Nabi Maleakhi menuliskan firman
Allah untuk menegur bangsa Israel, sekitar tahun 430-420 SM. Pada tahun
tersebut, bangsa Israel telah dimerdekakan dari penjajahan bangsa Persia. Akan
tetapi yang menjadi permasalahannya adalah iman dari bangsa Israel. Iman dari
orang-orang Israel mengalami kemunduran. Sehingga berakibat pada penyembahan
kepada Allah yang acuh tak acuh. Dalam kehidupan sebagai umat Allah, bangsa
Israel telah meragukan Firman Allah, mengabaikan ibadah yang berkenan, dan
memberikan persembahan yang tidak layak. Perasaan hormat dan kasih kepada Allah
telah memudar. Oleh karena itu melalui nabi Maleakhi, Allah berfirman kepada
bangsa Israel untuk kembali kepada Tuhan dan memegang perjanjian-Nya dengan
hati yang tulus serta taat. Salah satu peringatan keras dari Tuhan ialah
berkenaan dengan persembahan.
Bangsa Israel pada waktu itu,
menghaturkan persembahan kepada Tuhan tanpa hormat. Kepada bupati, mereka
memberikan yang terbaik sebagai upeti atau hadiah (1:8). Namun, kepada Allah
mereka memberikan persembahan yang cacat. Bukan kawanan domba jantan yang
terbaik, namun seekor binatang buta, timpang, dan sakit. Melihat perbuatan
tersebut Allah begitu murka, sehingga memberikan peringatan keras kepada bangsa
Israel. Dengan menyampaikan firman: “Terkutuklah penipu, yang mempunyai
seekor binatang jantan di antara kawanan ternaknya, yang dinazarkannya, tetapi ia mempersembahkan binatang yang
cacat kepada Tuhan” (ay.14).
Bahkan dalam pasal 3:9, Tuhan menyatakan bahwa bangsa Israel sudah kena kutuk
oleh karena penipuan dalam hal persembahan. Hal serupa juga pernah terjadi pada
masa para rasul ketika mendidik jemaat dalam hal persembahan. Peristiwa yang
tercatat ialah Ananias dan Safira, kedua orang tersebut meninggal seketika oleh
karena ketidakjujuran dalam hal persembahan kepada Allah (Kis.5:1-10). Ketika
seseorang dikatakan kena kutuk, berarti hidupnya jauh dari berkat Allah. Bahkan
lautan api neraka menjadi bagiannya (Wahyu 21:8).
Melalui teguran nabi Maleakhi terhadap bangsa Israel,
kita mendapatkan pengajaran berharga dalam hal persembahan. Persembahan bagi
Tuhan haruslah terbaik menurut rezeki yang Tuhan telah limpahkan pada
masing-masing pribadi. Sebab berkat yang terbaik telah diberikan bagi kita,
yakni keselamatan melalui iman kepada Tuhan Yesus. Bahkan Allah akan tetap
mencukupi kebutuhan sehari-hari (Mzm 11:5) dan mengasihi bagaikan bapa
mengasihi anak yang melayaninya (3:17). Marilah kita menghaturkan persembahan
terbaik bagi Tuhan bukan karena takut dikutuk, tetapi karena kita mengasihi dan
menghormati Allah. Karena persembahan terbaik bukan hanya dinilai dari
jumlahnya yang sesuai dengan rezeki, namun juga ketulusan hati dari kita yang
mempersembahkan. Diberkatilah kita yang bersedia mempersembahkan persembahan
terbaik bagi Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar