Ada sebuah kabar menyedihkan pada akhir tahun 2014 dan
awal tahun 2015. Berbagai berita musibah memilukan telah menghiasi berbagai
media elektronik. Terjadi tanah longsor di Banjarnegara
di Provinsi Jawa Tengah. Demikian pula banjir melanda Kabupaten Bandung di Provinsi Aceh, dan belum
lama ini tanah longsor menerpa Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten
Bogor. Bahkan berita mengejutkan, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh dan menimbulkan
banyak korban di sekitar kawasan Selat Krimata. Demikian keberadaan Indonesia,
kendati banyak orang-orang bersukaria di tahun baru namun adapula saudara-saudara
yang berdukacita dalam memasuki tahun baru 2015.
Kendati
seseorang berada dalam keadaan berceria-ria ataupun diizinkan berdukacita, satu
hal yang hendaknya diingat ialah tetap bersyukur kepada Tuhan. Yakni bersyukur
untuk waktu-waktu yang terlewati atas pertolongan Tuhan yang tanpa berhenti.
Meskipun pertolongan Tuhan begitu besar, dalam kenyataannya banyak orang dapat
dengan mudah menyatakan syukur bila menerima sesuatu yang menyenangkan dari
Tuhan. Namun bagaimana bila terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan? Masihkah
ada kemampuan untuk bersyukur? Memang benar bahwa sebuah musibah tidak untuk
disyukuri, tetapi dijadikan tempat bagi pribadi untuk berbenah. Sehingga pada
akhirnya, ungkapan syukur itu tetaplah dihaturkan kepada Tuhan. Bagi orang
percaya, apapun keadaannya rasa syukur tetaplah dinaikkan bagi Tuhan. Sebab
dengan kesadaran sepenuhnya, Tuhan senantiasa ada dibalik setiap peristiwa yang
kita alami untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya.
Sebagai
contoh teladan kehidupan ialah rasul Paulus. Ia telah mengalami apa itu
kesusahan dan memahami betul seperti apa itu sukacita di dalam Tuhan.
Penderitaan penjara dan sukacita kelimpahan telah dirasakannya. Dan satu hal
yang dimengerti, bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan merancangkan kebaikan
bagi umat-Nya. Oleh karena itu rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan
“Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah
kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah”(Kol. 3:15). Dengan
demikian, pertama-tama dapat diketahui bersama bahwa damai sejahtera Kristus
haruslah yang memerintah dalam hati kita- bukan keegoisan, nafsu duniawi, atau
kesedihan. Selanjutnya, hendaklah kita memahami diri sebagai anggota tubuh
Kristus. Sehingga ketika kita sakit dalam rohani maupun jasmani, maka
Kristuslah yang jadi penyembuh, pemulih dan penyemangat kita. Dengan memahami
dua hal ini, maka kita dimampukan untuk bersyukur dalam keadaan apapun. Tentu
dalam mengungkapkan rasa syukur itu bukan dengan pesta pora, namun melalui doa.
Bukan pula dengan tangisan yang menyayat hati, namun melalui penyembahan
dihadapan Tuhan Yesus Kristus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar