Kamis, 26 Februari 2015

Dan Akhirnya Bersyukurlah (Kol. 3:15)


Ada sebuah  kabar menyedihkan pada akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015. Berbagai berita musibah memilukan telah menghiasi berbagai media elektronik. Terjadi tanah longsor di Banjarnegara di Provinsi Jawa Tengah. Demikian pula banjir melanda  Kabupaten Bandung di Provinsi Aceh, dan belum lama ini tanah longsor menerpa Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Bahkan berita mengejutkan, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh dan menimbulkan banyak korban di sekitar kawasan Selat Krimata. Demikian keberadaan Indonesia, kendati banyak orang-orang bersukaria di tahun baru namun adapula saudara-saudara yang berdukacita dalam memasuki tahun baru 2015.
Kendati seseorang berada dalam keadaan berceria-ria ataupun diizinkan berdukacita, satu hal yang hendaknya diingat ialah tetap bersyukur kepada Tuhan. Yakni bersyukur untuk waktu-waktu yang terlewati atas pertolongan Tuhan yang tanpa berhenti. Meskipun pertolongan Tuhan begitu besar, dalam kenyataannya banyak orang dapat dengan mudah menyatakan syukur bila menerima sesuatu yang menyenangkan dari Tuhan. Namun bagaimana bila terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan? Masihkah ada kemampuan untuk bersyukur? Memang benar bahwa sebuah musibah tidak untuk disyukuri, tetapi dijadikan tempat bagi pribadi untuk berbenah. Sehingga pada akhirnya, ungkapan syukur itu tetaplah dihaturkan kepada Tuhan. Bagi orang percaya, apapun keadaannya rasa syukur tetaplah dinaikkan bagi Tuhan. Sebab dengan kesadaran sepenuhnya, Tuhan senantiasa ada dibalik setiap peristiwa yang kita alami untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya.

Sebagai contoh teladan kehidupan ialah rasul Paulus. Ia telah mengalami apa itu kesusahan dan memahami betul seperti apa itu sukacita di dalam Tuhan. Penderitaan penjara dan sukacita kelimpahan telah dirasakannya. Dan satu hal yang dimengerti, bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan merancangkan kebaikan bagi umat-Nya. Oleh karena itu rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah”(Kol. 3:15). Dengan demikian, pertama-tama dapat diketahui bersama bahwa damai sejahtera Kristus haruslah yang memerintah dalam hati kita- bukan keegoisan, nafsu duniawi, atau kesedihan. Selanjutnya, hendaklah kita memahami diri sebagai anggota tubuh Kristus. Sehingga ketika kita sakit dalam rohani maupun jasmani, maka Kristuslah yang jadi penyembuh, pemulih dan penyemangat kita. Dengan memahami dua hal ini, maka kita dimampukan untuk bersyukur dalam keadaan apapun. Tentu dalam mengungkapkan rasa syukur itu bukan dengan pesta pora, namun melalui doa. Bukan pula dengan tangisan yang menyayat hati, namun melalui penyembahan dihadapan Tuhan Yesus Kristus. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...