Sabtu, 13 Juni 2015

Muliakanlah Tuhan dengan Hartamu

Amsal 3:9-10
Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu,
maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.

I.                   Pendahuluan
Mempermuliakan Tuhan dengan harta dan hasil terbaik yang dimiliki telah diteladankan oleh bapa-bapa leluhur dalam Alkitab. Sebagaimana dapat diperhatikan melalui persembahan Habel. Persembahan yang dihaturkan kepada Allah adalah yang terbaik dari yang Habel miliki (anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya) – Kej.4:4. Dari apa yang telah dilakukan oleh Habel, maka nyata bahwa Habel sedang menghormati Allah dengan hartanya. Dengan berbagai cara kita dapat menunjukkan rasa hormat kita kepada Allah. Bukan hanya melalui hasil pemikiran, perbuatan baik, dan tenaga, namun juga harta kita. Oleh karenanya, sebagai orang-orang yang ditebus oleh Tuhan; baiklah kita memuliakan, menghormati Tuhan juga dengan harta. Sebab segala sesuatu yang ada pada kita adalah anugerah Tuhan, dan semua anugerah Tuhan harus ditujukan untuk kemuliaan Tuhan.
Konsep untuk menghaturkan harta terbaik atau hasil pertama dari segala penghasilan akhirnya dijadikan sebagai perintah Allah kepada umat-Nya. Dapat dilihat pada Keluaran 23:19, “Yang terbaik dari buah bungaran hasil tanahmu haruslah kau bawa ke dalam rumah TUHAN, Allahmu. Janganlah kaumasak anak kambing dalam susu induknya”. Dapat dipahami bersama bahwa perintah ini diberikan Allah dengan tujuan supaya bangsa Israel mengutamakan Tuhan: taat dengan penuh kasih kepada Allah. Bahkan dapat dimengerti bersama bahwa Allah memberikan janji berkat-Nya ketika orang percaya bersedia menghormati Tuhan dengan harta yang dimiliki. Tuhan berfirman melalui Maleakhi demikian: “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan” (Malaekhi 3:10).
Berkenaan dengan memberikan persembahan terbaik dengan harta, juga ditulis oleh Penulis Amsal. Dalam Amsal 3:9-10, diberikan arahan bagi setiap orang yang mengasihi Tuhan. Bahwa setiap orang yang mengasihi Tuhan, bersedia untuk memuliakan Tuhan dengan hasil terbaik yang dimiliki. Bahkan ada janji yang diberikan, atas kesungguhan umat yang mengutamakan Tuhan. Namun bagaimana kita dapat mempermuliakan Tuhan dengan harta kita?

II. Bagaimana kita dapat Mempermuliakan Tuhan dengan Harta Kita?
  1. Dihaturkan kepada Tuhan melalui Gereja (ay. 9)

Dalam ayat 9, jelas bahwa kata “muliakanlah” sama maknanya dengan “hormatilah”. Dalam konteks ini, memulikan atau menghormati Allah dapat diaktualisasikan dengan cara mempersembahkan kepada Tuhan di Rumah Tuhan (Gereja). Tuhan telah mendirikan jemaat sebagai wadah bagi tiap-tiap orang percaya untuk dapat saling bertumbuh di dalam Tuhan dan menyatakan kasih. Sehingga setiap persembahan yang ada, dipersembahkan kepada Tuhan melalui Gereja (Kel.23:19).
Dalam Malekhi 3:10, Tuhan menjelaskan adanya tujuan dalam persembahan. Tujuannya supaya “Ada persediaan makanan di Rumah Tuhan”. Apa maksudnya? Dalam Rumah Tuhan (gereja) ada beberapa sektor yang membutuhkan dana, ini bukanlah hal yang tabu untuk dibicarakan. Akan tetapi hendaknya dapat dimengerti dengan benar. Bahwa dalam gereja ada kaum Lewi (pelayan-pelayan Tuhan) yang tidak memiliki tanah warisan. Melalui persembahan tersebut, bukan berarti hamba Tuhan yang dikenyangkan namun ini adalah perintah Tuhan yang mengandung berkat. Siapa yang menghormati utusan Tuhan, dia yang akan menerima berkat dari Tuhan (I Raj. 17: 14-17 & 22). Dalam hal persembahan, kaum Lewi (pelayan-pelayan Tuhan) menerima kesempatan untuk menerima perpuluhan dan memberikan perpuluhan kepada Tuhan (Ibrani 7:8-10). Jangan sampai para Lewi meninggalkan tugas pelayanan dan bekerja di ladangnya karena tidak ada persembahan yang dihaturkan ke Rumah Tuhan (Nehemia 13:10-12). Demikian juga janda-janda atau jemaat yang kesripahan membutuhkan uluran tangan kita melalui persembahan kasih (Kis. 6:1-4). Lagi tentang pengembangan program gereja, juga dibutuhkan dana untuk menggerakkannya melalui persembahan (Ezra 2:68).
Perlu diingat, bahwa gereja bukanlah sebuah perkumpulan sosial sehingga para pelayan Tuhan harus “mengemis dan memohon” atau secara halusnya “menggali dana ditempat sendiri” itu pun terkadang hanya sedikit yang diterima. Bukan itu, tetapi yang benar adalah hari ini firman Tuhan disampaikan barangsiapa bersedia taat menghaturkan yang terbaik kepada Tuhan melalui Gereja, berarti ialah orang yang memuliakan Allah dengan hartanya. Kehidupannya, keluarganya, dan gerejanya akan merasakan-mengalami berkat-berkat Allah.

      2.  Dengan menghaturkan hasil terbaik dari karya yang benar (ay. 9)

Selanjutnya, dalam rangka menghormati Tuhan tentunya pemberian kita tidaklah serelanya atau sekedarnya. Seperti orang yang memberi sesuatu kepada pengemis. Persembahan yang ditujukan untuk menghormati Tuhan, tentu mengarah pada satu tujuan yakni pemberian yang terbaik. Seorang yang hendak menghormati tamunya dalam acara pesta, pasti memberikan yang terbaik dari yang ia miliki (Yoh. 2:10).
Tentunya bukan hanya hasil terbaik yang dikejar, tetapi caranya mendapatkan harta juga harus diperhatikan. Mendapatkan harta dengan cara yang benar adalah kehendak Tuhan, maka kita juga harus memberikan yang terbaik dari hasil karya yang benar (3:6). Bagaimana caranya, tentu dengan mengakui keberadaan Tuhan dalam sepanjang apa yang kita kerjakan. Menundukan diri pada ketaatan untuk hidup kudus dan saleh untuk menghasilkan buah adalah lebih berharga. Dari pada bekerja dengan penuh tipu muslihat untuk mendapatkan banyak keuntungan. Dengan demikian, kepada Tuhan kita harus memberikan yang terbaik dari hasil karya yang benar. Sebagai salah satu contohnya ialah persembahan perpuluhan (Malaekhi 3:10). Melalui persembahan perpuluhan setiap umat Tuhan dituntun untuk hidup mengutamakan Tuhan melalui hasil karya yang benar.

3.   Dihaturkan kepada Tuhan dengan ketulusan (ps. 3:5, bdg. 2 Korintus 9:7)

Pemberian yang terbaik tentunya dilakukan dengan penuh ketulusan kepada Tuhan, bukan dengan terpaksa. Ketulusan untuk menghaturkan yang terbaik, dilandasi oleh kepercayaan kepada Tuhan. Seseorang mampu utuk tulus memberi karena ia percaya akan janji Tuhan (ay. 5). Dalam ayat 10, firman Tuhan menjanjikan kelimpahan dalam kehidupan orang yang menghaturkan persembahan yang terbaik dengan ketulusan. Dengan demikian mustahil bagi orang yang tidak percaya pada firman Tuhan untuk melakukan perintah Tuhan ini. Mungkin bisa, namun tidak ikhlas. Harus dimengerti bahwa harta kita bukanlah milik kita, Ulangan 8:17 memberikan gambaran untuk kita tetap rendah hati bahwa harta kita adalah karunia Tuhan. Oleh karenanya, tidak ada alasan bagi kita untuk tidak mempersembahkan persembahan dengan hati yang tulus.

II.                Perenungan
Ada sebuah nasihat bijaksana yang diberikan oleh penulis Amsal, bahwa: “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Siapa banyak memberi berkat, diberi kelimpahan, siapa memberi minum, ia sendiri akan diberi minum” (Amsal 11:24-25). Mari kita perhatikan nasihat tersebut, apakah nasihat tersebut ada kaitannya dengan Tuhan? Tentu ada, sebagaimana dalam pasal 11:31 demikian: “Kalau orang benar menerima balasan di atas bumi, lebih-lebih orang fasik dan orang berdosa!”. Dengan demikian jelas dapat kita ketahui, siapa yang akan memberi kelimpahan dan hukuman; Dialah Tuhan. Oleh karena itu, selama ada di bumi ini pun, setiap orang percaya dapat menerima berkat-berkat dari Tuhan. Ketika kita mengutamakan Tuhan, Tuhan tidak melalaikan kita. Marilah bersama kita buktikan janji firman Tuhan yang tertulis dalam Amsal 3:9-10.


Senin, 09 Maret 2015

Tanpa Jemu untuk Mencari Tuhan – Markus 3:7-12


Kebaikan yang luar biasa telah dibuat oleh Tuhan Yesus, dengan menyembuhkan orang yang mati sebelah tangannya. Terjadi pada hari Sabat, bahkan ditengah ancaman pembunuhan dari orang-orang Farisi yang tengah bersekongkol dengan orang-orang Herodian. Namun apa yang dilakukan Tuhan Yesus merupakan sebuah keberanian untuk melaksanakan misi-Nya. Memang pada dasarnya ancaman pembunuhan selalu datang menghalangi Tuhan Yesus. Akan tetapi, karena waktunya belum tiba maka rencana pembunuhan itu selalu gagal. Perhatikan, ada keunikan strategi yang dipakai oleh Tuhan Yesus untuk menyebarkan berita keselamatan dan mujizar-Nya. Pertama-tama Tuhan Yesus menyingkir bukan untuk bersantai, namun menyingkir untuk memberikan pelayanan ditempat yang aman.
Ketika Tuhan Yesus menyingkir, menjauhi kerumunan, malah banyak sekali orang-orang yang datang mencari Dia. Justru ketika banyak orang datang kepada-Nya, Ia tidak menolak mereka. Tuhan Yesus memperlakukan mereka dengan baik dan memberikan solusi atas penyakit mereka. Penyakit yang diderita oleh orang-orang tersebut ialah penyakit yang ditimpakan dengan tujuan memunculkan pertobatan pada diri si penderita. Sebagaimana disampaikan oleh Musa kepada bangsa Israel: “Jika engkau tidak melakukan dengan setia segala perkataan hukum Taurat yang tertulis dalam kitab ini, dan engkau tidak takut akan Nama yang mulia dan dahsyat ini, yakni akan TUHAN, Allahmu,  maka TUHAN akan menimpakan pukulan-pukulan yang ajaib kepadamu, dan kepada keturunanmu, yakni pukulan-pukulan yang keras lagi lama dan penyakit-penyakit yang jahat lagi lama” (Ulangan 28:58-59). Dengan kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, misi penyelamatan sudah dimulai. Allah menjadi begitu mudah untuk dicari, mudah untuk disembah, dan diagungkan. Maka nyata bahwa pada saat itu dan sampai sekarang kebaikan Allah begitu limpahnya diterima oleh orang-orang yang sungguh-sungguh mencari Dia. Tuhan sendiri mengatakan, “Carilah Aku maka kamu akan hidup” (Amos 5:4). Perhatikan, setiap orang yang mencari Tuhan tak pernah diberikan jawaban yang sia-sia. Apa maksudnya mencari Tuhan? Ada tiga elemen yang perlu kita lakukan yakni: berdoa, memuja, dan mendengarkan sabda-Nya (Ayub 8:5; Daniel 9:3). Dimana ini dapat terlaksana? Di Gereja atau tempat yang ditunjuk untuk dapat melaksanakan ibadah (Ulangan 12:5, Mzm. 27:4).

Pertanyaannya, mengapa Tuhan Yesus melarang keras roh-roh jahat itu memberitahukan kepada banyak orang tentang siapa Dia? Perlu dipahami dari latar belakang dan kesiapan pemahaman orang Israel tentang “Mesias = Anak Allah = penyelamat”. Pada waktu itu, orang-orang Yahudi berpendapat bahwa Mesias akan menyelamatkan mereka dari penjajahan bangsa Romawi. Jadi pada waktu itu, pemahaman mereka masih bersifat politis. Sedangkan yang sebenarnya ialah, bahwa Tuhan Yesus adalah Mesias secara rohani. Penyelamat manusia dari kebinasaan kekal di neraka. Sungguh ini merupakan masalah yang sangat serius apabila disalah mengerti oleh orang-orang Yahudi pada waktu itu. Kesalahmengertian akan eksistensi Tuhan Yesus sebagai Mesias, dapat menimbulkan pemberontakan. Sebab akan banyak orang menjadikan Tuhan Yesus sebagai raja duniawi dengan kesiapan membentuk pasukan militer. Justru dengan demikian pada akhirnya dapat menggagalkan misi Tuhan Yesus sendiri. Namun terpujilah Tuhan, hal tersebut dapat dihindarkan melalui otoritas ilahi. Selain alasan menghindari kesan politis, ada penafsir juga yang menyatakan bahwa alasannya ialah untuk menghindarkan Tuhan Yesus dari dosa kesombongan. Biarlah berita keselamatan tersebut menyebar secara alamiah dan benar tanpa mengurangi berita yang sesungguhnya. Sehingga pada waktu yang tepat Tuhan Yesus dapat dikenal dan dipuja bukan karena mujizat yang dilakukan seperti nabi yang lain. Namun sebagai Allah dalam segala eksistensinya.

Rabu, 04 Maret 2015

Berketuhanan Yang Maha Esa

Dapat diketahui bersama bahwa manusia memiliki roh, jiwa, akal budi dan moralitas yang membedakan dengan ciptaan yang lainnya. Hewan dan tumbuhan tidak memiliki jiwa dan akal budi. Sehingga apa yang dilakukannya semata-mata hanya sebatas naluriah saja. Namun berbeda dengan manusia. Ia diciptakan dengan dianugerahi kelengkapan ilahi; yakni roh. Sehingga memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Tuhan sang Pencipta. Bahkan ketika manusia meragukan Tuhan sekalipun, ia sebenarnya sudah mengakui bahwa Tuhan itu ada dan nyata. Meragukan keberadaan Tuhan Yang Esa sama halnya dengan mengakui bahwa Tuhan ada namun mencoba untuk menyangkal keberadaan-Nya. Tentu saja ini perbuatan yang sia-sia saja. Meskipun berusaha untuk membuktikan bahwa Tuhan tidak ada, disaat itu pula sebenarnya ia melihat bahwa Tuhan benar-benar ada.
Mari kita perhatikan, apa yang menyebabkan planet dan galaksi ada? Bahkan kalau diperhatikan, siapa sebenarnya yang menopang Bumi ini sehingga dapat bergerak mengelilingi Matahari tanpa ada kebakaran dan benturan antar planet? Tentu yang menyebabkan semua tertata sedemikian rupa ialah Pribadi Yang Maha Kuasa. Berkuasa lebih dari yang memiliki kekuasaan. Memiliki kekekalan, sebab Dialah sumber kekuatan yang menopang. Bukan hanya itu, berdasarkan fakta sejarah manusia. Awal mula manusia bukanlah berasal dari monyet yang berevolusi. Bukan berasal dari binatang atau amoeba. Tetapi berasal dari manusia ciptaan Tuhan. Sehebat apapun seseorang berusaha membuktikan bahwa manusia berasal dari binatang yang berevolusi, tetap tidak merubah fakta bahwa manusia dicipta oleh Tuhan dari debu tanah. Penyangkalan terhadap kebenaran ini sebenarnya semakin membuktikan bahwa semakin bodohnya orang yang menyangkal. Sebab semakin menyangkal maka akan semakin banyak spekulasi yang dibuat. Dengan demikian nyata bahwa penyangkalan terhadap keberadaan Tuhan berarti menyangkal keberadaan diri. Tanpa Tuhan berkenan menciptakan, maka manusia tidak akan ada.
Oleh karena itu, baiklah hendaknya kehidupan kita berketuhanan Yang Maha Esa. Maksudnya ialah bersedia menerima dengan hati bahwa kita diciptakan untuk menyembah dan mempercayakan diri kepada-Nya. Bahwa Ia ada sebagaimana adanya untuk memberikan hidup dan harapan yang lebih baik. Bahwa Ia adalah Tuhan yang kekal dan sempurna. Oleh karena kekekalan dan kesempurnaan-Nya itulah Ia mampu untuk menyempurnakan dan menjadikan kita indah. Semakin sempurna dalam budi pekerti, dan semakin indah dalam menjalani kehidupan di dunia maupun akhirat. Semakin kita mengakui kebesaran-Nya atas hidup kita, maka semakin besar kesediaan kita mewujudkan damai sejahtera di bumi. Dengan demikian, dasar pembangunan pertama untuk bangsa ialah menegakkan Pancasila sila ke-1; Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pantang Menyerah dalam Melayani - Markus 3:1-6

Mari kita mencermati kehidupan para pelayan Tuhan, baik sejak Perjanjian Lama sampai sekarang ini. Apabila diperhatikan, tidak pernah tidak ditemui adanya penghambat ataupun tantangan dalam perjalanan pelayanan. Mungkin akan ada fitnah, cemoohan, bahkan ada yang selalu mencari-cari kesalahan untuk menjatuhkan. Akan tetapi sikap pantang menyerah senantiasa dimiliki oleh para pelayan Tuhan yang setia. Sehingga tidak sedikit yang akhirnya menjadi para pemenang, bahkan lebih dari seorang pemenang.
Mari kita perhatikan sebuah kisah yang ditulis oleh Markus. Dalam kisah yang ditulis ada tiga tokoh utama yang berperan menjadi pembelajaran iman. Pertama ialah seorang yang "mati sebelah tangannya". Ia adalah seorang yang membutuhkan pemulihan yang dari Tuhan. Ia tetap berangkat untuk beribadah, kelemahannya tidak menghalanginya untuk semangat menghadap Tuhan. Ia taat akan apa yang diperintahkan Tuhan Yesus, dan ia percaya kepada-Nya. Oleh karena perkenanan Tuhan Yesus dan imannya, ia disembuhkan oleh Tuhan. Tokoh kedua, ialah Tuhan Yesus. Tuhan Yesus melaksanakan apa yang menjadi misi-Nya disaat datang ke dunia sebagai manusia. Tugas utamanya ialah menyelamatkan manusia oleh karena janji-Nya. Ia benar-benar memberikan teladan sebagai seorang pemimpin berhati hamba. Hati-Nya digelisahkan oleh kedegilan orang Farisi namun berbelas kasihan kepada yang sakit. Tekad-Nya bulat, tidak dapat diubahkan oleh orang-orang yang mencari kesalahan-Nya. Misi-Nya tidak bisa digagalkan oleh siapapun, bahkan setan sekalipun tidak sanggup menggagalkan misi agung-Nya. Pelayanan-Nya dilaksanakan dengan ketulusan hati meski ada beberapa orang yang mencemooh. Selanjutnya ada sekelompok orang Farisi. Mereka mencari-cari kesalahan Tuhan Yesus untuk menjatuhkan. Bahkan lebih parah lagi, ketika Tuhan Yesus memberikan pertanyaan mereka tetap terdiam sinis. Pertanyaan yang dilontarkan Tuhan Yesus, seharusnya dapat membuka mata hati untuk menerima kebenaran. Namun, mereka tetap bersikukuh untuk menjaga agar mata hatinya tetap buta terhadap kebenaran firman.
Mungkin kita akan menemui ada banyak orang yang membutuhkan pertolongan kita. Di Sekeliling kita, tidak sedikit orang yang membutuhkan pertolongan. Namun, terkadang kita ragu untuk menolong. Kita merasa takut dipersalahkan, bahkan khawatir nama baik kita dilecehkan. Namun, marilah kita meneladani Tuhan Yesus, meskipun ada banyak orang-orang Farisi yang mencari-cari kesalahan-Nya, namun ketulusan dan tekad-Nya untuk berbuat kebaikan tetap dilaksanakan. Jangan bimbang untuk berbuat kebaikan, lakukanlah apa yang baik untuk mempermuliakan Tuhan. Sebab inilah yang menjadi kesaksian kita: yaitu bila kita menolong yang lemah, melakukan kebaikan untuk mempermuliakan Tuhan.

Sabtu, 28 Februari 2015

Mencari untuk Menemukan "Domba" yang Tersesat - Matius 18:12

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 
Matius 18:12

Sudah menjadi sebuah kebiasaan yang alamiah bagi gembala di Israel, apabila mencari domba kepunyaannya yang tersesat. Bahkan mencarinya sampai menemukannya. Secara jelas Yehezkiel menyampaikan kerinduan hati Allah kepada umat-Nya Israel. Bahwa pada dasarnya Allah mengumpamakan diri sebagai seorang gembala, dan umat israel adalah domba-domba-Nya. Yehezkiel menyampaikan, bahwa: "Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala  mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan (Yeh. 34:11-12). Dengan demikian sudah menjadi kebiasaan alamiah, bila seorang gembala mencari dombanya yang tersesat. Meskipun hanya satu saja yang terhilang, seorang gembala akan tetap mencarinya sampai menemukan. Bahkan penggambaran seorang nabi Yesaya tentang hubungan Allah dengan umat-Nya, terlihat sungguh akrab. Dapat dibayangkan bila domba digembalakan dan dihimpun dengan penuh perhatian. Digambarkan seperti anak-anak domba yang dipangku-Nya dan seperti induk-induk domba yang dituntun dengan hat-hati, demikian pula keadaan umat di bawah penggembalan Allah. Betapa indahnya, dan berbahagianya penggembalaan yang dari Allah. Betapa Allah memperhatikan sampai sedetail mungkin kebutuhan pada domba-Nya. Bukan hanya makanan yang menyehatkan tetapi juga kasih sayang Allah berikan bagi umat-Nya. 
Oleh karena kesetiaan Allah terhadap firman-Nya, maka Allah sendiri yang mengambil segala resiko untuk menyelamatkan domba kepunyaan-Nya. Bahkan, pengurbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib sungguh membuktikan akan kesetiaan-Nya dalam melindungi kawanan domba-Nya dari kebinasaan maut. Tentu, Allah bukanlah gembala yang biasa namun kenyataannya Ia adalah Gembala Agung. Kendati TUHAN adalah Gembala Agung, tetapi tugas penggembalaan didelegasikan kepada orang-orang pilihan-Nya. Sebagaimana diketahui, dalam Alkitab disebutkan ada para nabi, rasul-rasul, pengajar, penatua bahkan diaken. Semua orang yang termasuk dalam jabatan tersebut, dilantik sendiri oleh Allah. Bukan hanya dilantik, tetapi juga diperlengkapi Allah dengan karunia Roh, bahkan dituntun oleh Roh Kudus. Oleh karenanya, awal mula pengangkatan 7 orang untuk membantu tugas pelayanan para Rasul diserahkan kepada mereka yang dikenal penuh dengan Roh Kudus. Dengan demikian, tugas penggembalaan ini buklanlah inisiatif dari pribadi manusia tetapi karya Roh Allah sendiri. Oleh karena itu, para penggembala yang dilantik oleh Tuhan harus memiliki kehidupan yang erat dengan Tuhan. Kehidupan yang tenggelam dalam doa dan pemahaman Alkitab. Apabila para penggembala memiliki kualitas rohani yang demikian, tentunya firman Allah akan mengalir melalui hidupnya dan memberkati banyak orang. Bahkan Allah sendiri akan menggerakkan orang tersebut untuk mencari yang terhilang. 
Oleh karena itu, Allah tidak sembarangan melantik para pelayan Tuhan. Ada yang benar-benar dilantik dan dekat dengan Allah, namun ada pula yang hanya sekedar menjadi gembala upahan. Menjadi gembala upahan, karena dari mulanya tidak menjalin hubungan baik dengan Allah. Sehingga hatinya pun, jauh dari hati seorang gembala. Seorang gembala beberapa kali digambarkan dalam Alkitab, untuk menunjukkan tugas para hamba Tuhan. Ada pemahaman menarik yang tertulis dalam Matius 18:12. Seorang gembala akan benar-benar meninggalkan 99 ekor dombanya yang tidak tersesat, dan mencari satu saja dombanya yang terhilang. Perhatikan, hanya demi satu dombanya yang terhilang ia siap menempuh berbagai rintangan demi mendapatkan kembali seekor dombanya. Akan tetapi ini bukanlah perbuatan gegabah, ia sudah memastikan keamanan 99 ekor dombanya dan pasti akan pergi untuk menemukan dombanya yang hilang. Ia tidak menunda dengan berbagai alasan untuk mencari yang hilang. Ini adalah sebuah perbuatan dengan sifat segera dilaksanakan. Sungguh ini adalah teladan baik yang diberikan Tuhan Yesus, untuk menggambarkan keberadaan gembala-gembala yang dilantik oleh Tuhan. Baiklah dalam jemaat Tuhan dimunculkan gembala-gembala bagi kawanan domba. Yang tidak menunda untuk mencari yang terhilang, dan tidak melalaikan kawanan. Tetapi yang sungguh menyediakan hati, jiwa dan akal budi untuk dipakai Allah mencari dan menemukan yang terhilang.
           

