Sabtu, 28 Februari 2015

Mencari untuk Menemukan "Domba" yang Tersesat - Matius 18:12

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu? 
Matius 18:12

Sudah menjadi sebuah kebiasaan yang alamiah bagi gembala di Israel, apabila mencari domba kepunyaannya yang tersesat. Bahkan mencarinya sampai menemukannya. Secara jelas Yehezkiel menyampaikan kerinduan hati Allah kepada umat-Nya Israel. Bahwa pada dasarnya Allah mengumpamakan diri sebagai seorang gembala, dan umat israel adalah domba-domba-Nya. Yehezkiel menyampaikan, bahwa: "Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-domba-Ku dan akan mencarinya. Seperti seorang gembala  mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya, begitulah Aku akan mencari domba-domba-Ku dan Aku akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan hari kegelapan (Yeh. 34:11-12). Dengan demikian sudah menjadi kebiasaan alamiah, bila seorang gembala mencari dombanya yang tersesat. Meskipun hanya satu saja yang terhilang, seorang gembala akan tetap mencarinya sampai menemukan. Bahkan penggambaran seorang nabi Yesaya tentang hubungan Allah dengan umat-Nya, terlihat sungguh akrab. Dapat dibayangkan bila domba digembalakan dan dihimpun dengan penuh perhatian. Digambarkan seperti anak-anak domba yang dipangku-Nya dan seperti induk-induk domba yang dituntun dengan hat-hati, demikian pula keadaan umat di bawah penggembalan Allah. Betapa indahnya, dan berbahagianya penggembalaan yang dari Allah. Betapa Allah memperhatikan sampai sedetail mungkin kebutuhan pada domba-Nya. Bukan hanya makanan yang menyehatkan tetapi juga kasih sayang Allah berikan bagi umat-Nya. 
Oleh karena kesetiaan Allah terhadap firman-Nya, maka Allah sendiri yang mengambil segala resiko untuk menyelamatkan domba kepunyaan-Nya. Bahkan, pengurbanan Tuhan Yesus di atas kayu salib sungguh membuktikan akan kesetiaan-Nya dalam melindungi kawanan domba-Nya dari kebinasaan maut. Tentu, Allah bukanlah gembala yang biasa namun kenyataannya Ia adalah Gembala Agung. Kendati TUHAN adalah Gembala Agung, tetapi tugas penggembalaan didelegasikan kepada orang-orang pilihan-Nya. Sebagaimana diketahui, dalam Alkitab disebutkan ada para nabi, rasul-rasul, pengajar, penatua bahkan diaken. Semua orang yang termasuk dalam jabatan tersebut, dilantik sendiri oleh Allah. Bukan hanya dilantik, tetapi juga diperlengkapi Allah dengan karunia Roh, bahkan dituntun oleh Roh Kudus. Oleh karenanya, awal mula pengangkatan 7 orang untuk membantu tugas pelayanan para Rasul diserahkan kepada mereka yang dikenal penuh dengan Roh Kudus. Dengan demikian, tugas penggembalaan ini buklanlah inisiatif dari pribadi manusia tetapi karya Roh Allah sendiri. Oleh karena itu, para penggembala yang dilantik oleh Tuhan harus memiliki kehidupan yang erat dengan Tuhan. Kehidupan yang tenggelam dalam doa dan pemahaman Alkitab. Apabila para penggembala memiliki kualitas rohani yang demikian, tentunya firman Allah akan mengalir melalui hidupnya dan memberkati banyak orang. Bahkan Allah sendiri akan menggerakkan orang tersebut untuk mencari yang terhilang. 
Oleh karena itu, Allah tidak sembarangan melantik para pelayan Tuhan. Ada yang benar-benar dilantik dan dekat dengan Allah, namun ada pula yang hanya sekedar menjadi gembala upahan. Menjadi gembala upahan, karena dari mulanya tidak menjalin hubungan baik dengan Allah. Sehingga hatinya pun, jauh dari hati seorang gembala. Seorang gembala beberapa kali digambarkan dalam Alkitab, untuk menunjukkan tugas para hamba Tuhan. Ada pemahaman menarik yang tertulis dalam Matius 18:12. Seorang gembala akan benar-benar meninggalkan 99 ekor dombanya yang tidak tersesat, dan mencari satu saja dombanya yang terhilang. Perhatikan, hanya demi satu dombanya yang terhilang ia siap menempuh berbagai rintangan demi mendapatkan kembali seekor dombanya. Akan tetapi ini bukanlah perbuatan gegabah, ia sudah memastikan keamanan 99 ekor dombanya dan pasti akan pergi untuk menemukan dombanya yang hilang. Ia tidak menunda dengan berbagai alasan untuk mencari yang hilang. Ini adalah sebuah perbuatan dengan sifat segera dilaksanakan. Sungguh ini adalah teladan baik yang diberikan Tuhan Yesus, untuk menggambarkan keberadaan gembala-gembala yang dilantik oleh Tuhan. Baiklah dalam jemaat Tuhan dimunculkan gembala-gembala bagi kawanan domba. Yang tidak menunda untuk mencari yang terhilang, dan tidak melalaikan kawanan. Tetapi yang sungguh menyediakan hati, jiwa dan akal budi untuk dipakai Allah mencari dan menemukan yang terhilang.
           

Peranan Penting Majelis dalam Jemaat Tuhan - Kisah Para Rasul 20:28-32

Keindahan Gereja di kota lama Semarang

Dalam perjalanan gereja dari sejak berdirinya sampai saat ini, menunjukkan adanya perkembangan yang signifikan dalam pengorganisasian dan manajemennya. Sungguh sebuah tantangan baru sekaligus jalan menuju pengembangan organisasi. Tatkala muncul permasalahan di dalam jemaat karena para janda tidak terlayani dengan baik. Terjadilah sebuah peristiwa penting yakni, manajemen organisasi yang berkembang (Kis. 6:1-7). Para rasul sebagai pemimpin dalam jemaat, meminta kepada jemaat supaya mengangkat tujuh orang yang penuh dengan Roh Kudus untuk dapat menangani pelayanan kepada para janda miskin. Dengan demikian, para rasul dapat berfokus pada pelayanan firman dan doa. Ketujuh orang yang dipilih jemaat mula-mula ini adalah embrio dari jabatan sebagai penatua yang akhirnya berkembang hingga saat ini. Keberadaan penatua tentunya sangatlah penting bagi jemaat. Oleh karena itu syarat untuk menjadi penatua pun ditentukan dengan ketat (I Tim. 3:1-7; Titus 1:5-9). Tentunya dengan syarat yang tertulis dalam Alkitab, penatua diharapkan dapat menghasilkan penatua yang cakap melalui pemuridan atau penggembalaan. Jadi secara singkatnya dapat dikatakan bahwa penatua hendaknya melahirkan penatua.
Oleh karena itu dalam pesan-pesan rasul Paulus yang terakhir kepada para penatua dari Efesus ditegaskan bahwa: "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperoleh-Nya dengan darah Anak-Nya sendiri" (Ay. 28). Intinya jelas, bahwa peranan penatua dikelompokkan menjadi dua. Tugas yang pertama ialah menjaga diri – integritas pribadi. Dapat dimengerti bahwa integritas pribadi ini termasuk menjaga iman, kesalehan hidup dan kasih persaudaraan sesuai firman Tuhan. Tugas yang kedua ialah menjaga seluruh kawanan – penggembalaan. Menggembalakan jemaat termasuk didalamnya menyebarluaskan dan menjaga ajaran yang sehat sesuai firman Tuhan. Karena akan banyak serangan yang muncul baik dari luar maupun dari dalam jemaat untuk mencerai-beraikan kawanan domba Allah (Ay. 29-30). Maka peranan penatua dalam jemaat haruslah dilaksanakan dengan baik, supaya jemaat terlindungi dari ajaran yang memutarbalikkan kebenaran firman Allah. Kedua tugas tersebut dapat dikatakan utama dalam gereja. Dalam hal inilah, tugas untuk menjaga kawanan domba Allah dilaksanakan bersama-sama dengan Pendeta jemaat. Disamping itu, tugas pelayanan sosial juga mengiringi tugas penggembalaan. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya dijalankan oleh diaken. Sebagaimana diketahui bahwa Tuhan Yesus dan para rasul senantiasa melayankan firman Tuhan dan juga memberikan pelayanan sosial. Tuhan Yesus berkata: “Kamu harus memberi mereka makan” (Mark. 6:37). Inilah para pelayan Tuhan, ada jabatan sebagai diaken, penatua, dan pendeta. Ketiga jabatan ini bukan jabatan antara karyawan dan atasan. Namun lebih kepada rekan sekerja dengan fungsi masing-masing yang saling mendukung untuk pertumbuhan gereja.

Dalam pemahaman jemaat GITJ, tentunya mengenal tiga jabatan gerejawi ini. Dalam pelaksanaannya disebut sebagai Majelis jemaat. Namun perlu dipertegas kembali bahwa dalam Majelis ada diaken, penatua, dan pendeta. Ketiganya berbeda namun sama-sama kawan sekerja Allah. Allah sendiri yang menetapkannya (Ay.28, 32; bdg. I Kor. 3:9). Dengan memahami ini, maka Majelis jemaat akan dimampukan oleh Allah untuk melaksanakan tugasnya. Tentunya dalam melaksanakan tugas, setiap Majelis membutuhkan dukungan dan doa dari jemaat. Sehingga Allah bekerja secara optimal melalui alat-Nya – Majelis Jemaat. Mari bersama kita mendukung dan mendoakan Majelis yang terpilih. Sebab dalam kemajelisan ada yang menanam, ada yang menyiram, dan ada pula yang memperhatikan dalam jemaat Tuhan.

Kamis, 26 Februari 2015

Dimerdekakan oleh Roh Kudus

Roh, yang memberi hidup telah memerdekakan kamu dalam Kristus dari hukum dosa dan hukum maut (Roma 8:2)

Apabila diperhatikan, ternyata ada sesuatu yang senantiasa mengancam keselamatan jiwa manusia. Ancaman tersebut adalah "hukum dosa dan maut." Keberadaannya akan selalu membayangi dan menarik orang jatuh ke dalam dosa dan kematian rohani. Itu berasal dari dosa keturunan sejak dilahirkan oleh dosa. Sebagaimana dialami oleh para keturunan Adam didunia. Adapun proses dilahirkan kembali secara rohani oleh Roh Kudus tidak menghapus masalah ini, karena prinsip ini masih beroperasi dalam alam kemanusiaan kita (kedagingan). Selain itu, - yang perlu diwaspadai - menjadi anak Allah tidak lantas membuat obat-Nya terus-menerus tersedia bagi kita.
Obat dari Tuhan untuk "hukum dosa dan maut" haruslah lebih tinggi dan berprinsip lebih kuat. Hukum itu ialah "hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus." Prinsip yang lebih tinggi ini melibatkan Roh Kudus dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai sumber kehidupan bagi setiap kita yang ada di dalam-Nya. Prinsip ini beroperasi dalam kehidupan ciptaan baru di dalam Kristus, yang tidak berjalan "menurut daging, tetapi [berjalan/hidup] menurut Roh" (Rom_8: 4). Dengan hidup menurut pimpinan Roh Kudus, semakin dapat membebaskan kita dari kecenderungan nafsu internal yang menjatuhkan setiap aspek kehidupan kita.
Bahkan (sebagaimana telah kita catat sebelumnya), ini adalah satu-satunya jalan dan harapan bagi kita untuk bertumbuh di dalam kesalehan. Bahwa hukum itu memberikan tuntunan bagi setiap kita untuk melaksanakannya (Rom. 8: 4). Hidup kitalah yang menjadi ukuran, apakah kita saleh atau tidak dihadapan Tuhan. Adapun kesalehan kita itu terwujud karena Kristus-lah yang bekerja melalui kita. Inilah kebenarannya bahwa Tuhan Yesus adalah satu-satunya pribadi yang pernah bisa hidup di dunia dengan sepenuhnya menyenangkan Bapa. Tuhan Yesus berkata, "Aku selalu melakukan hal-hal yang menyenangkan-Nya" (Yoh. 8: 29).
          Dengan demikian, untuk menerima pengalaman Kristen yang berkemenangan, kita perlu hidup sebagai mana Tuhan Yesus ada di dunia. Marilah kita hidup di dalam Kristus dan Kristus ada di dalam kita melalui karya Roh Kudus. Kita perlu hukum yang lebih tinggi ("hukum Roh: kehidupan dalam Kristus Yesus") untuk membebaskan kita dari hukum yang lebih rendah ("hukum dosa dan hukum maut").
          Sekali lagi, apa tanggung jawab kita dalam hal ini? Kita harus berhubungan dengan Tuhan dalam kerendahan hati dan iman. Dengan kerendahan hati, mengakui bahwa kita terus diserang hukum dosa dan maut namun kita diselamatkan melalui iman – inilah hukum Roh. Dan tentunya iman berkata dengan penuh keyakinan yang kudus bahwa "hukum Roh kehidupan dalam Kristus Yesus telah membuat saya bebas dari hukum dosa dan kematian."

Doa

Ya Tuhan Yesus, Dikau sendiri dapat menyediakan kehidupan saya dipanggil untuk hidup. Saya dengan rendah hati setuju dengan perkataan Dikau. Dengan senang hati saya percaya Roh Kudus-Mu ada untuk semakin membebaskan saya dari kekalahan saya melawan kedagingan saya. Saya berterimakasih kepada Dikau dengan cara Dikau yang ajaib menjawab doa ini. Tuhan Yesus, hidup di dalam dan melalui saya dengan kuasa Roh Kudus, Amin.

Bahan Pendadaran Perjamuan Kudus - 5 s/d 6 Mei 2014


Teks     : Lukas 15:11-32
Tema   : Bahagianya Menerima Pengampunan

Pendahuluan:
Dalam Alkitab Perjanjian Baru, pengertian tentang pengampunan dapat dimengerti dari kata apoluo yang artinya membebaskan (Luk. 13:12). Pertanyaannya, dibebaskan dari apakah orang yang telah diampuni? Orang yang telah diampuni, dibebaskan dari belenggu maut, hutang, maupun kutuk. Akan tetapi pemahaman ini dapat disalah mengerti oleh pribadi yang kurang merasa mendapat anugerah. Oleh karena merasa telah diampuni, maka ia bebas untuk berbuat kejahatan. Namun berbeda dengan pribadi yang merasa mendapat anugerah pengampunan. Ia merasa bahagia karena telah menerima pengampunan, dan menjalani kehidupan sesuai perintah Sang Juruselamat. Dalam Lukas 15:11-32, dapat dimengerti bersama bahwa, ada kebahagiaan tersendiri bagi anak yang mengetahui bahwa dirinya telah diampuni oleh bapanya. Bukan hanya bapanya yang berbahagia, namun juga anak yang telah berbuat kesalahan (ay. 32). Kebahagiaan yang diterima, bukanlah bersifat seremonial namun benar-benar lahir dari hati.
Transisi:
Sebagai jiwa yang merasa berdosa dihadapan Allah, pasti kita semua memiliki kerinduan untuk merasakan kebahagiaan karena telah diampuni dosanya oleh Tuhan Yesus. Pertanyaannya, apa saja syarat yang hendaknya dipenuhi agar kita dapat merasakan kebahagiaan karena diampuni Tuhan?
Alkitab mencatat ada 6 langkah, seseorang dapat merasakan kebahagiaan karena diampuni dosanya, yakni:
1.      Menyadari kesalahan (ay. 17)
2.      Percaya bahwa Tuhan Yesus bersedia mengampuni (Kis. 10:43,26:18)
3.      Mengakui kesalahan (ay. 18, Mazmur 32:5)
4.      Berani datang kepada Tuhan, karena percaya (ay. 20)
5.      Berdoa, merendahkan diri dihadapan Allah (ay. 21, II Taw. 7:14)
6.      Berkomitmen meninggalkan dosa (II Taw. 7:14)
Undangan:

Ketika kita berbuat kesalahan, Allah telah berkomitmen untuk menunggu dengan sabar pertobatan kita (2Petrus 3:9). Oleh karena itu, marilah bersama kita menguji diri apakah kita taat dan setia kepada Tuhan, ataukah sebaliknya? Apabila ada kedapatan kesalahan dalam hidup kita, marilah kita melaksanakan 6 langkah yang membawa kepada kebahagiaan. Ketika kita memiliki keyakinan akan pengampunan oleh darah Kristus, maka kita berbahagia. Sebagaimana pemazmur menyatakan dirinya berbahagian, sebab kasih karunia Allah melimpah dalam kehidupannya. Dosa yang begitu keji telah diperbuat, namun melalui pertobatan yang sungguh-sungguh Allah berkenan memberikan damai sejahtera. Betapa luar biasa kasih Allah bagi setiap orang percaya. Sebab kita diberikan kesempatan untuk menghadap ke hadirat Tuhan, untuk memohon ampunan melalui pertobatan di dalam Kristus (Ibrani 10:19-22). Dengan iman dan kerendahan hati, marilah kita bersama-sama mempersiapkan diri untuk mengikuti Perjamuan Kudus. 

Bahan Pendadaran Perjamuan Kudus


Tgl.      : 15-16 Desember 2014
Teks     : I Korintus 11: 23-31
Tema   : Bersiap Menerima Perjamuan Allah

Pendahuluan
Tuhan Yesus pernah memberikan sebuah perumpamaan mengenai perjamuan kawin (Mat. 22:1-14). Dalam perumpamaan tersebut, diceritakan bahwa ada seorang raja yang menyuruh para hambanya untuk memanggil semua orang yang menerima undangan untuk menghadiri perjamuan kawin. Akan tetapi, orang-orang yang telah menerima undangan tersebut menolak untuk hadir. Bahkan ada yang dengan sengaja membunuh utusan raja yang menyampaikan pesan. Akhirnya raja murka, dan membinasakan orang-orang yang membunuh utusan raja. Karena semua sudah tersedia namun tidak ada yang hadir ke perjamuan, maka raja memberi perintah untuk memanggil semua orang yang ada di jalan-jalan; orang jahat maupun orang baik. Tetapi ditengah-tengah perjamuan, raja melihat ada seorang yang tidak memakai pakaian pesta. Oleh karena keadaan yang demikian, raja murka dan menghukum orang tersebut dalam kegelapan yang gelap, penuh ratapan dan kertak gigi.
Melalui perumpamaan tersebut, kita dapat mengambil sebuah prinsip bahwa “Setiap orang yang akan menerima perjamuan Tuhan, haruslah bersiap.” Sebab bila tidak bersiap, maka akan menimbulkan hukuman (I Kor. 11:29). Sebagaimana seorang raja menginginkan peserta perjamuan bersiap dengan memakai pakaian pesta, demikian pula kita dalam mengikuti perjamuan kudus. Allah menginginkan kita supaya bersiap. Apa yang dimaksud dengan bersiap disini? Untuk dapat memahami, marilah kita telaah mengenai apa yang disampaikan rasul Paulus kepada jemaat di Korintus. Ada beberapa prinsip yang harus kita pegang dan laksanakan sehingga kita disebut sebagai umat yang bersiap merima perjamuan Allah, yakni:
a.       Menjaga kemurnian iman (ay.26)
Latar belakang Paulus menuliskan surat yang pertama ke Jemaat Korintus, salah satunya ialah untuk menyadarkan tanggung jawab jemaat untuk tetap menjaga kemurnian iman. Jangan sampai, perjamuan yang kudus itu dijadikan tempat untuk menyombongkan diri, mengandalkan diri sendiri dan meremehkan kekudusan Tuhan. Sebab, kemurnian iman jemaat akan menjadi berita bagi seluruh dunia sampai Tuhan datang kembali. Oleh karenanya, rasul Paulus menegaskan: “Sebab setiap kali kamu makan roti dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”. Dengan demikian, marilah kita bersama menyadari tanggung jawab kita untuk menjaga kemurnian iman. Sebab kemurnian iman kita adalah berita yang layak disebarkan samapi Tuhan datang kembali.
b.      Menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru (ay.28)
Selanjutnya ditekakankan pula bahwa, setiap orang yang mengikuti Perjamuan Kudus haruslah bertekad untuk hidup kudus. Sebab, sebagaimana diketahui bersama maksud diadakannya Perjamuan Kudus ialah untuk melawan dosa. Sehingga dimohon dengan tegas, agar setiap jemaat bersedia dengan rendah hati menelusuri, apakah ada dosa yang diperbuat diwaktu yang lampau dan belum diselesaikan? Bila ada baiklah memohon ampun secara terbuka dalam doa kepada Tuhan dan berkomitmen untuk tidak melakukannya kembali. Dalam beberapa suratnya, rasul Paulus juga menyampaikan kebenaran firman Tuhan supaya menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru di dalam Kristus. Secara jelas dituliskan beberapa dosa yang harus dihindari dan beberapa sikap yang harus dilakukan. (baca Efesus 4:22-24 & 32-32). Dengan demikian jelas bahwa, setiap jemaat yang bersedia ikut dalam Perjamuan Kudus haruslah bersedia menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru.
c.       Menyadari bahwa kita akan menerima Perjamuan Allah di Sorga (ay.31-32)
Terakhir, sebenarnya Perjamuan Kudus diadakan bukan hanya untuk mengingat akan pengurbanan Tuhan Yesus bagi kita. Bukan juga hanya untuk melawan dosa. Tetapi juga untuk mengingatkan kita bahwa nantinya kita juga akan mengikuti Perjamuan Kudus di Sorga yang dipimpin langsung oleh Tuhan Yesus. Ketika kita mengikuti Perjamuan Kudus, sebenarnya kita diingatkan untuk menerima Perjamuan di Sorga, sehingga kita tidak dibinasakan bersama-sama dengan dunia fana (ay.31-32). Ditengah-tengah kedegilan bangsa Israel nabi Zefanya menyerukan supaya bangsa Israel bersiap diundang Tuhan ikut serta dalam perjamua-Nya di Sorga. Secara tegas disampaikan: “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat. Sungguh TUHAN telah menyediakan perjamuan korban dan telah menguduskan para undangan-Nya.”( Zefanya 1:7). Demikian pula kepada Yohanes, Tuhan Allah menyampaikan bahwa orang-orang yang diundang masuk dalam Perjamuan Allah akan menerima kebahagiaan yang tak terkatakan  (Wahyu 19:9). Maka persiapkanlah diri kita untuk menerima Perjamuan Kudus di dunia saat ini, sebab akan tiba waktunya kita akan menerima Perjamuan Kudus bersama Tuhan Allah di Sorga disertai kebahagiaan yang luar biasa.

Undangan

Marilah bersama-sama kita mengikuti Perjamuan Kudus dengan kesiapan diri. Marilah kita menjaga kemurnian iman kita, menanggalkan perbuatan manusia lama dan mengenakan manusia baru yang dikuduskan Tuhan. Serta menyadari bahwa ketika kita mengikuti Perjamuan Kudus di dunia dengan iman dan kekudusan, maka sebenarnya kita telah menerima undangan untuk ikut serta dalam Perjamuan Kudus di Sorga. Marilah kita bersiap menerima Perjamuan Kudus sampai Tuhan Yesus datang kembali.

Gesang Kita Kedah Kaenggalaken - Yohanes 3:1-21; Rum 12:2 (part 3)

Salajengipun perkawis kayekten ingkang kedah kita ugemi inggih punika, bilih gesang kita saged kaenggalaken namung:
1.                  Awit saking pitados dhumateng Gusti Yesus
Penjelasan:
Saged dipun panggihi wonten ing ayat 15, Yokanan 3:15: “supaya saben wong kang pracaya marang panjenengane oleh urip langgeng”. Ing ayat punika kaserat tembung “pracaya/pitados”, miturut ayat punika tembung “pitados” nggadahi teges: mitayakaken lan masrahaken gesang sakwetahipun dhumateng Putraning Manungsa, Gusti Yesus Kristus. Kanthi makaten saged dipun mangertos bilih tembung pitados punika mratelakaken gesang ingkang nggadahi pangarep-arep, langkung malih anggenipun mitayakaken lan masrahaken gesang sawetahipun dhumateng Gusti Yesus.  Pitados dhumateng Gusti punika boten ateges kita pasif utawi kendel kemawon. Nanging, kita tansah masrahaken gesang kita dhumateng Gusti Yesus, kang ateges kita setya lan sedya dhumateng pangandikanipun Allah ingkang sampun kaserat wonten ing Alkitab.
Penggambaran:
            Jemaat ingkang kinasih, nalika kula sakit lan berobat wonten RS. Pantiwilasa Citarum, Pak Dokter maringi kula resep obat. Piyambakipun ngendikan: Pak Adi.. untuk mengobati sakitnya saya telah membuat resep obat yang paling bagus. Bapak harus minum sesuai dosis dan istirahat yang cukup, saya jamin Bapak akan segera sembuh. Lajeng kula saged saras malih saksampunipun ngombe obat miturut dosis lan cekap istirahat. Ibu, Bapak, para saderek, kula pitados bilih Pak Dokter punika mboten ngapusi kula, pramila kula sedya ngestokaken ngendikanipun dokter lan ing pungkasanipun kula nampi kasarasan.


Penegasan:
Mekaten ugi kula lan panjenengan. Gesang kita saged kaenggalaken matemah nampi karahayon lan kayekten ingkang saking Gusti. Ananging kita kedah pitados dhumateng Gusti Yesus, kanthi setya lan sedya ngestokaken sabdanipun Gusti. Boten namung dinten punika kemawon setya lan sedya ngestokaken sabdanipun Gusti, ananging ngantos Gusti nimbali kula lan panjenengan.
Penerapan
Jemaat kagunganipun Gusti, sumanggan kita sesarengan setya ngugemi janjinipun Gusti lan sedya ngestokaken dhawuhipun. Lajeng, saking pundi saged manggihi janji lan dhawuhipun Gusti? Ing Alkitab, sedaya punika sampun kaserat. Pramila sampun ngantos kendhat anggen kita ndedongan lan maos Alkitab ing padintenan.
Transisi:
Ingkang pungkasan, gesang kita saged kaenggalaen punika namung:
2.                  Awit saking batos ingkang kaenggalaken (Transformasi)
Penjelasan:
Wonten ing Rum 12:2, wonten tembung “Budi utawi nous” menika nggadahi padanan kaliyan ati, batin utawi batos. Wonten ing batin Allah makarya, lan Allah ndamel batos tiyang pitados wanuh marang suwantenipun Allah (Yeh. 36:26-27). Ingkang dados pitakenanipun, kenging punapa rasul Paulus ngatag supados sedaya tiyang pitados kedah kaengalaken wonten ing pambudinipun? Amargi kita punika katitahaken dening Allah dados ciptaan ingkang enggal. Kang lawas sampun sirna dipun gantos kaliyan gesang enggal wonten ing tuntunan Roh Suci. Lan kita katitahaken dening Allah supados dados umat ingkang ngluhuraken Allah mboten namung ing lathi, ananging kanthi pagesangan kita ingkang ngluhuraken asmanipun Allah. Kados dene ingkang kaserat wonten ing Titus 3:1-5.
Penggambaran:
Sumangga dipunpirsani wonten ing Sekolah Minggu, lajeng sekolah-sekolah Kristen, lan ing perguruan tinggi. Pendidikan budi pekerti dipundadosaken pelajaran pokok, kangge para peserta didik. Mekaten ugi jemaat mennonite ing jamanipun Menno Simon, sedaya jemaat dipuntransformasi lumantar pendalaman Alkitab lan persekutuan kang raket sanget. Matemah, kelompok mennonite punika kasebat tiyang pitados ingkang mursid.
Penegasan:
Jemaat ingkang kinasih, batos kita kedah kaenggalaken. Menawi kita mbikak manah kita kagem pakaryaning Roh Suci, kita aturi Roh Suci dados panguwaos ing batos kita. Kanthi mekaten gesang kita saged kaenggalaken, awit batos ingkang kaenggalaken nuwuhaken pakaryan ingkang mulya (kamursidan), balik batos ingkang dereng kaenggalaken dening Roh Suci punika nuwuhaken bebendu saking Allah.
Penerapan:
Menawi kita sami ngaken bilih Roh Suci wonten ing gesang kita, sumangga kita masrahaken dhiri dhumateng Roh Suci; ampun ngantos masrahaken diri dhumateng mbah dukun. Sumangga kita nyumanggakaken Roh Suci makarya ing manah/ batos kita, matemah kita saged memuji Gusti kanthi sukarena, mbiyantu sesami kanthi bungah, lan mungkasi konflik kanthi katresnan.
Visualisasi:
Sumangga kita mirsani bayi ingkang kababar, piyambakipun mbetahaken tetedan lumantar ASI lan menawi sampun balita, tetedanipun sampun mawi bubur lan tetedan sanesipun. Ananing sak sampunipun saged mlampah lan wicara piyambakipun mbutuhaken pendidikan. Ngantos dumugi SMA, wonten ingkang nglajengaken wonten ing universitas. Sak sampunipun lulus, piyambakipun kedah nyambut damel, lan sak lajengipun ngraosaken endahing sesemahan ing kaluwarga enggal. Mekaten ugi kita, nalika kita sampun dipun lairaken malih dening Roh Suci, kita kedah tuwuh. Gesang kita kedah kaenggalaken lumantar pawartos Injil ingkang kita ugemi. Gesang kita ugi kedah kaenggalaken kanthi pitados dhumateng Gusti, lan masrahaken diri dhumateng pakaryan Roh Suci wonten ing batos kita.
Tindakan:

            Jemaat ingkang kinasih, sumangga kita dados kados bayi ingkang sangsaya mindak umur sangsaya kaenggalaken badan, budi, lan rejekinipun. Sumangga kita sami ngugemi pawartos Injil ingkang sampun kita tampi, setya lan sedya nindakaken dhawuh sabdanipun Gusti kanthi maos Alkitab ing padintenan. Matemah kula lan panjenengan saged dados umat ingkang saleh, umat ingkang gesangipun kaenggalaken dening Roh Suci. 

Gesang Kita Kedah Kaenggalaken Yohanes 3:1-21; Rum 12:2 (part 2)

Miturut punapa ingkang sampun kita waos sesarengan ing Yokanan 3:1-21 lan Rum 12:2; kita saged manggihi dhasar kapitadosan kita bilih gesang kita saged kaenggalaken namung:
1.                  Krana pakaryaning Roh Suci lumantar Injil ingkang kawartakaken
Penjelasan:
Wonten ing Yokanan 3: 5-8 ngatingalaken bilih Roh Suci nggadahi andil wonten satengahing gesang ingkang kaenggalaken….wonten ing ayat punika maringi gambaran babagan kados dene hukum reproduksi. Hukum reproduksi punika “menghasilkan sesuai dengan jenisnya”, kados dene cempe mesthi nglairaken cempe, lan ibu-ibu inggih mbabarken bayi. Lan Roh Suci nuwuhaken babagan roh; inggih punika gesang ingkang kalairaken dening Roh, katuntun dening Roh lan ngrembaka awit saking Roh. Wondene Roh Suci punika kados “angin” kang saged dipun pirengaken sumiyute, ananging boten saged dipunpirsani pinangkanipun lan paranipun. Mekaten ugi, pakaryaning Roh Suci, boten saged dipun tliti wonten ing akal ananging saged dipunpirsani wohipun. Kados ingkang sampun kaserat wonten ing I Korintus 2: 15 “balik wong kasukman iku niti priksa samubarang kabeh, nanging awake dewe ora katiti dening liyan” – Wong sing kadunungan Rohe Gusti Allah kuwi ngerti samubarang, nanging ora ana wong sing bisa nliti marang dheweke- (Basa Padintenan).
Penggambaran:
Kados dene pasamuwan wiwitan, Rasul Petrus sak sampunipun kebak ing Roh Suci wantun martakaken Injil, lan 3000 tiyang pitados dumateng Gusti Yesus, mratobat lan kabaptis; sadaya punika awit saking pakaryan Roh Suci (LPR pasal 2). Makaten ugi jemaat ingkang katedak dening Roh Suci punika pagesanganipun terus kaenggalaken. Pramila gesangipun jemaat wiwitan kebak ing katresnan, ngantepi piwulange para rasul, mempeng ing pandonga, lan saiyeg ing pangibadah (LKP 2: 24-27).
Penegasan:
Amargi pakaryan Roh Suci ingkang endah lumantar Injil ingkang kawartakaken, sadoyo tiyang saged kaenggalaken pagesanganipun. Pramila, bilih gesang kita sampun kaenggalaken dening pakaryan Roh Suci lumantar Injil ingkang kita pirengaken, sumonggo kita ugi dados pawartos Injil kagem saderek-saderek kita ingkang dereng wanuh kaliyan gesang ingkang nuwuhaken kayekten lan karahayon (Rum 10:14-15)
Penerapan:
Gesang kita kaenggalaken awit saking pakaryan Roh Suci lumantar Injil ingkang kita tampi. Lan namung srana pakaryan Roh Suci lumantar Injil ingkang kawartaaken, gesang kita kaenggalaken wonten ing padintenan. Pramila sumangga kita tansah ngugemi Injil ingkang sampun kita tampi, lan martosaken Injil ingkang kita ugemi, awit Roh Suci nunggil kita ingkang kaenggalaken wonten ing Gusti Yesus.

Gesang Kita Kedah Kaenggalaken - Yohanes 3:1-21; Rum 12:2 (part 1)

Perhatian:
Wonten ing zaman punika, kathah pemanggih agama kang maringi janji gesang ingkang kaenggalaken. Kados dene kang kasebut aliran Zaman Baru. Pemanggih agama punika gadhah pemanggih bilih gusti punika sejatosipun diri pribadi manungsa. Dados ingkang saged ngatur sadaya kahanan wonten ing bumi punika namung manungsa, diri pribadi. Lan ingkang saged ndadosaken gesang kaenggalaken punika diri pribadi. Caranipun mawi olahraga yoga ingkang mempeng, semedi utawi meditasi, lan nglairaken japa mantra. Wonten informasi bilih tiyang-tiyang ingkang saged nglampahi senam Yoga ngantos tingkatan ingkang inggil, raganipun saged awet anem. Lajeng wonten ing babagan mistik kejawen, kita saged manggihi kasekten ingkang ndamel awet anem lan kasekten ingkang ndamel tiyang saged panjang umur.
Jemaat ingkang kinasih wonten ing Gusti, aliran zaman baru lan aliran mistik kejawen sami-sami nggadahi pemanggih bilih badan utawi raga punika saged kaenggalaken malih. Lajeng menawi dipun cermati, aliran kekalih menika sumberipun mboten saking kayekten, ananging saking diri pribadi lan roh pepeteng. Matemah nuwuhaken gesang ingkang mboten wonten kayektosanipun. Lan sadaya pagesangan ingkang mboten dumunung ing kayektosan, mboten saged mirsani lan ugi ngraosaken Kratoning Allah. Kados dene ingkang sampun kaserat ing Yokanan 3:3, mekaten… “Gusti Yesus mangsuli, pangandikane: Satemen-temene pituturku ing kowe: wong menawa ora kalairake maneh mesthi ora bisa weruh Kratoning Allah”
Keperluan:
Saderek ingkang kinasih, menawi dipunraosaken wonten ing pemanggih, kula lan panjenengan mesti gadhah pepengin saged lumebet wonten ing Kraton Swarga. Lan ingkang dados syarat inggih punika: kita kedah kalairaken malih wonten ing Roh Suci. Kalahiraken dening Roh Suci punika saged kita tampi nalika kula lan panjenengan sadaya pitados dhumateng Gusti Yesus Kristus minangka Sang Pamarta. Ananging boten cekap semanten, kados dene bayi ingkang lahir lan butuh tetedan kangge pertumbuhanipun, mekaten ugi kula lan penjengan. Kita kedah kalairaken dening Roh Suci, lan wonten ing pagesangan salajengipun, gesang kita kedah kaenggalaken. Gesang kita kedah kaenggalaken! Uger gesang kita kaenggalaken, ing samangke kita saged lumebet wonten ing swarga lan kita mesthi pikantuk karahayon. Gesang kita kedah kaenggalaken lan kita saged kabekta wonten ing kayektosan. Matemah kita saged ngraosaken Kratoning Allah wonten ing pagesangan kita. Pramila Bapak, Ibu, para Saderek… gesang kita kedah kaenggalaken! Gesang kita kedah langkung kaenggalaken ngantos dumugi samangke nalika rawuhipun Gusti Yesus ingkang kaping kalih, lan kita kanugrahan badan kaswargan. Gesang kita kedah kenggalaken supados kita madha rupa citraning Gusti Yesus.
Transisi :
Jemaat ingkang kinasih, wonten perkawis kayekten ingkang kedah kita ugemi, ing babagan gesang kang kaenggalken wonten ing Gusti Yesus. bersambung...part 2

Doa untuk Rionaldo


Tuhan Yesus, Juruselamat dan Tuhanku
Aku memohon kepadaMu ya Tuhan, dengan segenap hati
Kiranya Engkau berkenan memberkatianakMu Rionaldo,
Berikanlah kiranya hati untuk bersedia mengasihi Engkau
Berikanlah kiranya kekuatan dan keteguhan hati untuk menghadapi berbagai masalah serta tantangan.
Jagailah dia dari yang jahat, sampai ia bisa membedakan mana tangan kanan dan tangan kiri.
Banyak hal yang hambaMu tidak tahu harus memohon apa supaya anak-Mu Rio dapat menerima berkat Tuhan dan mengasihi Tuhan.
Tolonglah Tuhan, Engkaulah Bapa bagi kami umat yang berseru kepada-Mu.
Aku percaya kepada-Mu ya Tuhan dan Allah ku
Aku menaruh harapanku kepada-Mu,
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus.
Amin.


Dan Akhirnya Bersyukurlah (Kol. 3:15)


Ada sebuah  kabar menyedihkan pada akhir tahun 2014 dan awal tahun 2015. Berbagai berita musibah memilukan telah menghiasi berbagai media elektronik. Terjadi tanah longsor di Banjarnegara di Provinsi Jawa Tengah. Demikian pula banjir melanda  Kabupaten Bandung di Provinsi Aceh, dan belum lama ini tanah longsor menerpa Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Bahkan berita mengejutkan, pesawat AirAsia QZ8501 jatuh dan menimbulkan banyak korban di sekitar kawasan Selat Krimata. Demikian keberadaan Indonesia, kendati banyak orang-orang bersukaria di tahun baru namun adapula saudara-saudara yang berdukacita dalam memasuki tahun baru 2015.
Kendati seseorang berada dalam keadaan berceria-ria ataupun diizinkan berdukacita, satu hal yang hendaknya diingat ialah tetap bersyukur kepada Tuhan. Yakni bersyukur untuk waktu-waktu yang terlewati atas pertolongan Tuhan yang tanpa berhenti. Meskipun pertolongan Tuhan begitu besar, dalam kenyataannya banyak orang dapat dengan mudah menyatakan syukur bila menerima sesuatu yang menyenangkan dari Tuhan. Namun bagaimana bila terjadi sesuatu yang kurang menyenangkan? Masihkah ada kemampuan untuk bersyukur? Memang benar bahwa sebuah musibah tidak untuk disyukuri, tetapi dijadikan tempat bagi pribadi untuk berbenah. Sehingga pada akhirnya, ungkapan syukur itu tetaplah dihaturkan kepada Tuhan. Bagi orang percaya, apapun keadaannya rasa syukur tetaplah dinaikkan bagi Tuhan. Sebab dengan kesadaran sepenuhnya, Tuhan senantiasa ada dibalik setiap peristiwa yang kita alami untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yang mengasihi-Nya.

Sebagai contoh teladan kehidupan ialah rasul Paulus. Ia telah mengalami apa itu kesusahan dan memahami betul seperti apa itu sukacita di dalam Tuhan. Penderitaan penjara dan sukacita kelimpahan telah dirasakannya. Dan satu hal yang dimengerti, bahwa Tuhan senantiasa menyertai dan merancangkan kebaikan bagi umat-Nya. Oleh karena itu rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah”(Kol. 3:15). Dengan demikian, pertama-tama dapat diketahui bersama bahwa damai sejahtera Kristus haruslah yang memerintah dalam hati kita- bukan keegoisan, nafsu duniawi, atau kesedihan. Selanjutnya, hendaklah kita memahami diri sebagai anggota tubuh Kristus. Sehingga ketika kita sakit dalam rohani maupun jasmani, maka Kristuslah yang jadi penyembuh, pemulih dan penyemangat kita. Dengan memahami dua hal ini, maka kita dimampukan untuk bersyukur dalam keadaan apapun. Tentu dalam mengungkapkan rasa syukur itu bukan dengan pesta pora, namun melalui doa. Bukan pula dengan tangisan yang menyayat hati, namun melalui penyembahan dihadapan Tuhan Yesus Kristus. 

Berdoa dan Berpuasa bagi Penatua (KPR. 14:23)


Dalam sebuah Jemaat dari zaman Perjanjian Baru telah dikenal adanya jabatan gerejawi yang disebut penatua. Jabatan tersebut tentu dibedakan dari jabatan Pendeta dan Diaken. Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan bahwa, penatua adalah anggota pengurus gereja untuk membantu tugas Pendeta. Dalam Kisah Para Rasul, disebutkan bahwa penatua merupakan sekelompok orang pilihan yang memimpin dalam jemaat lokal, seperti jemaat Anthiokia (KPR. 11:30), jemaat Efesus (KPR. 20:17), jemaat Yerusalem (KPR. 21:18), dan lainnya. Namun pertanyaannya, mengapa dalam jemaat Kristen jabatan penatua tetap ada? Karena keberadaan penatua dalam gereja begitu penting, yakni turut serta menggembalakan kawanan domba Allah (I Petrus 5:1-4). Lebih lanjut, Jan S. Aritonang menuliskan bahwa penatua memuliki tugas untuk memperhatikan kehidupan jemaat dan menasihati bahkan menegur dengan firman Tuhan. Oleh karena itu, penatua dalam jabatan gerejawi tetap diperlukan demi kelangsungan penggembalaan umat Allah di dunia.
Secara tegas rasul Petrus menyatakan bahwa seorang penatua memiliki tugas penting dalam jemaat. Adapun tugas itu ialah menggembalakan kawanan domba Allah bukan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai dengan kehendak Allah, dan bukan pula karena mau mencari keuntungan, tetapi dengan pengabdian diri. Dalam kepemimpinanpun ditegaskan: “Janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu.” Demikian frman Tuhan yang disampaikan kepada rasul Petrus untuk para penatua. Oleh karenanya, jemaat diminta untuk dapat menghormati para penatua dalam tugas dan tanggungjawabnya. Kendati tugas sebagai penatua bukanlah sebuah jabatan yang mudah, namun panggilan pelayanan ini adalah mulia. Sebab Gembala Agung akan menganugerahkan mahkota kemuliaan yang tidak dapat layu kepada setiap para penatua yang bersedia menerima tugasnya. Sebuah kehormatan, apabila kita dilayakkan untuk melayani sang Gembala Agung; Tuhan Yesus Kristus.
Dalam waktu dekat, di bulan Februari gereja kita akan melaksanakan pemilihan penatua gereja. Baiklah bersama kita dalam kerendahan hati berdoa dan berpuasa untuk gereja kita. Dengan demikian Tuhan berkenan memanggil dan memperlengkapi setiap penatua yang akan terpilih untuk menerima tugas gerejawi bagi kemuliaan Tuhan (KPR. 14:23). Menjadi penatua bukanlah tugas yang dikatakan mudah, namun dengan mengandalkan Tuhan sukacita besar akan dirasakan. Mari bersama-sama berdoa dan berpuasa bagi penatua dan calon penatua gereja kita. Demi pertumbuhan iman dan pertambahan orang-orang percaya bagi kemuliaan Tuhan.


Pengampunan

Teks     : Matius 18:21-35


I.               Pendahuluan
Injil Matius ditulis oleh Matius murid Tuhan Yesus sekitar tahun 60-an TM. Matius sendiri lahir sebagai orang  Yahudi dan lebih dikenal sebagai “pemungut cukai”. Oleh karena panggilan dari Tuhan Yesus, maka ditinggalkannya semua keberadaan yang bersangkut paut dengan rumah cukai. Berkenaan dengan Injil yang ditulis, Matius termasuk seorang penulis Injil dan saksi yang dapat dipercaya. Sebab Matius melihat dan mengetahui peristiwa-peristiwa penting dari baptisan Yohanes sampai hari Tuhan Yesus terangkat ke sorga (Kis. 1:21-22). Secara menyeluruh, dapat diketahui bersama bahwa Injil yang ditulis oleh Matius ingin mengungkapkan serta memberitakan bahwa Tuhan Yesus Raja Mesianis. Sehingga fokus tulisannya ialah memberitakan karya dan Kerajaan sang Raja Mesianis. Hal ini dapat dicermati dari karya pelayanan, hukum dan etika Kerajaan Allah yang difirmankan oleh Tuhan Yesus. Demikian pula secara khusus pada pasal 18:1-35, dituliskan bahwa Tuhan Yesus mendidik para murid supaya rendah hati (1-5), bijaksana dalam berinteraksi dengan sesama (6-20), dan bersedia mengampuni orang yang bersalah (21-35). Apa yang difirmankan Tuhan Yesus kepada para murid ini menegaskan bahwa, warga Kerajaan Allah harus meneladani sikap sang Raja. Khususnya dalam memberikan pengampunan yang tuntas dan tanpa batas.
Akan tetapi dalam kenyataan sehari-hari, dapat ditemukan bahwa seseorang sulit sekali untuk memberikan pengampunan. Kadang ada yang hanya menahan, dan mencari waktu yang baik untuk membalas dendam. Ada pula yang hanya setengah mengampuni, mengatakan bersedia untuk mengampuni namun tidak bersedia untuk berkomunikasi sehingga hubungan menjadi jauh dari harmonis. Bahkan ada yang melampiaskan dendam bukan kepada orang yang bersalah, tetapi dengan melempar gelas atau memukul sesuatu dengan harapan dendamnya bisa reda. Namun semua usaha tersebut tentunya sia-sia. Karena tanpa menyadari akan karya Tuhan, seseorang hanya mampu menahan dendam; seperti seorang anak kecil yang menahan pipis. Di mana akhirnya selalu ada pelampiasan yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain.
Oleh karena itu, guna memperoleh pengampunan Tuhan, untuk menghindarkan keluarga dari kehancuran. Demi menyelamatkan keutuhan jemaat dari perpecahan. Maka, diperlukan sebuah kerelaan untuk mengampuni sesama.

II.            Penjelasan
Kata mengampuni dalam ayat 21, menggunakan kata aphiēmi  yang berarti membuang, mengabaikan, meninggalkan jauh di belakang. Dengan maksud, membuang, mengabaikan dan meninggalkan dendam ataupun kegeraman yang ditimbulkan oleh kesalahan sesama terhadap kita. Bila disingkat, ialah memberikan pengampunan dengan tulus tanpa sisa. Dalam ayat 21 dijelaskan bahwa Petrus memiliki pemahaman tersendiri untuk dapat mengampuni seseorang dengan tulus hanya dalam 7 kali pengampunan. Selebihnya, orang bisa membalas kejahatan dengan perlakuan setipal. Akan tetapi Tuhan Yesus menegaskan kepada setiap orang percaya, bahwa pengampunan itu diberikan kepada sesama sebanyak 70 x 7 kali (ay.22). Dapat ditafsirkan – memberikan pengampunan tanpa batas dan tuntas.

Mengapa sebagai orang percaya harus memberikan pengampunan tanpa batas dan tuntas? Ada tiga alasan, mengapa orang percaya harus mengampuni sesama tanpa batas dan tuntas. Alasan pertama yakni:
A.    Karena kita memiliki terlalu banyak kesalahan kepada Tuhan (23-25).
Dalam penjelasan ayat 23-25, dapat dipahami bahwa “hutang” sama dengan dosa atau kesalahan. Ditulis bahwa ada seorang hamba berhutang 10000 talenta. Pada umumnya satu Talenta bernilai 60 Mina atau 6000 Dirham. 1 Dinar = 2 Dirham. 1 Dinar adalah upah pekerja 1 hari (Mat. 20:2,13). Kalau upah minimal 1 hari sekarang adalah Rp. 25.000, maka 1Talenta = Rp. 75.000.000. dengan demikian, hutang hamba itu adalah Rp. 750.000.000.000.
Betapa besarnya hutang hamba tersebut. Demikian pula kita, segala yang kita perbuat pada awalnya hanyalah seumpama kain yang tidak berguna. Sehingga kita hanya menjadi pabrik dari dosa (Yesaya 64:6, Rom. 3:23).

B.     Karena Tuhan bersedia mengampuni kita (26-27)
Akan tetapi, hamba itu selamat. Ia mendapatkan pengampunan ketika ia memohon ampun kepada sang Raja. Dengan penuh penyesalan ia datang kepada sang Raja dan memohon belaskasihan. Demikian pula Allah kita, ketika kita datang kepada-Nya dengan hati yang hancur dan penuh penyesalan, Tuhan bersedia mengampuni dan memulihkan hidup kita. Sebagaimana yang dialami Daud, dan menuliskannya dalam Mazmur 32:1-7.

C.     Karena tanpa mengampuni kita tidak diampuni Tuhan (28-35)
Dalam ayat 28-34, dijelaskan bahwa ada hukuman bagi setiap orang yang tidak bersedia mengampuni. Ia akan diserahkan kepada algojo-algojo. Demikian dapat kita mengerti bahwa, ada akibat buruk yang diterima oleh setiap orang yang menolak untuk mengampuni. Bisa berupa penderiataan secara psikologis, dapat pula berupa kehancuran hidup, bahkan sakit penyakit akibat tertekan.

III.        Kesimpulan

Karena kita adalah ciptaan Allah, dan diciptakan untuk memuliakan Allah, marilah kita bersedia untuk mengampuni sesama yang memiliki kesalahan terhadap kita. Tuhan terlebih dahulu telah mengampuni kita dengan tuntas dan tulus, marilah kita menjadi seorang kristen yang mengampuni sesama kita dengan tuntas dan tulus. Pengampun itu lebih baik daripada pendendam.

Konflik dan Penyelesaiannya (part 2)

Penyelesaian dan Akibatnya
Setelah mengetahui masalah tersebut, akhirnya majelis mengadakan kunjungan dan klarifikasi dengan Pak To. Dalam beberapa kunjungan dan klarifikasi oleh majelis, akhirnya membuat Pak To mengakui kesalahannya dan sebenarnya bersedia untuk mengembalikan uang yang dikorupsi kepada gereja. Namun, setelah ada pengakuan atas kesalahan beliau, ada beberapa anggota majelis (termasuk sekretaris umum) yang bermaksud memenjarakan beliau. Akhirnya timbullah konflik intern majelis dan meluas hingga ke jemaat. Ada kubu yang berpendapat untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan, namun ada juga yang bersikeras menyelesaikan di pengadilan. Akan tetapi ada pula jemaat yang tidak peduli dengan masalah tersebut. Akhirnya, majelis sepakat untuk mengadakan rapat jemaat dan mencari jalan keluar terbaik. Akan tetapi, pengambilan keputusan dilakukan secara voting sehingga memutuskan bahwa masalah korupsi tersebut dibawa ke ranah pengadilan. Adapun pihak sinode pada waktu itu belum dapat berbuat banyak dalam penyelesaian konflik ini. Sehingga keputusan untuk menyelesaikan konflik di pengadilan tetap berjalan.
Keputusan tersebut akhirnya memaksa gereja untuk membiayai jalannya proses pengadilan sampai tuntas. Dari proses pengadilan, diputuskan bahwa Pak To harus menjalani masa tahanan dan mengembalikan dana sekitar 300 juta. Dalam keadaan demikian, akhirnya menimbulkan akibat kerugian yang tidak sedikit di pihak keluarga Pak To. Mobil dan rumah beliau terpaksa di jual. Istri beliau, serta dua anaknya yang masih berusia 10 dan 5 tahun harus meninggalkan rumah. Oleh karena Pak To masih dipenjara, maka istrinya harus pergi bekerja sebagai TKW di Arab Saudi sampai sekarang. Sedangkan Pak To, setelah bebas dari penjara merantau entah kemana tanpa ada kabar berita. Bahkan sampai ketika ayahnya meninggal dunia pada bulan Maret 2014, beliau tidak terlihat hadir dalam upacara pemakaman.

Pendapat Penulis:
Mengupayakan Penyelesaian Konflik Gereja Melalui Cara Kekeluargaan
Berdasarkan data sumber konflik yang telah dipaparkan, penulis memiliki pendapat berbeda dalam cara penyelesaian konflik. Penulis lebih memilih untuk mengupayakan penyelesaian konflik melalui cara kekeluargaan, dengan tetap menjunjung nilai-nilai kristiani. Dengan demikian menghindari penyelesaian masalah di pengadilan. Sebab bagi orang Kristen, jalan keluar atas penyelesaian masalah organisasi gerejawi ialah dengan mengedepankan kasih persaudaraan (Galatia 6:1-2; Roma 12:21).
Apabila kasih persaudaraan dipakai sebagai landasan dalam penyelesaian konflik, maka ada langkah-langkah yang hendaknya diperhatikan antara lain sebagai berikut:
1.      Sebagai antisipasi, jemaat hendaknya memilih majelis sebagai pelayan Tuhan dengan memiliki kualifikasi yang tertulis dalam Kisah Para Rasul 6:3-4 dan Titus 1:5-9. Dengan demikian, konflik dalam organisasi gerejawi dapat diminimalisir.
2.      Mengadakan rapat intern majelis (kecuali bendahara gereja), dengan berpegang pada penyelesaian secara kekeluargaan. Sehingga, apapun pendapat yang mencoba untuk membawa permasalahan ke pengadilan harus dicegah. Sebagaimana Amsal 22:10 tertulis demikian: “Usirlah si pencemooh, maka lenyaplah pertengkaran, dan akan berhentilah perbantahan dan cemooh.
3.      Mengadakan pertemuan antara majelis dengan bendahara gereja. Adapun dalam pertemuan tersebut, majelis menyampaikan kepada bendahara gereja untuk mengembalikan uang hasil sewa yang dipakai dalam batas waktu yang disepakati dan sewajarnya. Adapun setiap pengembalian uang hasil sewa, diumumkan secara terbuka kepada jemaat oleh majelis gereja.
4.      Memberikan pamerdi kepada bendahara gereja dan mempersilakan untuk mengakui kesalahan serta memohon maaf secara terbuka dihadapan jemaat. Dengan demikian, tugas sebagai bendahara gereja di-non aktifkan.
5.      Memberikan pastoral konseling kepada Pak To, sampai akhirnya beliau mengalami pertobatan yang benar dan siap menjadi jemaat yang bertanggungjawab kepada Tuhan.
6.      Memberikan bimbingan rohani kepada jemaat gereja, istri dan anak-anak dari Pak To, sehingga jemaat serta keluarga bersedia menerima sekaligus mengampuni Pak To.

Demikianlah langkah-langkah yang penulis dapat kemukakan. Dengan berharap bahwa gereja dapat menghindari penyelesaian masalah gerejawi melalui pengadilan.

Konflik dan Penyelesaiannya (part 1)


Apabila dicermati dalam sebuah perkumpulan dari individu-individu ber-pemikiran dinamis, kadang rentan terjadi konflik. Oleh karena itu konflik dalam sebuah organisasi dapat memajukan atau bahkan memecah kesatuan dalam organisasi tersebut. Apabila konflik dapat diselesaikan, maka kemajuan organisasi dapat dicapai. Dengan demikian, upaya penyelesaian konflik hendaknya diusahakan. Berkenaan dengan topik kajian tentang konflik dan penyelesaiannya, penulis mengemukakan sebuah konflik yang menjadi kajian dan mengemukakan penyelesaiannya. Adapun dalam penulisan, penulis membagi menjadi tiga bagian yakni: Konflik, Penyelesaian dan Akibatnya, serta Pendapat Penulis.

