amin.

Senin, 20 April 2020

Jangan Takut dengan Covid-19 (I Korintus 10:13)

Jangan Takut dengan Covid-19 
(I Korintus 10:13)

Manusiawilah bila seseorang mengalami ketakutan. Ada yang memiliki ketakutan terhadap hewan tertentu - atau merasa jijik. Ada pula yang merasa takut masa depan keluarganya tidak secerah harapan. Mungkin pula ada yang merasa takut gagal dalam kehidupan. Namun demikian, sebagian besar orang takut mengalami proses kematian - yang menurut mereka 'mengerikan'. Orang bisa saja takut mati karena kecelakaan atau karena terkena wabah covid-19. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa ada begitu banyak ketakutan yang dapat dialami oleh seseorang.
   Saat ini, Indonesia termasuk sebagai negara yang turut serta menghadapi wabah covid-19. Pemerintah dengan sungguh-sungguh menangani wabah ini. Bahkan Presiden Joko Widodo, dalam rapat terbatas secara telekonferensi tanggal 20 April 2020 menyampaikan:"Seluruh daerah agar menangani Covid-19 ini dengan melakukan pengujian sampel yang masif, pelacakan yang agresif, dan isolasi yang ketat". Meskipun pemerintah Indonesia telah memberikan bukti kerja keras dan tata kelola penanganan Covid-19 dengan baik, masih ada pula sebagian masyarakat yang ketakutan. Sebagai akibatnya, mereka mengalami semacam penyakit psikosomatis. Ada yang merasa sesak nafas, demam, batuk, atau pilek, sehingga kuatir terkena covid-19. Padahal sebenarnya, penyakit yang dialami tidak ada kaitannya dengan Covid-19. Oleh karena itu, kenyataan yang demikian harus diatasi.
      Sebagai pribadi yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus, baiklah kita memahami dan meyakini akan firman Tuhan dalam I Korintus 10:13. Ini adalah firman Tuhan yang memberikan kepada kita penghiburan sekaligus keyakinan, agar kita tidak larut takut dengan wabah Covid-19. 
Demikianlah firman Tuhan: "Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya."
     Firman Tuhan dalam I Korintus 10:13, memberitahukan kepada kita bahwa: 1. Selama di dunia, kita akan menghadapi pencobaan. 2. Selama mengalami pencobaan, TUHAN Allah tidak tinggal diam. 3. TUHAN Allah akan memberikan jalan keluar atas pencobaan yang kita alami. Dengan demikian, jelaslah, bahwa kita tidak perlu takut dengan hawa mencekam dari kabar wabah Covid-19.
       Mungkin ada yang menyampaikan pertanyaan: "Bila kami tidak takut, bolehkah kami tidak pakai masker bila keluar rumah?" atau "Bolehkah kami yang di kota melaksanakan mudik atau pulang kampung?". Tentu itu bukanlah hal yang sesuai dengan keberadaan kita sebagai umat Kristen. Mari kita bantu pemerintah, bersabar dan tenanglah dalam menghadapi persoalan ini. Kepanikan atau stress berlebihan harus kita hindari. Saat ini, imunitas tubuh harus tetap kita jaga. Baik melalui makanan sehat, maupun hati yang tenang.
        Saat ini, dalam menghadapi wabah Covid-19 bersama pemerintah, yang perlu kita lakukan adalah jangan sampai kita menjadi ketakutan. Mengalami kepanikan yang luar biasa bukanlah ciri-ciri pribadi yang percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan Yesus. Oleh karena itu, terimalah kenyataan bahwa di dunia kita pasti mengalami pencobaan. Maka, milikilah keyakinan bahwa TUHAN Allah akan bertindak menyelamatkan kita, dan Ia akan memberikan jalan keluar atas persoalan kita. Tuhan Yesus memberkati.

Sabtu, 18 April 2020

Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19 (Efesus 3:14-21)

Membangun Iman di tengah Wabah Covid-19 
(Efesus 3:14-21)

Sampai hari ini, marilah kita mengucap syukur kepada Tuhan Yesus. Oleh karena kebaikan-Nya, kita dapat beribadah bersama-sama dalam keluarga. Mungkin ada yang sudah merindukan untuk ibadah bersama dalam jemaat. Ada yang merindukan pertemuan secara fisik dalam kebaktian bersama. Namun demikian, situasi dan keadaan di Indonesia secara umum, belum memungkinkan bagi kita untuk melakukannya. Dalam keadaan yang demikian, baiklah kita tetap memiliki semangat dalam menjalani kehidupan.
Apabila kita cermati surat yang ditulis oleh rasul Paulus kepada jemaat di Efesus. Akan kita dapati, bahwa rasul Paulus begitu semangat untuk tetap mengasihi jemaat Efesus. Semangat tersebut tercermin dalam surat yang ditulisnya, secara khusus pada pasal 1:15-23 dan 3:14-21. Biasanya, doa itu ditulis pada awal surat sebagai salam pembuka, atau dibagian akhir surat sebagai salam penutup. Uniknya, rasul Paulus menuliskan pokok doanya pada dua bagian isi surat. Setelah memberikan penjelasan tetang berbagai-bagai anugerah bagi orang percaya (1:3-14), rasul Paulus langsung menutup dengan doa. Demikian selanjutnya, setelah menjabarkan kuasa kasih Kristus bagi orang-orang bukan Yahudi (pasal 2 dan pasal 3:1-13), rasul Paulus melanjutkan dengan sebuah doa: “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa...”.
Keberadaan yang demikian, menunjukkan bahwa rasul Paulus memiliki semangat kuat untuk membangun iman kepada Tuhan Yesus. Meskipun ia berada di penjara. Namun semangatnya untuk membangun iman tetap menyala-nyala. Ia membangun imannya dan orang-orang yang berada dalam jangkauannya.
Melalui teks firman Tuhan dalam Efesus 3:14-21, kita diajarkan bagaimana supaya tetap semangat untuk membangun iman kita secara pribadi dan orang-orang terdekat kita.