Peranan Penting Majelis dalam Jemaat Tuhan - Kisah Para Rasul 20:28-32

Keindahan Gereja di kota lama Semarang

Dalam perjalanan gereja dari sejak berdirinya sampai saat ini, menunjukkan adanya perkembangan yang signifikan dalam pengorganisasian dan manajemennya. Sungguh sebuah tantangan baru sekaligus jalan menuju pengembangan organisasi. Tatkala muncul permasalahan di dalam jemaat karena para janda tidak terlayani dengan baik. Terjadilah sebuah peristiwa penting yakni, manajemen organisasi yang berkembang (Kis. 6:1-7). Para rasul sebagai pemimpin dalam jemaat, meminta kepada jemaat supaya mengangkat tujuh orang yang penuh dengan Roh Kudus untuk dapat menangani pelayanan kepada para janda miskin. Dengan demikian, para rasul dapat berfokus pada pelayanan firman dan doa. Ketujuh orang yang dipilih jemaat mula-mula ini adalah embrio dari jabatan sebagai penatua yang akhirnya berkembang hingga saat ini. Keberadaan penatua tentunya sangatlah penting bagi jemaat. Oleh karena itu syarat untuk menjadi penatua pun ditentukan dengan ketat (I Tim. 3:1-7; Titus 1:5-9). Tentunya dengan syarat yang tertulis dalam Alkitab, penatua diharapkan dapat menghasilkan penatua yang cakap melalui pemuridan atau penggembalaan. Jadi secara singkatnya dapat dikatakan bahwa penatua hendaknya melahirkan penatua.
Oleh karena itu dalam pesan-pesan rasul Paulus yang terakhir kepada para penatua dari Efesus ditegaskan bahwa: "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Ay. 28). Intinya jelas, bahwa peranan penatua dikelompokkan menjadi dua. Tugas yang pertama ialah menjaga diri – integritas pribadi. Dapat dimengerti bahwa integritas pribadi ini termasuk menjaga iman, kesalehan hidup dan kasih persaudaraan sesuai firman Tuhan. Tugas yang kedua ialah menjaga seluruh kawanan – penggembalaan. Menggembalakan jemaat termasuk didalamnya menyebarluaskan dan menjaga ajaran yang sehat sesuai firman Tuhan. Karena akan banyak serangan yang muncul baik dari luar maupun dari dalam jemaat untuk mencerai-beraikan kawanan domba Allah (Ay. 29-30). Maka peranan penatua dalam jemaat haruslah dilaksanakan dengan baik, supaya jemaat terlindungi dari ajaran yang memutarbalikkan kebenaran firman Allah. Kedua tugas tersebut dapat dikatakan utama dalam gereja. Dalam hal inilah, tugas untuk menjaga kawanan domba Allah dilaksanakan bersama-sama dengan Pendeta jemaat. Disamping itu, tugas pelayanan sosial juga mengiringi tugas penggembalaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya dijalankan oleh diaken. Sebagaimana diketahui bahwa Tuhan Yesus dan para rasul senantiasa melayankan firman Tuhan dan juga memberikan pelayanan sosial. Tuhan Yesus berkata: “Kamu harus memberi mereka makan” (Mark. 6:37). Inilah para pelayan Tuhan, ada jabatan sebagai diaken, penatua, dan pendeta. Ketiga jabatan ini bukan jabatan antara karyawan dan atasan. Namun lebih kepada rekan sekerja dengan fungsi masing-masing yang saling mendukung untuk pertumbuhan gereja.

Dalam pemahaman jemaat GITJ, tentunya mengenal tiga jabatan gerejawi ini. Dalam pelaksanaannya disebut sebagai Majelis jemaat. Namun perlu dipertegas kembali bahwa dalam Majelis ada diaken, penatua, dan pendeta. Ketiganya berbeda namun sama-sama kawan sekerja Allah. Allah sendiri yang menetapkannya (Ay.28, 32; bdg. I Kor. 3:9). Dengan memahami ini, maka Majelis jemaat akan dimampukan oleh Allah untuk melaksanakan tugasnya. Tentunya dalam melaksanakan tugas, setiap Majelis membutuhkan dukungan dan doa dari jemaat. Sehingga Allah bekerja secara optimal melalui alat-Nya – Majelis Jemaat. Mari bersama kita mendukung dan mendoakan Majelis yang terpilih. Sebab dalam kemajelisan ada yang menanam, ada yang menyiram, dan ada pula yang memperhatikan dalam jemaat Tuhan.

Kamis, 26 Februari 2015

Dimerdekakan oleh Roh Kudus

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:2)

Apabila diperhatikan, ternyata ada sesuatu yang senantiasa mengancam keselamatan jiwa manusia. Ancaman tersebut adalah "hukum dosa dan maut." Keberadaannya akan selalu membayangi dan menarik orang jatuh ke dalam dosa dan kematian rohani. Itu berasal dari dosa keturunan sejak dilahirkan oleh dosa. Sebagaimana dialami oleh para keturunan Adam didunia. Adapun proses dilahirkan kembali secara rohani oleh Roh Kudus tidak menghapus masalah ini, karena prinsip ini masih beroperasi dalam alam kemanusiaan kita (kedagingan). Selain itu, - yang perlu diwaspadai - menjadi anak Allah tidak lantas membuat obat-Nya terus-menerus tersedia bagi kita.
Obat dari Tuhan untuk "hukum dosa dan maut" haruslah lebih tinggi dan berprinsip lebih kuat. Hukum itu ialah "hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus." Prinsip yang lebih tinggi ini melibatkan Roh Kudus dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai sumber kehidupan bagi setiap kita yang ada di dalam-Nya. Prinsip ini beroperasi dalam kehidupan ciptaan baru di dalam Kristus, yang tidak berjalan "menurut daging, tetapi [berjalan/hidup] menurut Roh" (Rom_8: 4). Dengan hidup menurut pimpinan Roh Kudus, semakin dapat membebaskan kita dari kecenderungan nafsu internal yang menjatuhkan setiap aspek kehidupan kita.
Bahkan (sebagaimana telah kita catat sebelumnya), ini adalah satu-satunya jalan dan harapan bagi kita untuk bertumbuh di dalam kesalehan. Bahwa hukum itu memberikan tuntunan bagi setiap kita untuk melaksanakannya (Rom. 8: 4). Hidup kitalah yang menjadi ukuran, apakah kita saleh atau tidak dihadapan Tuhan. Adapun kesalehan kita itu terwujud karena Kristus-lah yang bekerja melalui kita. Inilah kebenarannya bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya pribadi yang pernah bisa hidup di dunia dengan sepenuhnya menyenangkan Bapa. Tuhan Yesus berkata, "Aku selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan-Nya" (Yoh. 8: 29).
          Dengan demikian, untuk menerima pengalaman Kristen yang berkemenangan, kita perlu hidup sebagai mana Tuhan Yesus ada di dunia. Marilah kita hidup di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam kita melalui karya Roh Kudus. Kita perlu hukum yang lebih tinggi ("hukum Roh: kehidupan dalam Kristus Yesus") untuk membebaskan kita dari hukum yang lebih rendah ("hukum dosa dan hukum maut").
          Sekali lagi, apa tanggung jawab kita dalam hal ini? Kita harus berhubungan dengan Tuhan dalam kerendahan hati dan iman. Dengan kerendahan hati, mengakui bahwa kita terus diserang hukum dosa dan maut namun kita diselamatkan melalui iman – inilah hukum Roh. Dan tentunya iman berkata dengan penuh keyakinan yang kudus bahwa "hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus telah membuat saya bebas dari hukum dosa dan kematian."

Doa

Ya Tuhan Yesus, Dikau sendiri dapat menyediakan kehidupan saya dipanggil untuk hidup. Saya dengan rendah hati setuju dengan perkataan Dikau. Dengan senang hati saya percaya Roh Kudus-Mu ada untuk semakin membebaskan saya dari kekalahan saya melawan kedagingan saya. Saya berterimakasih kepada Dikau dengan cara Dikau yang ajaib menjawab doa ini. Tuhan Yesus, hidup di dalam dan melalui saya dengan kuasa Roh Kudus, Amin.

Bahan Pendadaran Perjamuan Kudus - 5 s/d 6 Mei 2014


Teks     : Lukas 15:11-32
Tema   : Bahagianya Menerima Pengampunan

Pendahuluan:
Dalam Alkitab Perjanjian Baru, pengertian tentang pengampunan dapat dimengerti dari kata apoluo yang artinya membebaskan (Luk. 13:12). Pertanyaannya, dibebaskan dari apakah orang yang telah diampuni? Orang yang telah diampuni, dibebaskan dari belenggu maut, hutang, maupun kutuk. Akan tetapi pemahaman ini dapat disalah mengerti oleh pribadi yang kurang merasa mendapat anugerah. Oleh karena merasa telah diampuni, maka ia bebas untuk berbuat kejahatan. Namun berbeda dengan pribadi yang merasa mendapat anugerah pengampunan. Ia merasa bahagia karena telah menerima pengampunan, dan menjalani kehidupan sesuai perintah Sang Juruselamat. Dalam Lukas 15:11-32, dapat dimengerti bersama bahwa, ada kebahagiaan tersendiri bagi anak yang mengetahui bahwa dirinya telah diampuni oleh bapanya. Bukan hanya bapanya yang berbahagia, namun juga anak yang telah berbuat kesalahan (ay. 32). Kebahagiaan yang diterima, bukanlah bersifat seremonial namun benar-benar lahir dari hati.
Transisi:
Sebagai jiwa yang merasa berdosa dihadapan Allah, pasti kita semua memiliki kerinduan untuk merasakan kebahagiaan karena telah diampuni dosanya oleh Tuhan Yesus. Pertanyaannya, apa saja syarat yang hendaknya dipenuhi agar kita dapat merasakan kebahagiaan karena diampuni Tuhan?
Alkitab mencatat ada 6 langkah, seseorang dapat merasakan kebahagiaan karena diampuni dosanya, yakni:
1.      Menyadari kesalahan (ay. 17)
2.      Percaya bahwa Tuhan Yesus bersedia mengampuni (Kis. 10:43,26:18)
3.      Mengakui kesalahan (ay. 18, Mazmur 32:5)
4.      Berani datang kepada Tuhan, karena percaya (ay. 20)
5.      Berdoa, merendahkan diri dihadapan Allah (ay. 21, II Taw. 7:14)
6.      Berkomitmen meninggalkan dosa (II Taw. 7:14)
Undangan:

Ketika kita berbuat kesalahan, Allah telah berkomitmen untuk menunggu dengan sabar pertobatan kita (2Petrus 3:9). Oleh karena itu, marilah bersama kita menguji diri apakah kita taat dan setia kepada Tuhan, ataukah sebaliknya? Apabila ada kedapatan kesalahan dalam hidup kita, marilah kita melaksanakan 6 langkah yang membawa kepada kebahagiaan. Ketika kita memiliki keyakinan akan pengampunan oleh darah Kristus, maka kita berbahagia. Sebagaimana pemazmur menyatakan dirinya berbahagian, sebab kasih karunia Allah melimpah dalam kehidupannya. Dosa yang begitu keji telah diperbuat, namun melalui pertobatan yang sungguh-sungguh Allah berkenan memberikan damai sejahtera. Betapa luar biasa kasih Allah bagi setiap orang percaya. Sebab kita diberikan kesempatan untuk menghadap ke hadirat Tuhan, untuk memohon ampunan melalui pertobatan di dalam Kristus (Ibrani 10:19-22). Dengan iman dan kerendahan hati, marilah kita bersama-sama mempersiapkan diri untuk mengikuti Perjamuan Kudus. 

Bahan Pendadaran Perjamuan Kudus


Tgl.      : 15-16 Desember 2014
Teks     : I Korintus 11: 23-31
Tema   : Bersiap Menerima Perjamuan Allah

Pendahuluan
Tuhan Yesus pernah memberikan sebuah perumpamaan mengenai perjamuan kawin (Mat. 22:1-14). Dalam perumpamaan tersebut, diceritakan bahwa ada seorang raja yang menyuruh para hambanya untuk memanggil semua orang yang menerima undangan untuk menghadiri perjamuan kawin. Akan tetapi, orang-orang yang telah menerima undangan tersebut menolak untuk hadir. Bahkan ada yang dengan sengaja membunuh utusan raja yang menyampaikan pesan. Akhirnya raja murka, dan membinasakan orang-orang yang membunuh utusan raja. Karena semua sudah tersedia namun tidak ada yang hadir ke perjamuan, maka raja memberi perintah untuk memanggil semua orang yang ada di jalan-jalan; orang jahat maupun orang baik. Tetapi ditengah-tengah perjamuan, raja melihat ada seorang yang tidak memakai pakaian pesta. Oleh karena keadaan yang demikian, raja murka dan menghukum orang tersebut dalam kegelapan yang gelap, penuh ratapan dan kertak gigi.
Melalui perumpamaan tersebut, kita dapat mengambil sebuah prinsip bahwa “Setiap orang yang akan menerima perjamuan Tuhan, haruslah bersiap.” Sebab bila tidak bersiap, maka akan menimbulkan hukuman (I Kor. 11:29). Sebagaimana seorang raja menginginkan peserta perjamuan bersiap dengan memakai pakaian pesta, demikian pula kita dalam mengikuti perjamuan kudus. Allah menginginkan kita supaya bersiap. Apa yang dimaksud dengan bersiap disini? Untuk dapat memahami, marilah kita telaah mengenai apa yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Ada beberapa prinsip yang harus kita pegang dan laksanakan sehingga kita disebut sebagai umat yang bersiap merima perjamuan Allah, yakni:
a.       Menjaga kemurnian iman (ay.26)
Latar belakang Paulus menuliskan surat yang pertama ke Jemaat Korintus, salah satunya ialah untuk menyadarkan tanggung jawab jemaat untuk tetap menjaga kemurnian iman. Jangan sampai, perjamuan yang kudus itu dijadikan tempat untuk menyombongkan diri, mengandalkan diri sendiri dan meremehkan kekudusan Tuhan. Sebab, kemurnian iman jemaat akan menjadi berita bagi seluruh dunia sampai Tuhan datang kembali. Oleh karenanya, rasul Paulus menegaskan: “Sebab setiap kali kamu makan roti dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Dengan demikian, marilah kita bersama menyadari tanggung jawab kita untuk menjaga kemurnian iman. Sebab kemurnian iman kita adalah berita yang layak disebarkan samapi Tuhan datang kembali.
b.      Menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ay.28)
Selanjutnya ditekakankan pula bahwa, setiap orang yang mengikuti Perjamuan Kudus haruslah bertekad untuk hidup kudus. Sebab, sebagaimana diketahui bersama maksud diadakannya Perjamuan Kudus ialah untuk melawan dosa. Sehingga dimohon dengan tegas, agar setiap jemaat bersedia dengan rendah hati menelusuri, apakah ada dosa yang diperbuat diwaktu yang lampau dan belum diselesaikan? Bila ada baiklah memohon ampun secara terbuka dalam doa kepada Tuhan dan berkomitmen untuk tidak melakukannya kembali. Dalam beberapa suratnya, rasul Paulus juga menyampaikan kebenaran firman Tuhan supaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru di dalam Kristus. Secara jelas dituliskan beberapa dosa yang harus dihindari dan beberapa sikap yang harus dilakukan. (baca Efesus 4:22-24 & 32-32). Dengan demikian jelas bahwa, setiap jemaat yang bersedia ikut dalam Perjamuan Kudus haruslah bersedia menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.
c.       Menyadari bahwa kita akan menerima Perjamuan Allah di Sorga (ay.31-32)
Terakhir, sebenarnya Perjamuan Kudus diadakan bukan hanya untuk mengingat akan pengurbanan Tuhan Yesus bagi kita. Bukan juga hanya untuk melawan dosa. Tetapi juga untuk mengingatkan kita bahwa nantinya kita juga akan mengikuti Perjamuan Kudus di Sorga yang dipimpin langsung oleh Tuhan Yesus. Ketika kita mengikuti Perjamuan Kudus, sebenarnya kita diingatkan untuk menerima Perjamuan di Sorga, sehingga kita tidak dibinasakan bersama-sama dengan dunia fana (ay.31-32). Ditengah-tengah kedegilan bangsa Israel nabi Zefanya menyerukan supaya bangsa Israel bersiap diundang Tuhan ikut serta dalam perjamua-Nya di Sorga. Secara tegas disampaikan: “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat. Sungguh TUHAN telah menyediakan perjamuan korban dan telah menguduskan para undangan-Nya.”( Zefanya 1:7). Demikian pula kepada Yohanes, Tuhan Allah menyampaikan bahwa orang-orang yang diundang masuk dalam Perjamuan Allah akan menerima kebahagiaan yang tak terkatakan  (Wahyu 19:9). Maka persiapkanlah diri kita untuk menerima Perjamuan Kudus di dunia saat ini, sebab akan tiba waktunya kita akan menerima Perjamuan Kudus bersama Tuhan Allah di Sorga disertai kebahagiaan yang luar biasa.

Undangan

Marilah bersama-sama kita mengikuti Perjamuan Kudus dengan kesiapan diri. Marilah kita menjaga kemurnian iman kita, menanggalkan perbuatan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang dikuduskan Tuhan. Serta menyadari bahwa ketika kita mengikuti Perjamuan Kudus di dunia dengan iman dan kekudusan, maka sebenarnya kita telah menerima undangan untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus di Sorga. Marilah kita bersiap menerima Perjamuan Kudus sampai Tuhan Yesus datang kembali.

Gesang Kita Kedah Kaenggalaken - Yohanes 3:1-21; Rum 12:2 (part 3)

Salajengipun perkawis kayekten ingkang kedah kita ugemi inggih punika, bilih gesang kita saged kaenggalaken namung:
1.                  Awit saking pitados dhumateng Gusti Yesus
Penjelasan:
Saged dipun panggihi wonten ing ayat 15, Yokanan 3:15: “supaya saben wong kang pracaya marang panjenengane oleh urip langgeng”. Ing ayat punika kaserat tembung “pracaya/pitados”, miturut ayat punika tembung “pitados” nggadahi teges: mitayakaken lan masrahaken gesang sakwetahipun dhumateng Putraning Manungsa, Gusti Yesus Kristus. Kanthi makaten saged dipun mangertos bilih tembung pitados punika mratelakaken gesang ingkang nggadahi pangarep-arep, langkung malih anggenipun mitayakaken lan masrahaken gesang sawetahipun dhumateng Gusti Yesus.  Pitados dhumateng Gusti punika boten ateges kita pasif utawi kendel kemawon. Nanging, kita tansah masrahaken gesang kita dhumateng Gusti Yesus, kang ateges kita setya lan sedya dhumateng pangandikanipun Allah ingkang sampun kaserat wonten ing Alkitab.
Penggambaran:
            Jemaat ingkang kinasih, nalika kula sakit lan berobat wonten RS. Pantiwilasa Citarum, Pak Dokter maringi kula resep obat. Piyambakipun ngendikan: Pak Adi.. untuk mengobati sakitnya saya telah membuat resep obat yang paling bagus. Bapak harus minum sesuai dosis dan istirahat yang cukup, saya jamin Bapak akan segera sembuh. Lajeng kula saged saras malih saksampunipun ngombe obat miturut dosis lan cekap istirahat. Ibu, Bapak, para saderek, kula pitados bilih Pak Dokter punika mboten ngapusi kula, pramila kula sedya ngestokaken ngendikanipun dokter lan ing pungkasanipun kula nampi kasarasan.


Penegasan:
Mekaten ugi kula lan panjenengan. Gesang kita saged kaenggalaken matemah nampi karahayon lan kayekten ingkang saking Gusti. Ananging kita kedah pitados dhumateng Gusti Yesus, kanthi setya lan sedya ngestokaken sabdanipun Gusti. Boten namung dinten punika kemawon setya lan sedya ngestokaken sabdanipun Gusti, ananging ngantos Gusti nimbali kula lan panjenengan.
Penerapan
Jemaat kagunganipun Gusti, sumanggan kita sesarengan setya ngugemi janjinipun Gusti lan sedya ngestokaken dhawuhipun. Lajeng, saking pundi saged manggihi janji lan dhawuhipun Gusti? Ing Alkitab, sedaya punika sampun kaserat. Pramila sampun ngantos kendhat anggen kita ndedongan lan maos Alkitab ing padintenan.
Transisi:
Ingkang pungkasan, gesang kita saged kaenggalaen punika namung:
2.                  Awit saking batos ingkang kaenggalaken (Transformasi)
Penjelasan:
Wonten ing Rum 12:2, wonten tembung “Budi utawi nous” menika nggadahi padanan kaliyan ati, batin utawi batos. Wonten ing batin Allah makarya, lan Allah ndamel batos tiyang pitados wanuh marang suwantenipun Allah (Yeh. 36:26-27). Ingkang dados pitakenanipun, kenging punapa rasul Paulus ngatag supados sedaya tiyang pitados kedah kaengalaken wonten ing pambudinipun? Amargi kita punika katitahaken dening Allah dados ciptaan ingkang enggal. Kang lawas sampun sirna dipun gantos kaliyan gesang enggal wonten ing tuntunan Roh Suci. Lan kita katitahaken dening Allah supados dados umat ingkang ngluhuraken Allah mboten namung ing lathi, ananging kanthi pagesangan kita ingkang ngluhuraken asmanipun Allah. Kados dene ingkang kaserat wonten ing Titus 3:1-5.
Penggambaran:
Sumangga dipunpirsani wonten ing Sekolah Minggu, lajeng sekolah-sekolah Kristen, lan ing perguruan tinggi. Pendidikan budi pekerti dipundadosaken pelajaran pokok, kangge para peserta didik. Mekaten ugi jemaat mennonite ing jamanipun Menno Simon, sedaya jemaat dipuntransformasi lumantar pendalaman Alkitab lan persekutuan kang raket sanget. Matemah, kelompok mennonite punika kasebat tiyang pitados ingkang mursid.
Penegasan:
Jemaat ingkang kinasih, batos kita kedah kaenggalaken. Menawi kita mbikak manah kita kagem pakaryaning Roh Suci, kita aturi Roh Suci dados panguwaos ing batos kita. Kanthi mekaten gesang kita saged kaenggalaken, awit batos ingkang kaenggalaken nuwuhaken pakaryan ingkang mulya (kamursidan), balik batos ingkang dereng kaenggalaken dening Roh Suci punika nuwuhaken bebendu saking Allah.
Penerapan:
Menawi kita sami ngaken bilih Roh Suci wonten ing gesang kita, sumangga kita masrahaken dhiri dhumateng Roh Suci; ampun ngantos masrahaken diri dhumateng mbah dukun. Sumangga kita nyumanggakaken Roh Suci makarya ing manah/ batos kita, matemah kita saged memuji Gusti kanthi sukarena, mbiyantu sesami kanthi bungah, lan mungkasi konflik kanthi katresnan.
Visualisasi:
Sumangga kita mirsani bayi ingkang kababar, piyambakipun mbetahaken tetedan lumantar ASI lan menawi sampun balita, tetedanipun sampun mawi bubur lan tetedan sanesipun. Ananing sak sampunipun saged mlampah lan wicara piyambakipun mbutuhaken pendidikan. Ngantos dumugi SMA, wonten ingkang nglajengaken wonten ing universitas. Sak sampunipun lulus, piyambakipun kedah nyambut damel, lan sak lajengipun ngraosaken endahing sesemahan ing kaluwarga enggal. Mekaten ugi kita, nalika kita sampun dipun lairaken malih dening Roh Suci, kita kedah tuwuh. Gesang kita kedah kaenggalaken lumantar pawartos Injil ingkang kita ugemi. Gesang kita ugi kedah kaenggalaken kanthi pitados dhumateng Gusti, lan masrahaken diri dhumateng pakaryan Roh Suci wonten ing batos kita.
Tindakan:

            Jemaat ingkang kinasih, sumangga kita dados kados bayi ingkang sangsaya mindak umur sangsaya kaenggalaken badan, budi, lan rejekinipun. Sumangga kita sami ngugemi pawartos Injil ingkang sampun kita tampi, setya lan sedya nindakaken dhawuh sabdanipun Gusti kanthi maos Alkitab ing padintenan. Matemah kula lan panjenengan saged dados umat ingkang saleh, umat ingkang gesangipun kaenggalaken dening Roh Suci. 

Gesang Kita Kedah Kaenggalaken Yohanes 3:1-21; Rum 12:2 (part 2)

Miturut punapa ingkang sampun kita waos sesarengan ing Yokanan 3:1-21 lan Rum 12:2; kita saged manggihi dhasar kapitadosan kita bilih gesang kita saged kaenggalaken namung:
1.                  Krana pakaryaning Roh Suci lumantar Injil ingkang kawartakaken
Penjelasan:
Wonten ing Yokanan 3: 5-8 ngatingalaken bilih Roh Suci nggadahi andil wonten satengahing gesang ingkang kaenggalaken….wonten ing ayat punika maringi gambaran babagan kados dene hukum reproduksi. Hukum reproduksi punika “menghasilkan sesuai dengan jenisnya”, kados dene cempe mesthi nglairaken cempe, lan ibu-ibu inggih mbabarken bayi. Lan Roh Suci nuwuhaken babagan roh; inggih punika gesang ingkang kalairaken dening Roh, katuntun dening Roh lan ngrembaka awit saking Roh. Wondene Roh Suci punika kados “angin” kang saged dipun pirengaken sumiyute, ananging boten saged dipunpirsani pinangkanipun lan paranipun. Mekaten ugi, pakaryaning Roh Suci, boten saged dipun tliti wonten ing akal ananging saged dipunpirsani wohipun. Kados ingkang sampun kaserat wonten ing I Korintus 2: 15 “balik wong kasukman iku niti priksa samubarang kabeh, nanging awake dewe ora katiti dening liyan” – Wong sing kadunungan Rohe Gusti Allah kuwi ngerti samubarang, nanging ora ana wong sing bisa nliti marang dheweke- (Basa Padintenan).
Penggambaran:
Kados dene pasamuwan wiwitan, Rasul Petrus sak sampunipun kebak ing Roh Suci wantun martakaken Injil, lan 3000 tiyang pitados dumateng Gusti Yesus, mratobat lan kabaptis; sadaya punika awit saking pakaryan Roh Suci (LPR pasal 2). Makaten ugi jemaat ingkang katedak dening Roh Suci punika pagesanganipun terus kaenggalaken. Pramila gesangipun jemaat wiwitan kebak ing katresnan, ngantepi piwulange para rasul, mempeng ing pandonga, lan saiyeg ing pangibadah (LKP 2: 24-27).
Penegasan:
Amargi pakaryan Roh Suci ingkang endah lumantar Injil ingkang kawartakaken, sadoyo tiyang saged kaenggalaken pagesanganipun. Pramila, bilih gesang kita sampun kaenggalaken dening pakaryan Roh Suci lumantar Injil ingkang kita pirengaken, sumonggo kita ugi dados pawartos Injil kagem saderek-saderek kita ingkang dereng wanuh kaliyan gesang ingkang nuwuhaken kayekten lan karahayon (Rum 10:14-15)
Penerapan:
Gesang kita kaenggalaken awit saking pakaryan Roh Suci lumantar Injil ingkang kita tampi. Lan namung srana pakaryan Roh Suci lumantar Injil ingkang kawartaaken, gesang kita kaenggalaken wonten ing padintenan. Pramila sumangga kita tansah ngugemi Injil ingkang sampun kita tampi, lan martosaken Injil ingkang kita ugemi, awit Roh Suci nunggil kita ingkang kaenggalaken wonten ing Gusti Yesus.

Gesang Kita Kedah Kaenggalaken - Yohanes 3:1-21; Rum 12:2 (part 1)

Perhatian:
Wonten ing zaman punika, kathah pemanggih agama kang maringi janji gesang ingkang kaenggalaken. Kados dene kang kasebut aliran Zaman Baru. Pemanggih agama punika gadhah pemanggih bilih gusti punika sejatosipun diri pribadi manungsa. Dados ingkang saged ngatur sadaya kahanan wonten ing bumi punika namung manungsa, diri pribadi. Lan ingkang saged ndadosaken gesang kaenggalaken punika diri pribadi. Caranipun mawi olahraga yoga ingkang mempeng, semedi utawi meditasi, lan nglairaken japa mantra. Wonten informasi bilih tiyang-tiyang ingkang saged nglampahi senam Yoga ngantos tingkatan ingkang inggil, raganipun saged awet anem. Lajeng wonten ing babagan mistik kejawen, kita saged manggihi kasekten ingkang ndamel awet anem lan kasekten ingkang ndamel tiyang saged panjang umur.
Jemaat ingkang kinasih wonten ing Gusti, aliran zaman baru lan aliran mistik kejawen sami-sami nggadahi pemanggih bilih badan utawi raga punika saged kaenggalaken malih. Lajeng menawi dipun cermati, aliran kekalih menika sumberipun mboten saking kayekten, ananging saking diri pribadi lan roh pepeteng. Matemah nuwuhaken gesang ingkang mboten wonten kayektosanipun. Lan sadaya pagesangan ingkang mboten dumunung ing kayektosan, mboten saged mirsani lan ugi ngraosaken Kratoning Allah. Kados dene ingkang sampun kaserat ing Yokanan 3:3, mekaten… “Gusti Yesus mangsuli, pangandikane: Satemen-temene pituturku ing kowe: wong menawa ora kalairake maneh mesthi ora bisa weruh Kratoning Allah”
Keperluan:
Saderek ingkang kinasih, menawi dipunraosaken wonten ing pemanggih, kula lan panjenengan mesti gadhah pepengin saged lumebet wonten ing Kraton Swarga. Lan ingkang dados syarat inggih punika: kita kedah kalairaken malih wonten ing Roh Suci. Kalahiraken dening Roh Suci punika saged kita tampi nalika kula lan panjenengan sadaya pitados dhumateng Gusti Yesus Kristus minangka Sang Pamarta. Ananging boten cekap semanten, kados dene bayi ingkang lahir lan butuh tetedan kangge pertumbuhanipun, mekaten ugi kula lan penjengan. Kita kedah kalairaken dening Roh Suci, lan wonten ing pagesangan salajengipun, gesang kita kedah kaenggalaken. Gesang kita kedah kaenggalaken! Uger gesang kita kaenggalaken, ing samangke kita saged lumebet wonten ing swarga lan kita mesthi pikantuk karahayon. Gesang kita kedah kaenggalaken lan kita saged kabekta wonten ing kayektosan. Matemah kita saged ngraosaken Kratoning Allah wonten ing pagesangan kita. Pramila Bapak, Ibu, para Saderek… gesang kita kedah kaenggalaken! Gesang kita kedah langkung kaenggalaken ngantos dumugi samangke nalika rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih, lan kita kanugrahan badan kaswargan. Gesang kita kedah kenggalaken supados kita madha rupa citraning Gusti Yesus.
Transisi :
Jemaat ingkang kinasih, wonten perkawis kayekten ingkang kedah kita ugemi, ing babagan gesang kang kaenggalken wonten ing Gusti Yesus. bersambung...part 2

Doa untuk Rionaldo


Tuhan Yesus, Juruselamat dan Tuhanku
Aku memohon kepadaMu ya Tuhan, dengan segenap hati
Kiranya Engkau berkenan memberkatianakMu Rionaldo,
Berikanlah kiranya hati untuk bersedia mengasihi Engkau
Berikanlah kiranya kekuatan dan keteguhan hati untuk menghadapi berbagai masalah serta tantangan.
Jagailah dia dari yang jahat, sampai ia bisa membedakan mana tangan kanan dan tangan kiri.
Banyak hal yang hambaMu tidak tahu harus memohon apa supaya anak-Mu Rio dapat menerima berkat Tuhan dan mengasihi Tuhan.
Tolonglah Tuhan, Engkaulah Bapa bagi kami umat yang berseru kepada-Mu.
Aku percaya kepada-Mu ya Tuhan dan Allah ku
Aku menaruh harapanku kepada-Mu,
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Amin.


Dan Akhirnya Bersyukurlah (Kol. 3:15)


Ada sebuah  kabar menyedihkan pada akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015. Berbagai berita musibah memilukan telah menghiasi berbagai media elektronik. Terjadi tanah longsor di Banjarnegara di Provinsi Jawa Tengah. Demikian pula banjir melanda  Kabupaten Bandung di Provinsi Aceh, dan belum lama ini tanah longsor menerpa Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Bahkan berita mengejutkan, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh dan menimbulkan banyak korban di sekitar kawasan Selat Krimata. Demikian keberadaan Indonesia, kendati banyak orang-orang bersukaria di tahun baru namun adapula saudara-saudara yang berdukacita dalam memasuki tahun baru 2015.
Kendati seseorang berada dalam keadaan berceria-ria ataupun diizinkan berdukacita, satu hal yang hendaknya diingat ialah tetap bersyukur kepada Tuhan. Yakni bersyukur untuk waktu-waktu yang terlewati atas pertolongan Tuhan yang tanpa berhenti. Meskipun pertolongan Tuhan begitu besar, dalam kenyataannya banyak orang dapat dengan mudah menyatakan syukur bila menerima sesuatu yang menyenangkan dari Tuhan. Namun bagaimana bila terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan? Masihkah ada kemampuan untuk bersyukur? Memang benar bahwa sebuah musibah tidak untuk disyukuri, tetapi dijadikan tempat bagi pribadi untuk berbenah. Sehingga pada akhirnya, ungkapan syukur itu tetaplah dihaturkan kepada Tuhan. Bagi orang percaya, apapun keadaannya rasa syukur tetaplah dinaikkan bagi Tuhan. Sebab dengan kesadaran sepenuhnya, Tuhan senantiasa ada dibalik setiap peristiwa yang kita alami untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya.

Sebagai contoh teladan kehidupan ialah rasul Paulus. Ia telah mengalami apa itu kesusahan dan memahami betul seperti apa itu sukacita di dalam Tuhan. Penderitaan penjara dan sukacita kelimpahan telah dirasakannya. Dan satu hal yang dimengerti, bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan merancangkan kebaikan bagi umat-Nya. Oleh karena itu rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah”(Kol. 3:15). Dengan demikian, pertama-tama dapat diketahui bersama bahwa damai sejahtera Kristus haruslah yang memerintah dalam hati kita- bukan keegoisan, nafsu duniawi, atau kesedihan. Selanjutnya, hendaklah kita memahami diri sebagai anggota tubuh Kristus. Sehingga ketika kita sakit dalam rohani maupun jasmani, maka Kristuslah yang jadi penyembuh, pemulih dan penyemangat kita. Dengan memahami dua hal ini, maka kita dimampukan untuk bersyukur dalam keadaan apapun. Tentu dalam mengungkapkan rasa syukur itu bukan dengan pesta pora, namun melalui doa. Bukan pula dengan tangisan yang menyayat hati, namun melalui penyembahan dihadapan Tuhan Yesus Kristus. 

