Besarnya cinta dapat menutupi banyak sekali kesalahan. Bahkan mampu membuat pengampunan mengalir dengan derasnya, bagaikan banjir bandang menyelimuti padang gersang. Cinta kasih yang begitu dalam menghancurkan segala perpecahan. Bahkan kasih yang sempurna mampu menyatukan bagian yang berbeda sehingga nampak satu, kesatuan adanya. Bahkan kekerasan sehebat batu karang pun mampu dilembutkan dengan cinta kasih. Namun siapa yang memiliki cinta kasih sejati? Tentunya, Tuhan lah yang memilikinya. Bila hanya Tuhan yang memilikinya, bagaimana keadaan dunia tanpa cinta kasih? Bukankah dunia akan hancur tanpa cinta kasih? Mungkinkah Tuhan membiarkan dunia ciptaan-Nya dihancurkan oleh angkara murka dunia? Tidak. Tuhan yang menciptakan dunia, Ia pula yang memeliharanya. Namun, pemeliharaan Tuhan ditujukan khusus kepada setiap manusia. Diharapkan, ketika manusia dipelihara oleh Tuhan, ia pun mampu memelihara lingkungan alamnya.
Manusia menjadi ciptaan paling mulia diantara semua ciptaan-Nya. Oleh karena perkenanan-Nya, manusia diberi kesempatan untuk menerima anugerah. Anugerah yang paling indah dan hakiki, yakni "cinta kasih". Binatang tidak diberikan cinta kasih, demikian pula tumbuhan. Bahkan malaikat pun, tak mampu memiliki cinta kasih sebagaimana yang dirasakan oleh manusia. Oleh karenanya, malaikat tidak kawin. Manusia diberikan cinta kasih, supaya dapat bersatu mengelola alam semesta untuk mendatangkan kemakmuran, kesejahteraan, dan kedamaian. Inilah dasar paling esensi, bahwa pengelolaan sumber daya alam dan manusia haruslah berlandaskan cinta kasih. Bila tidak demikian, maka yang terjadi adalah kehancuran. Atau, kalaupun berhasil menciptakan kemakmuran, tetapi kedamaian dan kesejahteraan tidak tercapai. Oleh karenanya, kebijakan yang diambil untuk menyejahterakan rakyat, haruslah berpangkal pada cinta kasih. Memang sulit, namun mudah bagi setiap orang yang ber-Tuhan pada Kebenaran. Semisal, dua orang yang mengasihi dan mencintai ingin membangun kehidupan rumah tangga yang bahagia. Namun dalam proses untuk mewujudkannya banyak melakukan tipu muslihat, dusta, dan kekerasan. Mungkinkah kebahagiaan akan tercapai? Tidak. Apabila sebelum menikah banyak melakukan tipu muslihat, maka tidak menutup kemungkinan adanya tipu muslihat yang dilakukan selama berumah tangga. Namun, semua itu dapat dibereskan, bila kedua belah pihak sepakat untuk hidup dalam kebenaran. Sebab dimana ada kebenaran, di situ tumbuh damai sejahtera.
Besarnya cinta dapat menyatukan perbedaan. Bila ingin melihat kesatuan, peganglah kebenaran dan biarkanlah cinta kasih mengalir menutupi bumi. Bila ingin melihat keluarga bersatu, cintailah dan kasihilah keluarga. Bila ingin melihat kesatuan Indonesia, cintailah kebenaran dan banjirilah Indonesia dengan cinta kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar