Sabtu, 28 Februari 2015

Mencari untuk Menemukan "Domba" yang Tersesat - Matius 18:12

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 
Matius 18:12

Sudah menjadi sebuah kebiasaan yang alamiah bagi gembala di Israel, apabila mencari domba kepunyaannya yang tersesat. Bahkan mencarinya sampai menemukannya. Secara jelas Yehezkiel menyampaikan kerinduan hati Allah kepada umat-Nya Israel. Bahwa pada dasarnya Allah mengumpamakan diri sebagai seorang gembala, dan umat israel adalah domba-domba-Nya. Yehezkiel menyampaikan, bahwa: "Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala  mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan (Yeh. 34:11-12). Dengan demikian sudah menjadi kebiasaan alamiah, bila seorang gembala mencari dombanya yang tersesat. Meskipun hanya satu saja yang terhilang, seorang gembala akan tetap mencarinya sampai menemukan. Bahkan penggambaran seorang nabi Yesaya tentang hubungan Allah dengan umat-Nya, terlihat sungguh akrab. Dapat dibayangkan bila domba digembalakan dan dihimpun dengan penuh perhatian. Digambarkan seperti anak-anak domba yang dipangku-Nya dan seperti induk-induk domba yang dituntun dengan hat-hati, demikian pula keadaan umat di bawah penggembalan Allah. Betapa indahnya, dan berbahagianya penggembalaan yang dari Allah. Betapa Allah memperhatikan sampai sedetail mungkin kebutuhan pada domba-Nya. Bukan hanya makanan yang menyehatkan tetapi juga kasih sayang Allah berikan bagi umat-Nya. 
Oleh karena kesetiaan Allah terhadap firman-Nya, maka Allah sendiri yang mengambil segala resiko untuk menyelamatkan domba kepunyaan-Nya. Bahkan, pengurbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib sungguh membuktikan akan kesetiaan-Nya dalam melindungi kawanan domba-Nya dari kebinasaan maut. Tentu, Allah bukanlah gembala yang biasa namun kenyataannya Ia adalah Gembala Agung. Kendati TUHAN adalah Gembala Agung, tetapi tugas penggembalaan didelegasikan kepada orang-orang pilihan-Nya. Sebagaimana diketahui, dalam Alkitab disebutkan ada para nabi, rasul-rasul, pengajar, penatua bahkan diaken. Semua orang yang termasuk dalam jabatan tersebut, dilantik sendiri oleh Allah. Bukan hanya dilantik, tetapi juga diperlengkapi Allah dengan karunia Roh, bahkan dituntun oleh Roh Kudus. Oleh karenanya, awal mula pengangkatan 7 orang untuk membantu tugas pelayanan para Rasul diserahkan kepada mereka yang dikenal penuh dengan Roh Kudus. Dengan demikian, tugas penggembalaan ini buklanlah inisiatif dari pribadi manusia tetapi karya Roh Allah sendiri. Oleh karena itu, para penggembala yang dilantik oleh Tuhan harus memiliki kehidupan yang erat dengan Tuhan. Kehidupan yang tenggelam dalam doa dan pemahaman Alkitab. Apabila para penggembala memiliki kualitas rohani yang demikian, tentunya firman Allah akan mengalir melalui hidupnya dan memberkati banyak orang. Bahkan Allah sendiri akan menggerakkan orang tersebut untuk mencari yang terhilang. 
Oleh karena itu, Allah tidak sembarangan melantik para pelayan Tuhan. Ada yang benar-benar dilantik dan dekat dengan Allah, namun ada pula yang hanya sekedar menjadi gembala upahan. Menjadi gembala upahan, karena dari mulanya tidak menjalin hubungan baik dengan Allah. Sehingga hatinya pun, jauh dari hati seorang gembala. Seorang gembala beberapa kali digambarkan dalam Alkitab, untuk menunjukkan tugas para hamba Tuhan. Ada pemahaman menarik yang tertulis dalam Matius 18:12. Seorang gembala akan benar-benar meninggalkan 99 ekor dombanya yang tidak tersesat, dan mencari satu saja dombanya yang terhilang. Perhatikan, hanya demi satu dombanya yang terhilang ia siap menempuh berbagai rintangan demi mendapatkan kembali seekor dombanya. Akan tetapi ini bukanlah perbuatan gegabah, ia sudah memastikan keamanan 99 ekor dombanya dan pasti akan pergi untuk menemukan dombanya yang hilang. Ia tidak menunda dengan berbagai alasan untuk mencari yang hilang. Ini adalah sebuah perbuatan dengan sifat segera dilaksanakan. Sungguh ini adalah teladan baik yang diberikan Tuhan Yesus, untuk menggambarkan keberadaan gembala-gembala yang dilantik oleh Tuhan. Baiklah dalam jemaat Tuhan dimunculkan gembala-gembala bagi kawanan domba. Yang tidak menunda untuk mencari yang terhilang, dan tidak melalaikan kawanan. Tetapi yang sungguh menyediakan hati, jiwa dan akal budi untuk dipakai Allah mencari dan menemukan yang terhilang.
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...