Sumber Konflik:
Kasus Korupsi oleh Bendahara Gereja
Adapun konflik yang akan dikaji ialah, masalah kasus korupsi oleh bendahara Gereja. Kasus korupsi ini terjadi ketika penulis masih menjadi anggota jemaat gereja tersebut. Kasus ini diawali oleh seorang bendahara gereja yang kaya karena menjadi juragan beras, sebutlah Pak To. Beliau dipilih menjadi bendahara gereja karena jemaat berpendapat bahwa: Orang yang dipandang kaya, layak menjadi bendahara gereja. Pada periode pertama (selama 5 tahun), beliau menunjukkan sikap yang baik dan mudah memberi bantuan materi kepada jemaat yang membutuhkan. Oleh karena sikap dan pelayanan yang dipandang baik inilah, akhirnya beliau dipilih kembali untuk menjadi bendahara gereja dalam periode selanjutnya.
Akan tetapi, dalam periode yang baru inilah kelalaian beliau dalam hal keuangan terbongkar. Dengan kepemimpinan majelis yang lebih tegas dalam hal keuangan, kasus penyelewengan keuangan ini mulai tercium oleh anggota majelis yang lain. Kadang terjadi penggembungan dana untuk diakonia. Padahal setelah dicek di lapangan ternyata berbeda dengan laporan sesungguhnya. Semisal anggaran untuk diakonia dilaporkan sebesar tiga juta, akan tetapi ketika dicek ternyata realisasinya tidak sebesar keuangan yang dilaporkan. Setelah diselidiki, ternyata sebagian dana dipakai untuk pembelian seragam majelis. Akhirnya dari pihak majelis bersepakat bahwa masalah tersebut ditutup dengan konsekuensi meralat dan mengumumkan kembali laporan keuangan di depan jemaat.
Oleh karena tidak ada pertobatan dalam masalah keuangan tersebut, maka penyelewengan dana yang lebih besar terjadi. Masalahnya adalah berkenaan dengan sewa-menyewa aset gereja. Pak To sebagai bendahara gereja sekaligus berpengalaman di bidang sewa-menyewa sawah dan tambak, akhirnya diberi kepercayaan untuk menjadi  ketua panitia lelang sewa. Dari beberapa tanah yang disewakan, Pak To dengan sengaja mengupayakan agar beberapa tambak tidak diikutsertakan dalam lelang sewa. Upaya tersebut berhasil, kemudian secara diam-diam beliau menyewakan tambak tersebut dengan keuntungan sekitar tiga ratus juta rupiah. Diketahui dikemudian hari bahwa keuntungan tersebut dipakai untuk membeli mobil Suzuki APV dan merenovasi rumah. Kasus tersebut akhirnya diketahui oleh majelis jemaat selang lima bulan sejak terjadinya transaksi, setelah ada laporan masuk mengenai kasus tersebut dari penyewa.

Iringan Musik dalam Gereja: Musik Band ataukah Klasik?


Pembahasan yang belum ada titik temunya kadang kala menjemukan. Perdebatan yang kian meruncing, bisa jadi menimbulkan perpecahan gereja. Bahkan ada kalanya, pelayanan gereja menjadi mandeg  hanya karena ketidak selarasan pendapat dalam hal musik. Ada yang berpendapat bahwa musik band (drum, gitar bass, gitar elektrik, keyboard, singers, dll) lebih bersemangat dan mendatangkan sukacita di hati. Ada pula yang menyatakan bahwa iringan musik klasik (piano, orgel, biola, paduan suara) merupakan iringan musik yang membawa jemaat menikmati keteduhan bersama Tuhan. Apabila ditanya, saya lebih memilih iringan musik yang kedua. Mengapa demikian? Alasan saya sederhana saja. Sebab dalam ibadah memerlukan suasana yang teduh, khidmat dan teratur. Oleh karenanya saya lebih suka iringam musik klasik dalam gereja. Apabila demikian, bagaimana dengan iringan musik band? Apakah musik tersebut tidak cocok untuk dipakai dalam ibadah gerejawi?. Tentu ada yang berpendapat bahwa iringan musik band lebih cocok untuk mengiringi dalam sebuah ibadah. Namun dapat diketahui bersama, bahwa dalam menggunakan musik band sebagai pengiring ibadah akan memerlukan kerja keras untuk mewujudkan suasana teduh, khidmat dan teratur.
Namun demikian, bukan berarti musik band itu tidak bisa dipakai untuk memuji Tuhan. Sebenarnya bisa, asalkan tetap memegang kaidah-kaidah dalam mengiringi pujian gerejawi. Sebagai contoh, menghindari iringan aliran rock. Tentu alasannya sangat jelas, musik rock tidak akan pernah membuat perasaan kita tenang ataupun teduh. Justru sebaliknya, adrenalin kita dipacu dan jantung akan berdetak dengan cepat. Memang bagi sebagian orang, musik rock akan memberikan semangat pada dirinya untuk tetap terjaga. Secara pribadi, saya tidak anti mendengarkan musik rock. Sebagaimana bila dalam perjalanan jauh, saya membutuhkan pemicu adrenalin saya agar tetap semangat. Maka salah satu caranya, saya perdengarkan musik rock. Tentu tidak sembarang musik rock. Sebab ada band musik rock yang tidak jelas syairnya dan cara bermain musik yang hanya seperti luapan amarah. Kalau musik Indonesia, saya suka beberapa lagu God Bless dan Gong 2000. Tidak semuanya saya suka, hanya beberapa. Mengapa? Karena tidak semua lagu memiliki ritme dan aransemen yang memacu semangat. Kemudian, bagaimana keterkaitan dengan ibadah? Tentu saja dalam ibadah, kita tidak sedang meluapkan amarah, ataupun meneriaki Tuhan (awit Gusti mboten sare). Namun sebaliknya, kita sedang menyembah Tuhan dan bersuka di hadapan Tuhan. Oleh karenanya, musik band bisa dipakai mengiringi ibadah asalkan menghindari aliran rock; yang hanya mencari semangat sampai terkadang melupakan penyembahan dan kesukaan yang kudus dihadapan Tuhan. Kalau hanya untuk menambah semangat musik rock bisa menjadi alternatif, namun bila ingin menemukan kesegaran dan pemulihan jiwa; keteduhan musik klasik dapat memberikannya.
Selanjutnya bagaimana dengan aliran dangdut? Sebenarnya tidak ada masalah dengan musik dangdut. Akan tetapi prinsipnya sama, ketika musik dangdut menjamin tidak akan membuat orang bergoyang dengan begitu seksi dan menggairahkan dalam ibadah, maka sah-sah saja. Tetapi kenyataannya, ketika musik dangdut diperdengarkan maka keinginan bergoyang pun akan muncul. Adapula musik dangdut yang tidak menstimulasi orang untuk bergoyang, namun iransemennya menyayat hati. Tetap saja, iringan musik dangdut tidak pas jika dipakai dalam ibadah. Tentu dapat dimengerti bersama bahwa dalam ibadah, kita tidak sedang menstimulasi hawa nafsu duniawi kita. Dalam ibadah itupun tidak sedang mempertontonkan keseronokan tubuh melalui goyang pinggul. Maka, alangkah baiknya bila hasrat yang kudus itu memenuhi hati ketika beribadah kepada Tuhan. Dengan demikian, esensinya jelas.
Akhirnya kita perlu sebuah iringan musik yang mengkondisikan suasana ibadah kudus dihadapan Tuhan. Tentunya bukan aliran musik rock, bukan juga musik dangdut ataupun musik lainnya yang mengurangi kekudusan. Dengan menggunakan musik klasik dalam ibadah, tentu semua gairah yang tidak kudus serta amarah dapat dikendalikan. Nasihatnya sederhana saja, pakailah musik yang mengkondisikan jemaat untuk menyembah kepada Tuhan. Bukan untuk meluapkan amarah, kesombongan, ataupun keseronokan hawa nafsu, tetapi penyembahan yang kudus dihadapan Tuhan.


Say No to Divorce !

If we pay attention to the divorce statistics in Indonesia, we may be interested in the facts. According to data from the Director General o...