Pertama, berdoalah secara pribadi
Mari kita perhatikan ayat 14-15. Dalam teks tersebut dijelaskan, oleh karena keprihatinan terhadap iman jemaat di Efesus, maka ia sujud kepada Allah Bapa – untuk berdoa. Ayat tersebut memberikan penerangan kepada kita, bahwa Allah Bapa menghendaki supaya kita juga memiliki waktu berdoa secara pribadi (Lihat Matius 6:6). Dalam pertemuan yang pribadi  dengan Allah inilah, jiwa kita disegarkan. Kita mengerti, bahwa persekutuan dalam jemaat itu menyegarkan jiwa. Namun, jangan pula dilupakan, bahwa tanpa berdoa secara pribadi kita tidak akan pernah mampu melakukan apa-apa bagi Tuhan. Nehemia dan Rasul Paulus, dapat menjadi teladan iman bagi kita dalam hal doa pribadi. Dalam doa pribadi, jiwa kita disegarkan dan mendapatkan firman Tuhan. Bagaimana kita hendak menyegarkan iman orang lain, bila dalam kenyataannya jiwa kita belum disegarkan dengan keyakinan terhadap satu firman Tuhan? Maka, sujudlah dihadapan Allah Bapa dalam doa agar jiwa kita disegarkan dan iman kita dikuatkan.

Kedua, doakanlah pribadi-pribadi dalam jangkauan
Dalam ayat 14-21, merupakan gambaran dimana kita harus mendoakan orang-orang dalam jangkauan kita. Rasul Paulus hanya mampu menyampaikan pokok doanya kepada jemaat di Efesus, karena ia masih berada dalam penjara. Mengingat keadaan jemaat Efesus yang harus menghadapi tantangan penyesatan, maka rasul Paulus hanya menyampaikan pokok doa kepada Jemaat Efesus melalui surat. Jemaat didoakan supaya tetap beriman teguh kepada Tuhan Yesus dan mengalami kasih Kristus. Namun berbeda halnya, dengan apa yang dikerjakan oleh Tuhan Yesus setelah bangkit dari kematian. Ia menampakkan diri kepada para murid, lalu memberikan pencerahan, bahkan mendoakan mereka. Kita ingat peristiwa ini, bahwa ketika Tuhan Yesus bangkit, Ia tidak langsung naik ke sorga. Tuhan tidak langsung meninggalkan para murid yang berada dalam ketakutan. Tuhan Yesus berkenan menampakkan diri kepada para murid, menyampaikan janji firman-Nya dan setelah itu barulah Ia terangkat ke sorga.
       Mari kita doakan orang-orang yang berada dalam jangkauan kita. Kita harus tahu, mungkin orang-orang disekitar kita mengalami ketakutan, stress atau tekanan, atau pergumulan berat. Mari kita menjadi pribadi yang mendoakan mereka secara langsung, supaya damai sejahtera Kristus dialami juga oleh orang dalam jangkauan kita (secara khusus keluarga serumah).
      
Ketiga, sampaikan perkataan yang membangkitkan pengharapan kepada Kristus
Dalam ayat 14-21, kita melihat bahwa pokok doa  yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat Efesus menimbulkan pengharapan kepada Kristus. Tidak ada intimidasi maupun kecaman dalam surat tersebut. Demikian pula kita ingat, setelah Tuhan Yesus bangkit dan menampakkan diri kepada para murid, Ia tidak mengecam para murid yang tidak percaya. Tetapi justru Tuhan Yesus memulihkan ketidakpercayaan mereka dan memberikan janji, agar mereka tetap berharap kepada-Nya.
       Mari kita sampaikan perkataan yang membangkitkan pengharapan kepada Tuhan Yesus. Istri bisa berkata kepada suami kita: “Papa tetap semangat, Tuhan Yesus tidak tinggalkan kita”. Suami bisa menyemangati istri: “Mama, jangan kuatir, Tuhan Yesus mencukupkan kebutuhan kita”. Orang tua dapat berkata kepada anak-anaknya: “Tetap berdoa ya nak, Tuhan Yesus mengasihi kita”. Anak-anak bisa berkata kepada orang tuanya: “Mama, Papa, Tuhan Yesus baik”.

Penutup
Ditengah wabah Covid-19, kondisi dan keadaan tidak memungkinkan bagi kita untuk membangun iman melalui pertemuan dalam jemaat. Namun, marilah kita tetap semangat untuk membangun iman kita pribadi dan orang-orang dalam jangkauan kita (dalam hal ini keluarga kita serumah). Mari kita teladani Tuhan Yesus. Setelah kebangkitan-Nya, Ia berkenan menampakkan diri kepada para murid. Bahkan membangkitkan semangat dan iman para murid. Maka, marilah bersama kita miliki waktu untuk doa pribadi, doakan orang-orang dalam jangkauan dan sampaikan perkataan yang membangkitkan iman kepada Kristus.

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...