Berdoa dan Berpuasa bagi Penatua (KPR. 14:23)


Dalam sebuah Jemaat dari zaman Perjanjian Baru telah dikenal adanya jabatan gerejawi yang disebut penatua. Jabatan tersebut tentu dibedakan dari jabatan Pendeta dan Diaken. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa, penatua adalah anggota pengurus gereja untuk membantu tugas Pendeta. Dalam Kisah Para Rasul, disebutkan bahwa penatua merupakan sekelompok orang pilihan yang memimpin dalam jemaat lokal, seperti jemaat Anthiokia (KPR. 11:30), jemaat Efesus (KPR. 20:17), jemaat Yerusalem (KPR. 21:18), dan lainnya. Namun pertanyaannya, mengapa dalam jemaat Kristen jabatan penatua tetap ada? Karena keberadaan penatua dalam gereja begitu penting, yakni turut serta menggembalakan kawanan domba Allah (I Petrus 5:1-4). Lebih lanjut, Jan S. Aritonang menuliskan bahwa penatua memuliki tugas untuk memperhatikan kehidupan jemaat dan menasihati bahkan menegur dengan firman Tuhan. Oleh karena itu, penatua dalam jabatan gerejawi tetap diperlukan demi kelangsungan penggembalaan umat Allah di dunia.
Secara tegas rasul Petrus menyatakan bahwa seorang penatua memiliki tugas penting dalam jemaat. Adapun tugas itu ialah menggembalakan kawanan domba Allah bukan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan bukan pula karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Dalam kepemimpinanpun ditegaskan: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Demikian frman Tuhan yang disampaikan kepada rasul Petrus untuk para penatua. Oleh karenanya, jemaat diminta untuk dapat menghormati para penatua dalam tugas dan tanggungjawabnya. Kendati tugas sebagai penatua bukanlah sebuah jabatan yang mudah, namun panggilan pelayanan ini adalah mulia. Sebab Gembala Agung akan menganugerahkan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu kepada setiap para penatua yang bersedia menerima tugasnya. Sebuah kehormatan, apabila kita dilayakkan untuk melayani sang Gembala Agung; Tuhan Yesus Kristus.
Dalam waktu dekat, di bulan Februari gereja kita akan melaksanakan pemilihan penatua gereja. Baiklah bersama kita dalam kerendahan hati berdoa dan berpuasa untuk gereja kita. Dengan demikian Tuhan berkenan memanggil dan memperlengkapi setiap penatua yang akan terpilih untuk menerima tugas gerejawi bagi kemuliaan Tuhan (KPR. 14:23). Menjadi penatua bukanlah tugas yang dikatakan mudah, namun dengan mengandalkan Tuhan sukacita besar akan dirasakan. Mari bersama-sama berdoa dan berpuasa bagi penatua dan calon penatua gereja kita. Demi pertumbuhan iman dan pertambahan orang-orang percaya bagi kemuliaan Tuhan.


Pengampunan

Teks     : Matius 18:21-35


I.               Pendahuluan
Injil Matius ditulis oleh Matius murid Tuhan Yesus sekitar tahun 60-an TM. Matius sendiri lahir sebagai orang  Yahudi dan lebih dikenal sebagai “pemungut cukai”. Oleh karena panggilan dari Tuhan Yesus, maka ditinggalkannya semua keberadaan yang bersangkut paut dengan rumah cukai. Berkenaan dengan Injil yang ditulis, Matius termasuk seorang penulis Injil dan saksi yang dapat dipercaya. Sebab Matius melihat dan mengetahui peristiwa-peristiwa penting dari baptisan Yohanes sampai hari Tuhan Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Secara menyeluruh, dapat diketahui bersama bahwa Injil yang ditulis oleh Matius ingin mengungkapkan serta memberitakan bahwa Tuhan Yesus Raja Mesianis. Sehingga fokus tulisannya ialah memberitakan karya dan Kerajaan sang Raja Mesianis. Hal ini dapat dicermati dari karya pelayanan, hukum dan etika Kerajaan Allah yang difirmankan oleh Tuhan Yesus. Demikian pula secara khusus pada pasal 18:1-35, dituliskan bahwa Tuhan Yesus mendidik para murid supaya rendah hati (1-5), bijaksana dalam berinteraksi dengan sesama (6-20), dan bersedia mengampuni orang yang bersalah (21-35). Apa yang difirmankan Tuhan Yesus kepada para murid ini menegaskan bahwa, warga Kerajaan Allah harus meneladani sikap sang Raja. Khususnya dalam memberikan pengampunan yang tuntas dan tanpa batas.
Akan tetapi dalam kenyataan sehari-hari, dapat ditemukan bahwa seseorang sulit sekali untuk memberikan pengampunan. Kadang ada yang hanya menahan, dan mencari waktu yang baik untuk membalas dendam. Ada pula yang hanya setengah mengampuni, mengatakan bersedia untuk mengampuni namun tidak bersedia untuk berkomunikasi sehingga hubungan menjadi jauh dari harmonis. Bahkan ada yang melampiaskan dendam bukan kepada orang yang bersalah, tetapi dengan melempar gelas atau memukul sesuatu dengan harapan dendamnya bisa reda. Namun semua usaha tersebut tentunya sia-sia. Karena tanpa menyadari akan karya Tuhan, seseorang hanya mampu menahan dendam; seperti seorang anak kecil yang menahan pipis. Di mana akhirnya selalu ada pelampiasan yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Oleh karena itu, guna memperoleh pengampunan Tuhan, untuk menghindarkan keluarga dari kehancuran. Demi menyelamatkan keutuhan jemaat dari perpecahan. Maka, diperlukan sebuah kerelaan untuk mengampuni sesama.

II.            Penjelasan
Kata mengampuni dalam ayat 21, menggunakan kata aphiēmi  yang berarti membuang, mengabaikan, meninggalkan jauh di belakang. Dengan maksud, membuang, mengabaikan dan meninggalkan dendam ataupun kegeraman yang ditimbulkan oleh kesalahan sesama terhadap kita. Bila disingkat, ialah memberikan pengampunan dengan tulus tanpa sisa. Dalam ayat 21 dijelaskan bahwa Petrus memiliki pemahaman tersendiri untuk dapat mengampuni seseorang dengan tulus hanya dalam 7 kali pengampunan. Selebihnya, orang bisa membalas kejahatan dengan perlakuan setipal. Akan tetapi Tuhan Yesus menegaskan kepada setiap orang percaya, bahwa pengampunan itu diberikan kepada sesama sebanyak 70 x 7 kali (ay.22). Dapat ditafsirkan – memberikan pengampunan tanpa batas dan tuntas.

Mengapa sebagai orang percaya harus memberikan pengampunan tanpa batas dan tuntas? Ada tiga alasan, mengapa orang percaya harus mengampuni sesama tanpa batas dan tuntas. Alasan pertama yakni:
A.    Karena kita memiliki terlalu banyak kesalahan kepada Tuhan (23-25).
Dalam penjelasan ayat 23-25, dapat dipahami bahwa “hutang” sama dengan dosa atau kesalahan. Ditulis bahwa ada seorang hamba berhutang 10000 talenta. Pada umumnya satu Talenta bernilai 60 Mina atau 6000 Dirham. 1 Dinar = 2 Dirham. 1 Dinar adalah upah pekerja 1 hari (Mat. 20:2,13). Kalau upah minimal 1 hari sekarang adalah Rp. 25.000, maka 1Talenta = Rp. 75.000.000. dengan demikian, hutang hamba itu adalah Rp. 750.000.000.000.
Betapa besarnya hutang hamba tersebut. Demikian pula kita, segala yang kita perbuat pada awalnya hanyalah seumpama kain yang tidak berguna. Sehingga kita hanya menjadi pabrik dari dosa (Yesaya 64:6, Rom. 3:23).

B.     Karena Tuhan bersedia mengampuni kita (26-27)
Akan tetapi, hamba itu selamat. Ia mendapatkan pengampunan ketika ia memohon ampun kepada sang Raja. Dengan penuh penyesalan ia datang kepada sang Raja dan memohon belaskasihan. Demikian pula Allah kita, ketika kita datang kepada-Nya dengan hati yang hancur dan penuh penyesalan, Tuhan bersedia mengampuni dan memulihkan hidup kita. Sebagaimana yang dialami Daud, dan menuliskannya dalam Mazmur 32:1-7.

C.     Karena tanpa mengampuni kita tidak diampuni Tuhan (28-35)
Dalam ayat 28-34, dijelaskan bahwa ada hukuman bagi setiap orang yang tidak bersedia mengampuni. Ia akan diserahkan kepada algojo-algojo. Demikian dapat kita mengerti bahwa, ada akibat buruk yang diterima oleh setiap orang yang menolak untuk mengampuni. Bisa berupa penderiataan secara psikologis, dapat pula berupa kehancuran hidup, bahkan sakit penyakit akibat tertekan.

III.        Kesimpulan

Karena kita adalah ciptaan Allah, dan diciptakan untuk memuliakan Allah, marilah kita bersedia untuk mengampuni sesama yang memiliki kesalahan terhadap kita. Tuhan terlebih dahulu telah mengampuni kita dengan tuntas dan tulus, marilah kita menjadi seorang kristen yang mengampuni sesama kita dengan tuntas dan tulus. Pengampun itu lebih baik daripada pendendam.

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...